PENJUALAN 40 persen saham Carrefour dari pemiliknya di Prancis kepada Trans Corp yang dimiliki Chairul Tanjung baru-baru ini memancing perhatian publik.
Carrefour, perusahaan yang berkembang sangat pesat, memang terantuk sandungan hukum karena terkait dengan tuduhan monopoli setelah mereka mengakuisisi gerai Alfa.Namun terlepas dari kaitan hukum tersebut, perkembangan Carrefour memang fenomenal. Jika bisnis mereka di Jepang beberapa waktu lalu menemui jalan buntu sehingga gerai mereka harus dilepas ke Hypermart dari Amerika Serikat, perkembangan bisnis mereka di Indonesia seakan tidak tertahankan. Dengan tambahan gerai dari Alfa yang di beberapa tempat kemudian diberi label Carrefour Express, jumlah gerai Carrefour di Indonesia sudah sekitar 100.Mereka juga berencana membuka 12 gerai baru tahun ini dan entah berapa lagi untuk tahun-tahun mendatang.
Perkembangan ini menandai semakin maraknya akuisisi di bisnis ritel yang sangat menarik. Beberapa waktu lalu kita mendengar penjualan sebuah bisnis ritel yang besar, yaitu PT Matahari Putra Prima Tbk. Perusahaan publik tersebut sahamnya dibeli oleh CVC Capital Partner dengan harga sekitar USD800 juta.CVC Capital Partner merupakan pemodal private equity kelas dunia yang bermarkas di Luksemburg, Eropa. Sebelumnya, Makro, sebuah bisnis yang mirip Carrefour, juga berganti pemilik. Pada saat penjualan Makro,beberapa pihak tertarik untuk ikut membeli, termasuk pemodal besar dari Indonesia. Ternyata persaingan untuk membeli Makro dimenangi Lotte, pebisnis ritel dari Korea, dengan selisih harga yang cukup besar.
Sebagaimana awal cerita ini, sebelum terjadinya berbagai akuisisi tersebut, kita mengetahui perusahaan ritel Alfa Supermarket dilepas oleh pemiliknya ke Carrefour. Pemilik lama Alfa Supermarket kemudian lebih mengonsentrasikan diri pada jaringan Alfamart yang menggurita ke mana-mana serta mengembangkan Alfa Midi, jaringan toko ritel ukuran menengah yang juga tampak mulai terlihat di berbagai tempat. Jaringan Alfamart ini juga bersaing keras dengan jaringan Indomaret yang dimiliki keluarga Salim dengan kecepatan ekspansi yang tidak kalah. Kita bisa menyaksikan pergerakan mereka di malam hari pada saat tempat lain sudah gelap,jaringan Alfamart dan Indomaret yang umumnya beroperasi 24 jam tersebut masih terang-benderang.
Tanda-tanda zaman apakah yang bisa kita temukan dalam berbagai proses akuisisi tersebut? Sebagaimana banyak diulas oleh para analis luar negeri, Indonesia memiliki kekuatan ekonomi yang luar biasa karena jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pendapatan yang terus meningkat. Ciri negara seperti ini adalah bisnis ritel yang berkembang pesat di negara tersebut. Saya sering menyebutnya sebagai population based economy. Pengamat lain mungkin sering menyebutnya sebagai perekonomian domestik. Goldman Sach, lembaga keuangan terkenal dari Amerika Serikat, adalah salah satu yang mengamati perkembangan tersebut. Setelah meluncurkan studi tentang negara-negara BRIC (Brasil, Rusia, India, dan China) pada 2002, Goldman Sach kemudian mengamati bahwa ternyata banyak negara lain yang penduduknya besar juga memiliki potensi kekuatan ekonomi.
Lembaga keuangan tersebut memperoleh data 11 negara yang kemudian disebut sebagai N-11 (the Next 11 countries). Indonesia termasuk di dalamnya, bahkan bisa dikatakan sebagai champion dari N-11 tersebut. Dalam studinya pada 2007 yang berjudul N-11: Not Just an Acronym, Goldman Sach memprediksi pada 2050 Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi nomor tujuh di dunia. Studi ini mirip dengan yang dibuat Pricewaterhouse Coopers, kantor akuntan terbesar di dunia yang bermarkas di London, yang mengeluarkan studi The World in 2050. Dalam studi tersebut, Indonesia, yang dimasukkan sebagai bagian dari Emerging 7bersama dengan China, India, Brasil, Rusia, Meksiko, dan Turki diprediksi menjadi kekuatan ekonomi nomor enam di dunia.
Potensi ini sekali lagi juga berdasarkan kekuatan demografinya lantaran jumlah penduduk Indonesia yang besar. Jumlah penduduk Indonesia memang besar. Namun, dari sisi daya beli, apakah pendapatan masyarakat kita memadai? Pendapatan per kapita Indonesia tahun 2009 mencapai USD2.591 atau sekitar USD2.600. Tingkat pendapatan ini naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan pendapatan per kapita tertinggi sebelum krisis dan sekitar lima kali lipat dibandingkan dengan pendapatan per kapita sewaktu krisis tahun 1998. Tingkat pendapatan ini akan terus naik pada tahun-tahun mendatang. Prediksi saya, tahun 2010 ini kita akan mulai mendekati tingkat pendapatan per kapita sekitar USD3.000. Jika ini tercapai, banyak pihak yang memprediksi akan muncul tambahan energi baru dari perekonomian Indonesia karena munculnya gelombang baru dalam perekonomian.
Yang juga sangat penting adalah mengamati distribusi pendapatan. Sekitar 10% penduduk Indonesia, yang tahun 2010 ini mencapai sekitar 23 juta jiwa,memiliki 30% pendapatan nasional. Ini berarti jumlah penduduk tersebut memiliki pendapatan per kapita USD7.800. Jumlah ini lebih besar dari pendapatan per kapita seluruh penduduk Malaysia yang dewasa ini berjumlah 26 juta penduduk dengan pendapatan per kapita pada 2008 sebesar USD7.080. Sementara itu, 30% penduduk Indonesia, yaitu sekitar 69 juta jiwa, memiliki pendapatan rata-rata lebih dari USD5.000. Jumlah ini jauh melampaui pendapatan rata-rata penduduk Thailand yang berjumlah sekitar 65 juta,yang rata-rata pendapatan per kapitanya sekitar USD3.000.
Dengan melihat perkembangan tersebut, Indonesia merupakan pasar yang sangat besar. Bahkan lebih besar dibandingkan dengan pasar yang dimiliki Thailand ditambah Malaysia sekalipun. Oleh karena itu,kita menyaksikan pada 2010 ini selama bulan Januari dan Februari,penjualan mobil di Indonesia mulai melampaui Thailand dan Malaysia. Secara tradisional, bertahun-tahun Indonesia merupakan negara nomor tiga dalam jumlah penjualan mobil domestik.
Dengan melihat perkembangan ini, bisnis ritel merupakan tambang emas baru bagi pengusaha.Mereka yang berhidung tajam akan berlomba- lomba memasuki bisnis tersebut karena prospek yang menarik yang dimilikinya. Itulah tanda-tanda zaman kita dalam beberapa tahun mendatang ini. (*)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar