Today :

Not found what you looking for?:

Diposting oleh PUTRA BETAWI

Published on Rabu, 06 Mei 2009

Megawati, Prabowo, JK & Wiranto marunung-unung

Posted: 03 May 2009 04:10 AM PDT

Apakah kita, rakyat, masih mau memilih Megawati yang feodal? Yang membiarkan kakinya dicuci oleh wong cilik lalu melihat air bekas cucian kaki itu diminum? Puih! Merasa diri bangsawan. “Mega-Prabowo adalah duet maut [benar-benar maut],” judul koran Rakyat Merdeka.

Pengamat politik bilang, ganda campuran Megawati-Prabowo akan menjadi calon presiden/wakil presiden terkuat melawan SBY. Setelah “partai wong cilik” PDIP [weleh! benar gak sih ini partai pembela rakyat kecil?] kalah versus Partai Demokrat pada Pemilu legislatif, kini Mega “marunung-unung” dengan Wiranto [Hanura], Prabowo [Gerindra], dan Jusuf Kalla [Golkar].

WONC CILIK CUCI KAKI MEGAWATI Foto: milis

WONC CILIK CUCI KAKI MEGAWATI Foto: milis

Megawati kabarnya akan berpasangan dengan Prabowo. Mudah-mudahan aktivis yang diculik oleh Prabowo Cs dulu tidak akan berteriak sekarang: “Hidup, Prabowo! Prabowo for President!” [Halo, Pius Lustrilanang, dulu ente adalah salah satu korban penculikan, eh, sekarang malah jadi pengurus partainya Prabowo. Biasalah, ya, namanya juga aktivis Indonesia]. Sementara Jusuf Kalla akan berduet dengan Wiranto.

Apa yang kulihat pertama sekali dari “koaliasi besar” keempat tokoh ini adalah … rasa haus yang tak berkesudahan akan kekuasaan. Megawati tetap tidak bisa menerima kekalahannya dari SBY hampir lima tahun lalu, lalu dia “marunung-unung” dengan tiga partai lain. Bagaimana pun caranya, yang penting “habisi” SBY. Yang paling merusak mata saat menonton tivi adalah ketika Prabowo muncul akur dengan Wiranto. Dulu musuhan, sekarang berteman. Tapi itulah politik, katanya.

Bayangkan kalau keempat tokoh dari partai besar ini nanti ternyata kalah melawan SBY, mereka akan melakukan manuver politik apa lagi, ya…. “Bu, sebenarnya rakyat masih mendukung Ibu sebagai presiden, tetapi iklan SBY lebih tokcer, SBY sebenarnya cuma jago di iklan. Nantilah, Bu, lima tahun lagi, Ibu maju lagi, pasti menang, deh.”

Menurutku Megawati tidak layak lagi dipilih sebagai presiden. Katanya partainya pembela rakyat kecil, tapi dalam iklan, PDIP justru berjanji mau bikin harga sembako murah. Lha…, ini sama saja tidak memihak rakyat kecil. Kalau sembako murah, beras murah, ikan murah, maka yang dirugikan adalah 80 persen rakyat Indonesia yang umumnya petani — ya, itu, wong cilik yang mau diperjuangkan PDIP itu. Seharusnya bukan bikin sembako murah, tapi bagaimana meningkatkan daya beli masyarakat, misalnya dengan menaikkan gaji buruh dan PNS.

Dulu Mega mengkritik habis-habisan program BLT oleh pemerintahan SBY, namun terakhir justru PDIP bikin iklan mendukung BLT. Pemimpin yang plintat-plintut.

Entah karena perempuan, Mega adalah politisi yang cengeng. Gara-gara bekas menterinya, SBY, kalahkan dia pada pilpres dulu, sampai sekarang dia tidak mau bertegur-sapa dengan SBY. Bahkan diundang menghadiri HUT Kemerdekaan 17 Agustus pun Megawati tidak mau datang. Gila nggak! Seorang mantan presiden kok bisa bersikap begitu. Tak berjiwa besar. Seharusnya Mega dan konco-konconya di partai moncong putih belajar dari kasus Hillary-Obama. Dulu saat kampanye pilpres di Amerika Serikat, Hillary Clinton serang habis-habisan Barack Obama. Tapi begitu Obama menang, Hillary segera memberikan ucapan selamat, bahkan dia bersedia jadi anak buah Obama sebagai Menteri Luar Negeri. Nah…, di Indonesia, si Megawati…, halah!

Kurasa dia pikir SBY itu masih anak buahnya. Kritiknya sama SBY pun kekanak-kanakan. Bilang SBY mainkan harga BBM [dan rakyat?] seperti permainan yo-yo. Bilang pemerintahan SBY cuma jalan di tempat seperti tarian poco-poco. Yang pasti, waktu Megawati presiden, dia menjual asset negara seperti Indosat ke negara asing.

Alasanku yang lain untuk tidak memilih Mega adalah karena selama menjadi presiden dulu dia membiarkan korupsi merajalela. Barulah di masa SBY banyak pejabat korup dijebloskan ke penjara.

Dan satu lagi, Megawati adalah seorang feodal, orang yang memosisikan dirinya “berdarah bangsawan”. Masih ingat dengan foto di atas yang beredar luas di milis-milis Internet? Gambar Megawati beberapa tahun lalu, bertemu dengan pendukung PDIP yang membasuh kaki Mega dengan air lalu orang tersebut meminum air bekas cucian kaki Mega. Puih!

Aku tak salahkan pak tua itu, dia cuma rakyat kecil yang lugu. Megawatilah yang perlu “dihujat”. Mengapa dia biarkan kakinya dicuci seperti itu. Katanya pembela wong cilik, katanya pelayan rakyat, kok Mega berlagak macam bangsawan. Inikah orang yang akan kita pilih sebagai presiden?

“Kejadian itu hanya sebuah bentuk kekaguman yang luar biasa terhadap Bung Karno dan Ibu Mega, karena bisa membangun kekuatan seperti membawa ketenangan atau kesejahteraan,” kata Wasekjen PDIP, Hasto Kristianto, kepada situs Inilah.Com, Februari lalu.

Megawati simbol perlawanan wong cilik? Tidak! Emang kapan dia pernah merasakan sakitnya rakyat jelata? Sejak lahir dia tidak pernah susah, kok, sejak lahir dia sudah jadi anak presiden. Megawati seorang negarawan? Tidak! Bahkan HUT Kemerdekaan RI yang dulu diproklamirkan bapaknya sendiri, Bung Karno, tidak dia hadiri.

Ibu Mega, sudahlah…, engkau bukan lagi simbol perlawanan rakyat seperti di masa Orde Baru dulu. Nga sae bei, Namboru Mega!

Bila kau ingin mengirim artikel ini kepada teman lewat email-mu, Facebook, YM, GTalk, dll, klik tombol TELL A FRIEND di sudut kiri bawah artikel.

tafbutton blue16 Megawati, Prabowo, JK & Wiranto marunung unung

0 komentar:

Posting Komentar