Jakarta – KabarNet:
Jelang Hari Raya Idul Adha atau hari raya kurban, jangan pernah makan
daging sapi tanpa disembelih, ternyata syariat Islam ini membuat orang
barat terkejut. Semakin maju penelitian ilmiyah semakin membuktikan
kebenaran islam.
Simak penelitian ini.
- Nabi Muhammad SAW tak pernah belajar cardiology tapi syari’atnya membuktikan penelitian ilmu modern.
- Melalui penelitian ilmiah yang dilakukan oleh dua staf ahli peternakan dari Hannover University, sebuah universitas terkemuka di Jerman. Yaitu: Prof.Dr. Schultz dan koleganya, Dr. Hazim. Keduanya memimpin satu tim penelitian terstruktur untuk menjawab pertanyaan: manakah yang lebih baik dan paling tidak sakit, penyembelihan secara Syari’at Islam yang murni (tanpa proses pemingsanan) ataukah penyembelihan dengan cara Barat (dengan pemingsanan)?
- Keduanya merancang penelitian sangat canggih, mempergunakan sekelompok sapi yang telah cukup umur (dewasa). Pada permukaan otak kecil sapi-sapi itu dipasang elektroda (microchip) yang disebut Electro-Encephalograph (EEG). Microchip EEG dipasang di permukaan otak yang menyentuh titik (panel) rasa sakit di permukaan otak, untuk merekam dan mencatat derajat rasa sakit sapi ketika disembelih. Di jantung sapi-sapi itu juga dipasang Electro Cardiograph (ECG) untuk merekam aktivitas jantung saat darah keluar karena disembelih.
- Untuk menekan kesalahan, sapi dibiarkan beradaptasi dengan EEG maupun ECG yang telah terpasang di tubuhnya selama beberapa minggu. Setelah masa adaptasi dianggap cukup, maka separuh sapi disembelih sesuai dengan Syariat Islam yang murni, dan separuh sisanya disembelih dengan menggunakan metode pemingsanan yang diadopsi Barat.
- Dalam Syariat Islam, penyembelihan dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam, dengan memotong tiga saluran pada leher bagian depan, yakni: saluran makanan, saluran nafas serta dua saluran pembuluh darah, yaitu: arteri karotis dan vena jugularis.
- Patut pula diketahui, syariat Islam tidak merekomendasikan metoda atau teknik pemingsanan. Sebaliknya, Metode Barat justru mengajarkan atau bahkan mengharuskan agar ternak dipingsankan terlebih dahulu sebelum disembelih.
- Selama penelitian, EEG dan ECG pada seluruh ternak sapi itu dicatat untuk merekam dan mengetahui keadaan otak dan jantung sejak sebelum pemingsanan (atau penyembelihan) hingga ternak itu benar-benar mati. Nah, hasil penelitian inilah yang sangat ditunggu-tunggu!
- Dari hasil penelitian yang dilakukan dan dilaporkan oleh Prof. Schultz dan Dr. Hazim di Hannover University Jerman itu dapat diperoleh beberapa hal sbb.:
Penyembelihan Menurut Syariat Islam
Hasil penelitian dengan menerapkan praktek penyembelihan menurut Syariat Islam menunjukkan:
- Pertama: Pada 3 detik pertama setelah ternak disembelih (dan ketiga saluran pada leher sapi bagian depan terputus), tercatat tidak ada perubahan pada grafik EEG. Hal ini berarti bahwa pada 3 detik pertama setelah disembelih itu, tidak ada indikasi rasa sakit.
- Kedua: Pada 3 detik berikutnya, EEG pada otak kecil merekam adanya penurunan grafik secara bertahap yang sangat mirip dengan kejadian deep sleep (tidur nyenyak) hingga sapi-sapi itu benar-benar kehilangan kesadaran. Pada saat tersebut, tercatat pula oleh ECG bahwa jantung mulai meningkat aktivitasnya.
- Ketiga: Setelah 6 detik pertama itu, ECG pada jantung merekam adanya aktivitas luar biasa dari jantung untuk menarik sebanyak mungkin darah dari seluruh anggota tubuh dan memompanya keluar. Hal ini merupakan refleksi gerakan koordinasi antara jantung dan sumsum tulang belakang (spinal cord). Pada saat darah keluar melalui ketiga saluran yang terputus di bagian leher tersebut, grafik EEG tidak naik, tapi justru drop (turun) sampai ke zero level (angka nol). Hal ini diterjemahkan oleh kedua peneliti ahli itu bahwa: “No feeling of pain at all!” (tidak ada rasa sakit sama sekali!).
- Keempat: Karena darah tertarik dan terpompa oleh jantung keluar tubuh secara maksimal, maka dihasilkan healthy meat (daging yang sehat) yang layak dikonsumsi bagi manusia. Jenis daging dari hasil sembelihan semacam ini sangat sesuai dengan prinsip Good Manufacturing Practise (GMP) yang menghasilkan Healthy Food.
Penyembelihan Cara Barat
- Pertama: Segera setelah dilakukan proses stunning (pemingsanan), sapi terhuyung jatuh dan collaps (roboh). Setelah itu, sapi tidak bergerak-gerak lagi, sehingga mudah dikendalikan. Oleh karena itu, sapi dapat pula dengan mudah disembelih tanpa meronta-ronta, dan (tampaknya) tanpa (mengalami) rasa sakit. Pada saat disembelih, darah yang keluar hanya sedikit, tidak sebanyak bila disembelih tanpa proses stunning (pemingsanan).
- Kedua: Segera setelah proses pemingsanan, tercatat adanya kenaikan yang sangat nyata pada grafik EEG. Hal itu mengindikasikan adanya tekanan rasa sakit yang diderita oleh ternak (karena kepalanya dipukul, sampai jatuh pingsan).
- Ketiga: Grafik EEG meningkat sangat tajam dengan kombinasi grafik ECG yang drop ke batas paling bawah. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan rasa sakit yang luar biasa, sehingga jantung berhenti berdetak lebih awal. Akibatnya, jantung kehilangan kemampuannya untuk menarik dari dari seluruh organ tubuh, serta tidak lagi mampu memompanya keluar dari tubuh.
- Keempat: Karena darah tidak tertarik dan tidak terpompa keluar tubuh secara maksimal, maka darah itu pun membeku di dalam urat-urat darah dan daging, sehingga dihasilkan unhealthy meat (daging yang tidak sehat), yang dengan demikian menjadi tidak layak untuk dikonsumsi oleh manusia. Disebutkan dalam khazanah ilmu dan teknologi daging, bahwa timbunan darah beku (yang tidak keluar saat ternak mati/disembelih) merupakan tempat atau media yang sangat baik bagi tumbuh-kembangnya bakteri pembusuk, yang merupakan agen utama merusak kualitas daging.
Bukan Ekspresi Rasa Sakit!
Meronta-ronta dan meregangkan otot pada
saat ternak disembelih ternyata bukanlah ekspresi rasa sakit! Sangat
jauh berbeda dengan dugaan kita sebelumnya! Bahkan mungkin sudah lazim
menjadi keyakinan kita bersama, bahwa setiap darah yang keluar dari
anggota tubuh yang terluka, pastilah disertai rasa sakit dan nyeri.
Terlebih lagi yang terluka adalah leher dengan luka terbuka yang
menganga lebar…!
Hasil penelitian Prof. Schultz dan Dr.
Hazim justru membuktikan yang sebaliknya. Yakni bahwa pisau tajam yang
mengiris leher (sebagai syariat Islam dalam penyembelihan ternak)
ternyata tidaklah ‘menyentuh’ saraf rasa sakit. Oleh karenanya kedua
peneliti ahli itu menyimpulkan bahwa sapi meronta-ronta dan meregangkan
otot bukanlah sebagai ekspresi rasa sakit, melainkan sebagai ekspresi
‘keterkejutan otot dan saraf’ saja (yaitu pada saat darah mengalir
keluar dengan deras). Mengapa demikian? Hal ini tentu tidak terlalu
sulit untuk dijelaskan, karena grafik EEG tidak membuktikan juga tidak
menunjukkan adanya rasa sakit itu.
Subhanallah… Memang selalu ada jawaban
dari setiap pertanyaan tentang kebenaran Islam. Selalu ada penguatan
Allah dari setiap adanya usaha pelemahan dari musuh Dien-Nya yang mulia
ini.
Sebenarnya, sudah tidak ada alasan lagi
menyimpan rasa tak tega melihat proses penyembelihan kurban, karena aku
sudah tahu bahwa hewan ternak tersebut tidak merasakan sakit ketika
disembelih. Dan yang paling penting, aku dapat mengerti hikmah dari
salah satu Syariah Islam dan keberkahan yang tersimpan di dalamnya.
By: Ustadz Muhammad Suhud.
Silahkan di-share untuk teman-teman Anda… [KbrNet/Slm/voa-islam]
Blogger
#Said
As reported by Stanford Medical, It's in fact the ONLY reason women in this country live 10 years more and weigh on average 42 pounds lighter than we do.
(And by the way, it has totally NOTHING to do with genetics or some secret-exercise and really, EVERYTHING to related to "how" they are eating.)
BTW, I said "HOW", not "WHAT"...
Click on this link to see if this brief test can help you discover your true weight loss potential