=== "Apa yang sedang kulakukan & kupikirkan saat ini?" Follow me, ikuti lewat Twitter [klik di sini]. ===
Kau punya akun Facebook? Sudah lama? Kau telah memasukkan ratusan atau ribuan datamu di sana — baik berupa pictures, friends, messages, wall-posts, mini-feeds, news-feeds, posted items, interests, groups, applications, gifts, dan lain-lain? Maka bersiap-siaplah kecewa bila suatu saat kau ingin keluar dari Facebook; mereka akan tetap “mengunci” kau di dalam.
Oleh Jarar Siahaan di Balige
Ternyata social site atau situs jaringan pertemanan Facebook tidak akan menghapus data pemakainya secara permanen sekalipun si pemakai sudah meninggalkan Facebook. Maka buat kamu yang punya akun di Facebook, berhati-hatilah: Jangan masukkan data terlalu banyak.
Setelah membuka akun baru di Twitter, dua hari lalu aku memutuskan untuk menutup Facebook-ku. Aku mengikuti prosedurnya setelah menekan DEACTIVATE, termasuk mengkonfirmasi via surat yang dikirimkan ke email-ku. Berhasil. Facebook mengatakan bahwa akunku tidak aktif lagi.
Tapi hanya beberapa jam kemudian Facebook mengirim beberapa surat yang isinya antara lain mengatakan, “Ada anggota Facebook yang ingin menambahkan Anda sebagai temannya, klik tautan ini…,” dan juga [ini yang paling mengagetkan], “Seseorang telah mengaktifkan kembali akun Facebook Anda. Bila Anda merasa hal ini tidak benar, silakan konfirmasi lewat tautan ini….”
Aku pun mengikuti saran tersebut. Tapi betapa kagetnya aku setelah masuk kembali ke Facebook, rupanya semua dataku masih di sana. Kuulangi lagi proses deactivate sampai berhasil, termasuk memilih opsi agar Facebook tidak lagi mengirimkan surat-surat pemberitahuan ke email-ku. Eh, hanya satu jam kemudian surat-surat Facebook datang lagi memberitahukan ada anggota Facebook yang ingin menambahkan aku sebagai temannya. Kesal! Benar-benar aku terganggu.
Aku masuk lagi ke Facebook. Akhirnya kuakali: Aku menghapus foto-foto pribadiku dan data-data pribadi. Juga mengganti nama dan alamat email. Kemudian aku lakukan konfirmasi via surat yang dikirim Facebook ke email yang baru tersebut. Lalu melakukan deactivate lagi. Hasilnya: Facebook mengatakan sudah beres. Tapi…, lagi-lagi, email Facebook tetap saja berdatangan ke alamat email baru tersebut, padahal sudah kupilih opsi untuk tidak menerima surat lagi. Karena sangat kesal, akhirnya kudiamkan saja.
Apa yang kualami ini ternyata juga sudah banyak dikeluhkan pengguna Facebook di berbagai negara. Misalnya Steven Mansour, seorang pekerja online di Kanada, dia baru berhasil menghapus — benar-benar menghapus sampai hilang total — akunnya di Facebook setelah dia menjalani proses yang melelahkan. Kekesalan itu diatulis dalam artikel bertajuk, “2504 langkah untuk menghapus akun Facebook.”
Setelah tidak berhasil dengan cara seperti yang kulakukan di atas, Steven menghubungi tim Facebook lewat email. Pihak Facebook mengakui semua data pengguna akan tetap pada tempatnya meskipun sudah tidak aktif lagi. “Anda harus menghapus konten profil Facebook Anda secara manual. Setelah itu hubungi kami kembali,” jawab Facebook. Dia pun melakukannya, dan kemudian menyurati Facebook kembali sambil menyarankan, “Agar Facebook memberikan opsi mudah bagi pengguna untuk menghapus akunnya, sesuai dengan aturan Privacy International.”
Rupanya akun Steven itu belum juga dihapus, Facebook malah membalas suratnya dengan berkata: “Masih ada konten yang belum Anda hapus. You still have incoming and outgoing messages, wall posts, mini-feed stories, friends, and contact information. Hapus dulu semua, baru hubungi kami kembali.”
Gila nggak! Bayangkan bila kau sudah satu tahun lebih di Facebook dan aktif meng-update, berapa ribu pesan yang sudah kautulis pada “wall posts”, berapa banyak pesan yang telah kaukirim dan terima dari temanmu, berapa ribu orang yang sudah kau tambahkan sebagai “friends”, dll. Kau harus menghapusnya satu persatu! Pekerjaan yang sangat melelahkan.
Steven Mansour pun protes. “Facebook harus menghapus akunku dan isinya secara total. Bagaimana mungkin Anda meminta saya menghapusnya secara manual satu persatu.” Lagi-lagi Facebook menjawab bahwa mereka tidak bisa melakukannya kecuali si pengguna yang menghapusnya. Pasrah, akhirnya Steven melakukannya.
Koran The New York Times tahun lalu juga menulis artikel panjang seputar keluhan sejumlah pengguna Facebook yang ingin menutup akunnya secara permanen, dan koran ini juga mengutip artikel dari blog Steven tadi. Salah satu kasus yang diulas Times dalam artikel itu adalah pengalaman Alan Burlison, seorang insiyur pembuat aplikasi. Facebook Alan baru benar-benar dihapus oleh Facebook setelah dia diwawancarai televisi Britain’s Channel 4 News dan mengadukannya kepada kantor Information Commissioner’s Office dan lembaga privasi The TRUSTe Organization. Majalah Time pun pernah mengupas masalah ini pada 2006.
Tapi berapa banyak orang yang mau bersusah-payah berjuang seperti Alan dan Steven? Apakah kita harus mengadu lebih dulu kepada CNN atau Metro TV atau majalah Time? Jadi sangat mungkin terdapat puluhan ribu atau bahkan jutaan orang mantan pengguna Facebook yang kecewa karena akun mereka tidak benar-benar dihapus oleh Facebook. Seperti ditulis oleh Jen, seorang blogger, yang pada 2007 ingin menghapus konten Facebook-nya, “Once in Facebook, you can’t really get out of Facebook.”
Berdasarkan kasus-kasus tersebut:
- Bila kau aktif memperbarui konten Facebook-mu, pikirkanlah matang-matang apakah semua data tersebut tidak akan jadi masalah bila suatu hari kau hendak menutup Facebook.
- Bila kau karyawan perusahaan atau pegawai pemerintah, jangan terlalu “mengumbar” data dan opini-opinimu di Facebook, karena bisa saja suatu ketika ada orang yang memanfaatkannya untuk hal negatif misalnya menjatuhkanmu. Apalagi kalau nanti konten-konten itu tidak bisa terhapus semuanya, kecuali kau mau menghapus ribuan postinganmu secara manual seperti dilakukan Steven tadi.
Aku masih beruntung tidak seperti Steven, karena aku baru satu bulan bergabung di Facebook, teman yang ku-add juga belum sampai 200 orang, dan postinganku juga baru puluhan.
0 komentar:
Posting Komentar