Wawancara Suara Islam dengan Dr. Joserizal Jurnalis, Sp.OT
Beberapa kasus mencurigakan di Vietnam sebagai korban senjata biologi dan kimia AS pada waktu perang Vietnam. Juga Flu Burung, tiba-tiba ada Flu Burung sedangkan cara penyebarannya mencurigakan, dimana si penjual ayam tidak ada yang mati tetapi pembelinya justru mati. Tiba-tiba ada yang berjualan Tamiflu dan menawarkan vaksin Flu Burung.
Sebelum dipilih Presiden SBY sebagai Menteri Kesehatan KIB II menggantikan Siti Fadillah Supari, Endang Rahayu Sedyaningsih pernah dimutasi karena kedapatan membawa sample virus ke luar negeri tanpa izin Depkes. Tetapi Endang Rahayu menganggap dirinya tidak bersalah dengan dalih sebagai peneliti sehingga perlu kerjasama penelitian virus dengan negara lain.
Mindset (cara berfikir) seperti inilah yang berbahaya bagi keselamatan negara dan bangsa. Sepertinya Endang Rahayu buta jiwa nasionalismenya sehingga membahayakan negaranya sendiri dan menguntungkan negara asing terutama AS. Apalagi Endang Rahayu selama ini dikenal sebagai pendukung kuat eksistensi laboratorium milik Angkatan Laut AS yang dikenal dengan NAMRU 2, padahal oleh Siti Fadillah sudah ditutup tetapi akan kembali dibuka antek AS itu. Endang rahayu sengaja dipilih Presiden SBY menjadi Menkes dengan mengorbankan Nila Djuwita Anfasa Moeloek karena takut intimidasi tuannya, Presiden AS Barack Obama.
Mengapa kelakuan Endang Rahayu itu berbahaya. Pasalnya, virus dapat digunakan sebagai komoditas bisnis bahkan militer guna membuat senjata biologi. AS pernah menggunakan senjata biologi dan kimia secara besar-besaran pada Perang Vietnam (1964-1974), sehingga menyebabkan anak-anak Vietnam yang lahir pasca perang cacat fisik dan psikis seumur hidup, sementara rakyat sipil mati secara mengerikan sebagai dampak dari senjata biologi dan kimia militer AS.
BahkanAS pernah membantu Saddam Husein dengan senjata biologi dan kimia ketika terjadi Perang Iran-Irak (1980-1988), yang akhirnya digunakan Saddam Husein terhadap pasukan Iran.
Jadi tidak menutup kemungkinan, virus yang diberikan Endang Rahayu kepada AS akhirnya digunakan untuk membuat senjata biologi yang merugikan
Indonesia sendiri. Patut diduga kuat, penyebaran virus Flu Burung yang sangat cepat di Indonesia tidak menutup kemungkinan hasil kerja agen rahasia AS dalam “perang biologi” terhadap Indonesia. Perang biologi itu terutama dimotifasi untuk kepentingan bisnis perusahaan farmasi AS dengan menjual Tamiflu kepada pemerintah Indonesia, dan itu sudah terbukti.
Berikut ini wawancara Abdul Halim dari Tabloid Suara Islam dengan Dr Joserizal Jurnalis SpOT seputar penunjukan Menkes Endang Rahayu dan NAMRU 2 bagi keamanan dan kedaulatan NKRI.
Bagaimana menurut anda dengan terpilihnya Endang Rahayu Sedyaningsih sebagai Menteri Kesehatan KIB II ?
Pemilihan Menteri Kesehatan ini sepertinya sudah direkayasa. Mereka tidak ingin memilih lagi Ibu Siti Fadillah Supari, sebab beliau dianggap menetang hegemoni AS dalam persoalan aturan tata virus dunia. Beliaulah yang mendobrak aturan Global Influenza Surveilance Network (GISN) dengan menggalang negara-negara lain untuk melawan hegemoni AS. Maka tidaklah mengherankan jika AS membuat catatan khusus buat Siti Fadillah. Karena itu beliau dijegal tetapi tidak secara langsung sehingga dimunculkanlah skenario mereka.
Maka dicarilah Ibu Nila Djuwita Anfasa Moeloek yang kemudian di diskualifikasi dengan cara yang tidak elegan, seperti tidak tahan stress. Kemudian dimunculkanlah Endang Rahayu pada last minutes. Perlu dipertanyakan, apakah Endang telah menjalani test kesehatan dengan tim kesehatan RSPAD, tetapi kalau tanya jawab dengan SBY mungkin ya ! Dengan demikian, kita patut curiga kalau Endang memang sudah di plot sejak awal. Endang dikenal sangat dekat dengan AS, bahkan pernah membawa virus ke luar negeri yang dianggapnya biasa sebagai peneliti. Padahal virus tidak boleh dibawa keluar masuk negara karena mengandung komoditas bisnis dan militer.
Pendukung Endang diantaranya jubir Presiden, Dino Pati Jalal, karena dia memang pendukung laboratorium militer AS, NAMRU 2. Sedangkan dari kalangan dokter seperti mantan Ketua Umum IDI, Kartono Mohammad dan beberapa doktor lulusan AS. Padahal Siti Fadillah termasuk menteri popular, yang banyak membantu SBY dengan program-program populisnya sehingga membuatnya disenangi rakyat dan terpilih kembali. Seperti program Jamkesmas yang bermanfaat bagi orang miskin dengan berobat gratis. Kemudian obat murah yang merupakan program sangat populis sehingga rakyat semakin percaya pada pemerintahan SBY.
Sebenarnya kita sudah menduga akan adanya tekanan AS untuk mendongkel Siti Fadillah. Kalau SBY langsung menunjuk Endang maka akan memberi kesempatan orang lain untuk berkomentar lebih lama sehingga habislah Endang. Maka diskenariokan SBY terlebih dahulu menunjuk Nila, tetapi ketika menjelang last minutes dan terpepet waktunya, maka Nila sengaja dikorbankan. Seperti kalau bermain catur, pion yang dikorbankan atau benteng dikorbankan untuk memperoleh star.
Menkes Endang mengatakan NAMRU 2 akan diganti IUC. Bagaimana komentar anda?
Memang katanya sekarang perjanjian kerjasama sipil dengan sipil, namun sesungguhnya intinya bukan dengan sipilnya. Tetapi apakah dengan perjanjian itu Indonesia setara dengan AS, kemudian apakah transparan dan apakah kita mempunyai akses sama dengan AS, tidak boleh ada ketidak adilan atau pendholiman. Kalau semua unsur itu terpenuhi, kita bisa menfollowup dalam pelaksanaannya. Adapun yang kita khawatirkan tidak seperti itu dan akhirnya akan kembali seperti NAMRU 2
Sesungguhnya dalam persoalan virus, tidak boleh sembarangan orang mengaksesnya, karena bisa menjadi komoditi bisnis dan militer dan dapat digunakan sebagai senjata biologis, seperti adanya Flu Burung, tiba-tiba muncul Tamiflu. Virus dapat juga digunakan sebagai bahan pembuatan senjata biologis sesuai dengan virusnya, sedangkan keganasan virus dapat ditingkatkan dengan proses mikro biologis sehingga menjadi senjata biologis. AS banyak memiliki laboratorium militer, dimana yang terkenal Los Alamos, New Mexico.
Apakah AS pernah menggunakan senjara biologis kepada negara lain seperti senjata nuklir terhadap Jepang ?
Beberapa kasus mencurigakan di Vietnam sebagai korban senjata biologi dan kimia AS pada waktu perang Vietnam. Juga Flu Burung, tiba-tiba ada Flu Burung sedangkan cara penyebarannya mencurigakan, dimana si penjual ayam tidak ada yang mati tetapi pembelinya justru mati. Tiba-tiba ada yang berjualan Tamiflu dan menawarkan vaksin Flu Burung.
Dengan adanya penyebaran virus Flu Burung, jika dipandang dari sisi ekonomi, apakah dapat menggoncangkan perekonomian suatu negara ?
Kalau sudah terjadi penyebaran dari hewan ke manusia bahkan dari manusia ke manusia, berarti negara kita akan tertutup dari dunia luar. Supaya orang dari dalam negeri tidak keluar membawa penyakit dan orang luar tidak masuk sehingga terkena penyakit. Jadi dampaknya secara ekonomi akan sangat luas karena terisolasi dari dunia luar. Secara ekonomi dan pertahanan, masa depan bangsa akan sangat berbahaya.
Dalam kasus penunjukan Menkes Endang, mengapa SBY menyerah pada tekanan AS, padahal tidak dapat dipilih lagi pada 2014 nanti?
Ini memang persoalan bagaimana memandang kekuasan dan kehidupan. Dalam Islam kekuasaan adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT. Kalau kita membela rakyat dan mati dibunuh, maka akan mati syahid. Apakah SBY tidak ingin memperoleh kemuliaan mati syahid dengan membela rakyatnya, meski kemudian dicelakai agen asing. Bagi orang Islam, kehilangan kekuasaan tidak masalah. Kalau dia membela rakyatnya yang didholimi dan akhirnya kehilangan kekuasaan, itu amal ibadah yang nilainya besar dihadapan Allah. Ini persoalan bagaimana memandang kekuasan dan amanah.
Mengapa sekarang suara mantan Menkes Siti Fadillah terlihat melunak, padahal sebelumnya mengkritik habis-habisan atas penunjukan Endang ?
Jelas, dia diancam ! Mungkin diancam akan dicari-cari kesalahannya dengan ditakut-takuti. Menjadi pejabat kadang-kadang kebijakannya tidak sepenuhnya sesuai dengan aturan perundang-undangan, sehingga bisa dicari-cari kesalahannya selama menjabat. Kalau mengancam pejabat paling enak orang yang tahu persis persoalan anak buahnya.
Menurut anda, apakah susunan KIB II professional ?
Misalnya Menkes Endang dan Menhan Purnomo Yusgiantoro, ini kan aneh. Menhan Purnomo tidak berpengalaman dalam bidang pertahanan meski pernah sebentar menjabat Wakil Gubernur Lemhanas. Sebenarnya banyak Jenderal yang lebih berpengalaman dalam bidang pertahanan atau orang sipil yang lebih berpengalaman, yang membuat pihak TNI harus menjadi tentara rakyat, bukan hanya tentara professional.
Memang tentara yang kuat dibutuhkan negara, tetapi jangan jauh dari rakyat. Kalau kuat tetapi jauh dari rakyat, nanti akan dihadapkan dengan rakyat untuk kepentingan penguasa atau asing. Doktrinnya memang harus begitu sehingga sulit jauh dari rakyat. Saya kira ini bukan zaken kabinet, tetapi kabinet kompromi politik dengan partai, pihak asing dan semua orang.
Bagaimana SBY selalu mengandalkan politik pencitraan untuk menaikkan popularitasnya dimata rakyat?
Sebenarnya pencitraan dari sisi positif boleh saja. Tetapi kalau kita bangun pencitraan yang tidak sesuai dengan kenyataannya, itu jelas terlarang. Seharusnya apa adanya sehingga nanti dinilai Allah SWT walaupun nanti rakyat juga memberikan pandangannya. Itulah sebenarnya konsep kepemimpinan dalam Islam. Jika konsep pemimpin diluar Islam, mereka akan takut sekali jika kehilangan legitimasi, jabatan, dibunuh dan takut ditinggalkan orang lain. Kalau mereka menyadari kekuasaan sebagai amanah, maka akan jalan dengan keyakinannya dengan meminta nasehat para ulama. Jadi tidak perlu takut, sebab semua orang dapat berjihad sesuai dengan kemampuan lapangannya. Pak SBY dapat juga berjihad melalui jabatannya sebagai presiden.
Bagaimana kelanjutan rencana MER-C untuk membangun Rumah Sakit Indonesia di Gaza, padahal sekarang Menkesnya bukan lagi Siti Fadillah yang menjadi pendukung kuat pembangunan tersebut ?
Pendirian Rumah Sakit Indonesia di Gaza Palestina adalah amanah dari rakyat karena dananya dari rakyat Indonesia. Kita hanya berharap ridho Allah SWT, tidak bergantung kepada manusia. Kita tetap melakukan pendekatan horizontal mengenai wewenang pendirian rumah sakit ini. Tetapi kalau mereka menghalanginya, maka kita serahkan kepada Allah. Kita tetap berdoa kepada Allah agar rumah sakit ini tetap berdiri. Siapa yang menghalanginya, semoga Allah menyingkirkannya. Program MER-C tetap dilanjutkan dan diserahkan kepada Allah, sebab ini amanah dari umat Islam Indonesia untuk umat Islam Palestina dengan tujuan yang mulia. Kalau mereka nekat menghalanginya, semoga diberi petunjuk Allah atau disingkirkan dari jalan yang menghalanginya.
Terakhir, sebagai Presidium MER-C, bagaimana nasehat anda kepada Presiden SBY dan Menkes Endang Rahayu?
Indonesia adalah negara besar dan kaya raya hasil buminya dengan letak geopolitik yang sangat strategis, dimana penduduknya 240 juta orang yang mayoritas umat Islam. Karena itu pemimpinnya harus berusaha keras untuk melindungi rakyat dan wilayah kedaulatannya. Kalau tidak, maka negara ini lambat laun akan dirontokkan. Bukan berarti dijajah secara fisik, tetapi dikooptasi secara ekonomi, budaya, sosial dan sebagainya. Pihak asing akan dengan leluasa mengambil sumber daya alam negeri ini. Karena itu pemimpin negara ini harus kuat dan berjibaku melindungi rakyatnya meski taruhan nyawanya. Kalau takut nyawanya hilang, jangan jadi pemimpin.
Mengenai Menkes Endang, saya khawatir dengan cara berfikirnya (mindset). Jika dia tidak merubah mindsetnya, akan bahaya bagi negara ini. Karena dia membawa virus ke luar negeri dengan dalih penelitian, padahal virus dapat menjadi komoditas bisnis dan kepentingan militer negara maju, sedangkan WHO sendiri sudah tidak dapat dipercaya. Sudah terbukti ketika Menkes Siti Fadillah memberikannya ke WHO, maka oleh WHO virus tersebut diberikan kepada berbagai perusahaan farmasi dan laboratorium militer AS di Los Alamos.
Makanya waktu itu Menkes Siti Fadillah memperjuangkan aturan baru di WHO, bahwa harus ada kesetaraan dan transparansi mengenai material transfer agreement, rencana pengiriman sample dan sebagainya sehingga jangan sampai disalahgunakan. Negara pengirim virus harus dapat imbalan yang sepantasnya. Seperti transfer ilmu bagaimana membuat vaksin, dimana selama ini hanya mereka yang membikinnya.
Sekarang NAMRU hanya ada di Indonesia dan Mesir, padahal dulu ada di Kenya, Taiwan dan Filipina, tetapi sekarang sudah ditutup semua. Kalau di Mesir untuk memantau Afrika, karena disana banyak penyakit yang sifatnya menular. NAMRU 2 merupakan proyek operasi intelijen AS, sebab mereka tidak bisa diakses, pegawainya tidak dapat ditangkap seperti staf kedutaan yang memiliki kekebalan diplomatik, padahal mereka para peneliti bukan staf diplomat asing. (Abdul Halim)