Awan CUMULONIMBUS adalah sebuah awan tebal vertikal yang menjulang sangat tinggi, padat, mirip gunung atau menara. Bagian pucuk awan ini berserabut, tampak berjalur-jalur dan hampir rata, melebar mirip bentuk landasan yang disebut anvil head. Awan ini terlibat langsung dalam badai petir dan cuaca ekstrem lainnya.
Awan ini terbentuk sebagai hasil dari ketidakstabilan atmosfer. Awan-awan ini dapat terbentuk sendiri, secara berkelompok, atau di sepanjang front dingin di garis squall. Awan ini menciptakan petir melalui jantung awan. Awan ini dapat terbentuk lagi menjadi supersel, sebuah badai petir besar.
CUMULONIMBUS terdiri dari tetes-tetes air pada bagian bawah awan dan tetes-tetes salju atau kristal-kristal es pada bagian atas awan. Terdapat updraft dan downdraft sehingga memungkinkan terjadi sirkulasi. Gesekan partikel awan di dalamnya dapat menimbulkan muatan listrik.
Wajar saja jika awan CUMULONIMBUS ini ditakuti para penerbang. Karena awan ini merupakan satu-satunya awan yang dapat menghasilkan muatan listrik Tornado alias puting beliung dapat terbentuk hanya melalui awan ini. Fenomena alam yang kerap terjadi akibat awan CUMULONIMBUS antara lain timbulnya kilat (lightining) dan guntur (thundestorm), hujan lebat, angin kencang, bahkan bisa menimbulkan hujan es.
Seperti diketahui sebelumnya, pesawat AirAsia QZ8501, dari Surabaya tujuan Singapura, Ahad 28 Desember 2014 pagi, jatuh ke laut dan menewaskan 162 penumpang. Menurut sumber yang terlibat penyelidikan kasus jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 yang dilansir Reuters, Pesawat Airbus A320 itu melakukan manuver mendaki tajam sebelum akhirnya jatuh. Awalnya ia terbang di ketinggian 32.000 kaki (9.753 meter) dan kemudian minta izin naik ke 38.000 kaki untuk menghindari cuaca buruk.
Menurut data Pusat Meteorologi Penerbangan dan Maritim BMKG untuk keperluan evakuasi, Kamis 1 Januari 2015, di selat Karimata hingga Laut Jawa diperkirakan masih ada pembentukan awan CUMULONIMBUS (Cb). Data ini menguatkan dugaan bahwa penyebab jatuhnya AirAsia QZ8501 adalah terjebak awan CUMULONIMBUS.
Bahkan saat itu pilot pesawat AirAsia QZ8501 sempat meminta izin ke menara pantau untuk belok kiri dan menaikkan ketinggian untuk menghindari awan CUMULONIMBUS yang membentang panjang menghalangi lintasan terbang, karena Awan tersebut ternyata berbahaya dikarenakan dapat membuat mesin dan sayap pesawat dipenuhi es. Jika memasuki awan tersebut, pilot akan menghadapi gumpalan es dingin yang bisa berbahaya jika masuk ke dalam buletan mesin dan wings pesawat.
Pakar uji terbang dari FlightFocus Setyo Soekarsono mengatakan pesawat tak akan bertahan di dalam pusaran awan CUMULONIMBUS yang sangat dingin dan bermuatan petir. Pesawat yang terjebak awan CUMULONIMBUS akan kehilangan ketinggian dengan sangat cepat. Ia mengibaratkan pesawat di dalam awan CUMULONIMBUS layaknya kertas yang diombang-ambing angin.
Terkait awan CUMULONIMBUS, ternyata Al- Qur’an telah mengisyaratkannya sejak 1400 tahun silam, betapa hebatnya gambaran awan ciptaan Allah Ta’ala tersebut. Maksud firman Allah Ta’ala :
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ جِبَالٍ فِيهَا مِنْ بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ يَشَاءُ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِ يَذْهَبُ بِالْأَبْصَارِ
“Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan,” [An-Nur : 43].
Para ahli cuaca telah menemukan bahwa awan cumulonimbus yang menghasilkan hujan es ini dapat mencapai ketinggian hingga 7 sampai 9 kilometer. Dapat kita bayangkan bahwa awan ini memang ukurannya benar-benar seperti gunung sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat Al Qur’an di atas: “… dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung,…”.
Demikianlah, Allah Ta’ala telah jauh sebelumnya menerangkan sebuah fakta ilmiah yang baru terungkap oleh ilmu pengetahuan moderen. Sebuah keajaiban ilmiah yang tidak mungkin diketahui rinciannya oleh orang-orang yang hidup di zaman diturunkannya Al Qur’an. Allahu Akbar!..[KbrNet/DC/Slm]
0 komentar:
Posting Komentar