Jakarta Markiyah (30) mengakhiri hidup dengan menceburkan diri ke arus deras Sungai Cisadane, Bogor, Jawa Barat. Anaknya yang masih berusia sekitar 2 tahun diajak serta. Keduanya tewas.
Ini bukan pertama kalinya seorang ibu bunuh diri dengan mengajak serta anaknya. Bunuh diri kerap kali tidak disebabkan single factor, melainkan banyak faktor yang bertumpuk.
"Ada beberapa sebab seseorang bunuh diri. Bisa karena gagal beradaptasi, merasa terisolasi, dan marah atau permusuhan," ujar kriminolog Prof Dr Ronny Nitibaskara.
Berikut ini wawancara detikcom dengan akademisi UI ini, Rabu (4/7/2012):
Di Bogor Tengah ada ibu bunuh diri dengan terjun ke sungai sambil menggendong anak balitanya. Menurut Anda, mengapa seorang ibu nekat mengakhiri hidupnya?
Ada beberapa sebab seseorang bunuh diri. Bisa karena gagal beradaptasi, merasa terisolasi, dan marah atau permusuhan. Yang pertama, soal kegagalan beradaptasi itu bisa membuat seseorang tidak mampu menghalangi stres. Mungkin bisa terjadi karena dia ada masalah dengan suaminya, tidak bisa menghidupi anaknya dan sebagainya. Soal ini tidak melulu sebatas hubungan keluarga, tapi juga sekolah, dan sebagainya.
Kedua, perasaan terisolasi yang bisa terjadi dalam hubungan interpersonal, dengan orang yang disayangi. Entah itu suami, dia ditinggal, dimusuhi orang lain. Kemudian dia memutuskan bunuh diri. Nah, karena tidak mampu menghidupi anaknya lalu mati sama-sama.
Ketiga, marah atau permusuhan. Bunuh diri itu juga merupakan hukuman yang ditujukan kepada diri sendiri. Karena dia kesal pada dirinya sendiri lantaran tidak bisa menyelesaikan masalah maka dia memutuskan untuk bunuh diri.
Perempuan lebih rentan bunuh diri?
Sebenarnya tergantung pada masing-masing orang. Tapi cara mengakhiri keputusasaan laki-laki dan perempuan punya kecenderungan berbeda. Sebagian wanita yang mencoba bunuh diri, biasanya 'meluangkan' untuk diselamatkan. Mislanya dia cuma minum racun setengah dibanding laki-laki yang minum utuh sebotol.
Sepertinya wanita masih menyisakan sedikit harapan hidup. Masih berharap diselamatkan. Karena ini pria yang tewas bunuh diri tiga kali lebih banyak dari perempuan.
Nah, kalau ibu itu bunuh diri dengan bawa bayinya, itu sudah nekat karena banyak alasan yang banyak seperti saya katakan tadi.
Kemiskinan tidak serta merta membuat orang kehilangan harapan?
Tentu tidak. Banyak orang miskin, dan tidak semua bunuh diri. Karena masing-masing memiliki tekanan yang beda, tidak sama. Pria dan wanita juga tekanannya berbeda.
Kalau ibu itu masih menyisakan satu anak lainnya, tidak diajak bunuh diri, mungkin karena dia berharap bisa dipungut orang lain dan dibesarkan orang lain. Sedangkan kalau anaknya yang kecil, dia merasa tidak bisa hidup tanpa ibunya.
Bunuh diri lebih banyak dilakukan oleh orang yang ekonominya lemah?
Di Amerika bisa rendah bisa tinggi. Kalangan militer Amerika banyak ditemukan kasus bunuh diri dan itu lebih banyak dilakukan Komandannya ketimbang bawahannya. Para profesional juga banyak yang melakukan bunuh diri.
Sedangkan di Jepang harakiri banyak dilakukan bawahan untuk menjaga nama baik atasan. Di Jepang dulu ada menteri yang terbongkar kasus skandal korupsinya, tapi yang bunuh diri sekretaris pribadinya.
Sedangkan di Indonesia memang banyak yang bunuh diri dari ekonomi kalangan bawah. Karena tekanan ekonomi.
Biasanya bunuh diri itu dilakukan tiba-tiba saja atau terencana matang?
Biasanya tiba-tiba. Seperti mahasiwa di luar negeri, dia gagal bersaing dengan teman lalu bunuh diri.
Bunuh diri bisa dicegah kan melalui upaya preventif?
Di Amerika itu ada yang namanya badan yang mengkoordinasikan informasi pencegahan teknik bunuh diri. Di Indonesia sebenarnya angka bunuh diri relatif rendah. Tapi perlu juga semacam konseling, hotline, bagi mereka yang frustasi dan depresi. Itu ada di luar negeri.
Bunuh diri bisa 'menular'?
Kalau cara merampok, cara mencuri bisa menular. Tapi kalau bunuh diri saya kira tidak. Kecuali di daerah tertentu, ketika ada aliran-aliran kepercayaan yang mempercayai bunuh diri sebagai bagian dari kepercayaannya, terlihat 'menular'.
0 komentar:
Posting Komentar