REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri mendadak meninggalkan Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Senin (4/10). Padahal, Bambang sudah berada di ruangan 15 menit sebelum Sidang Kabinet dimulai.
Bambang tidak mengungkapkan alasan dia meninggalkan Sidang tersebut. Tidak diketahui pula apakah kepergian Bambang itu terkait dengan proses pengajuan nama calon Kapolri.
Seperti diketahui, Senin (4/10) ini merupakan hari terakhir Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyerahkan calon ke DPR karena keesokan harinya Presiden akan melakukan kunjungan kerja ke Belanda, sementara Bambang pensiun pada 10 Oktober 2010.
Ketika meninggalkan ruangan Sidang, Bambang mengenakan pakaian dinas lengkap dan ditemani dua ajudannya. "Tidak.. tidak. Ada tugas saja," kata Bambang sambil terburu-buru. Lalu, seorang ajudan membisikkan kepada Bambang agar cepat bergegas karena waktu sudah mendesak. n ikh
Hubungan Seks Sesama Jenis Mengkhawatirkan
TEMPO Interaktif, BOGOR – Temuan Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kota Bogor mengenai hubungan seks sesama jenis di kehidupan para remaja sudah memasuki tingkat mengkhawatirkan. Kondisi tersebut terungkap dalam seminar kesehatan remaja menyambut hari Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Hermina.
“Kondisi ini menimbulkan persoalan karena banyak remaja yang terlibat dalam masalah tersebut,” kata Sekretaris Daerah Kota Bogor, Bambang Gunawan.
Disebutkan berdasarkan data tahun 2005-2009 dari Penanggulangan Penyakit Menular (P2M) Dinas Kesehatan Kota Bogor kelompok penderita HIV terbesar usia 15-35 tahun.
Bambang menjelaskan salah satu faktor yang menyebabkan besarnya angka tersebut karena masih kurangnya pengetahuan remaja tentang bahaya penyakit akibat hubungan seks.
Berdasarkan survei remaja 2006, masih ada sekitar 29 persen remaja yang belum mengetahui tentang masalah reproduksi. Data lain menyebutkan ada 39 remaja yang belum memahami informasi tentang Prilaku Hidup Sehat (PHBS) 25 persen di antaranya kurang memahami masalah Penyakit Menular Seksual, 28 persen tidak mengetahui secara pasti bahaya penyebaran HIV/AIDS dan 20 persen tidak memiliki pemahaman bahaya penyalahgunaan rokok.
Bambang berharap peran serta dan kontribusi para remaja terpilih dalam Perr Counselor untuk menyampaikan informasi terkait masalah kesehatan remaja dan mengajak teman-temannya kepada hal-hal yang positif. “Melalui berbagai forum, Perr Counselor dapat berkontribusi dalam mendorong 18,8 juta remaja Kota Bogor menjalankan masa remajanya dengan karya-karya positif dan menghindarkan diri dari dampak negatif pergaulan, “ ungkapnya.
Di tempat yang sama, Kepala Seksi Kesehatan Remaja dan Lansia Dinas Kesehatan Kota Bogor dr. Ratna Yunia mengatakan, seluruhnya Perr Counselor yang dibentuk di Kota Bogor berjumlah 1.700 orang dari 30 Sekolah yang ada di Kota Bogor. “Setiap Sekolah ditunjuk tiga siswa, dan seorang guru yang bertugas sebagai Peer Counselor.“
Para konselor diberikan pelatihan dan pembekalan sebagai Counseling oleh Dinas Kesehatan memalui Puskesmas–Puskesmas yang ada di Kota Bogor. “Peer Counselor akan menjadi teman curhat para remaja yang bermasalah. Sebab, biasanya para remaja akan lebih terbuka menyampaikan permasalahan dirinya kepada sesama temannya, daripada kepada orang tuanya, “ kata Ratna.
“Kondisi ini menimbulkan persoalan karena banyak remaja yang terlibat dalam masalah tersebut,” kata Sekretaris Daerah Kota Bogor, Bambang Gunawan.
Disebutkan berdasarkan data tahun 2005-2009 dari Penanggulangan Penyakit Menular (P2M) Dinas Kesehatan Kota Bogor kelompok penderita HIV terbesar usia 15-35 tahun.
Bambang menjelaskan salah satu faktor yang menyebabkan besarnya angka tersebut karena masih kurangnya pengetahuan remaja tentang bahaya penyakit akibat hubungan seks.
Berdasarkan survei remaja 2006, masih ada sekitar 29 persen remaja yang belum mengetahui tentang masalah reproduksi. Data lain menyebutkan ada 39 remaja yang belum memahami informasi tentang Prilaku Hidup Sehat (PHBS) 25 persen di antaranya kurang memahami masalah Penyakit Menular Seksual, 28 persen tidak mengetahui secara pasti bahaya penyebaran HIV/AIDS dan 20 persen tidak memiliki pemahaman bahaya penyalahgunaan rokok.
Bambang berharap peran serta dan kontribusi para remaja terpilih dalam Perr Counselor untuk menyampaikan informasi terkait masalah kesehatan remaja dan mengajak teman-temannya kepada hal-hal yang positif. “Melalui berbagai forum, Perr Counselor dapat berkontribusi dalam mendorong 18,8 juta remaja Kota Bogor menjalankan masa remajanya dengan karya-karya positif dan menghindarkan diri dari dampak negatif pergaulan, “ ungkapnya.
Di tempat yang sama, Kepala Seksi Kesehatan Remaja dan Lansia Dinas Kesehatan Kota Bogor dr. Ratna Yunia mengatakan, seluruhnya Perr Counselor yang dibentuk di Kota Bogor berjumlah 1.700 orang dari 30 Sekolah yang ada di Kota Bogor. “Setiap Sekolah ditunjuk tiga siswa, dan seorang guru yang bertugas sebagai Peer Counselor.“
Para konselor diberikan pelatihan dan pembekalan sebagai Counseling oleh Dinas Kesehatan memalui Puskesmas–Puskesmas yang ada di Kota Bogor. “Peer Counselor akan menjadi teman curhat para remaja yang bermasalah. Sebab, biasanya para remaja akan lebih terbuka menyampaikan permasalahan dirinya kepada sesama temannya, daripada kepada orang tuanya, “ kata Ratna.
Freeport Kuasai Dua Gunung Emas di Papua
Perusahaan pertambangan emas terbesar di dunia, Freeport McMoran Copper & Gold Inc dengan anak perusahaan diantaranya PT Freeport Indonesia (PTFI), ternyata sejak 1991 secara resmi menguasai dua gunung emas, yakni Gunung emas Ersberg dan Grasberg, semuanya di Kabupaten Mimika, Propinsi Papua. Padahal sejak 1967, dimana pertama kali ditandatanggani perjanjian kontrak karya antara rezim Orde Baru dengan Freeport, perusahann pertambangan emas milik AS itu hanya menguasai Gunug emas Ersberg saja. Namun hasil dari kedua gunung emas itu tidak hanya emas saja tetapi ada hasil sampingan lain yang tidak kalah berharganya seperti tembaga, perak bahkan uranium.
Kepada Suara Islam Online seusai pembukaan Jakarta Investasi Forum 2010 di Balai Kartini Jakarta (30/9), Kepala BKPM Propinsi Papua, Purnomo mengakui perjanjian kontrak karya yang dibuat pemerintah Indonesia dengan PT Freeport tahun 1991 lalu sebenarnya bukan perjanjian untuk memperpanjang masa kontrak karya selama 30 tahun sejak 1967 yang akan berakhir pada 1997 untuk mengeksplorasi emas di Gunung Ersberg, tetapi perjanjian kontrak karya baru untuk mengeksplorasi emas di Gunung Grasberg, dekat Ersberg.
“Pada tahun 1991 dibuat lagi perjanjian antara pemerintah Pusat dengan PT Freeport Indonesia. Tetapi sebetulnya itu bukan perjanjian untuk memperpanjang kontrak karya pertambangan emas di Gunung Ersbers yang akan segera berakhir, tetapi sesungguhnya perjanjian pertambangan baru untuk mengeksplorasi emas di Gunung Garsberg,” ungkapnya.
Mengenai bagi hasil untuk pemerintah Indonesia sangat kecil hanya 1 persen sedangkan yang 99 persen milik Freeport, Purnomo mengakui itu bukan kesalahan Freeport, sebab perjanjiannya memang demikian. Kalau bagian pemerintah ingin dinaikkan, ya harus merubah perjanjian terlebih dahulu.
Namun diakuinya, memang terjadi ketidakadilan oleh Freeport yang telah berubah menjadi perusahaan raksasa pertambangan emas terkaya sekaligus terbesar di dunia, dimana sahamnya diperjualbelikan di New York Stock Exchange (NYSE). Sebab penduduk Papua sendiri ternyata hingga sekarang masih dililit kemiskinan dan hanya menyaksikan gemerlapan Freeport yang mengeruk kekayaan emas mereka untuk diboyong ke AS dan membuat negara penjajah Afghanistan dan Irak itu menjadi kaya raya.
Padahal sejak 1967, Freeport hanya memiliki hak izin pertambangan seluas 30 Km persegi. Namun sejak 1989, diperluas menjadi 25.000 Km persegi dengan hak penambangan eksklusif selama 30 tahun dan dapat diperpanjang. Hingga kini pemerintah Indonesia hanya mendapatkan pemasukan pajak dari Freeport sebesar Rp 30 miliar pertahun, sedangkan pembagian hasilnya hanya 1 persen dan sisanya milik Freeport. Sedangkan Freeport sendiri tidak ikut bertanggungjawab atas kerusakan lingkungan hidup termasuk pembuangan jutaan ton tailing (limbah tambang emas) di berbagai sungai di Mimika, sebagai dampak dari proyek pertambangan emas, perak, tembaga bahkan ditengarai juga menghasilkan uranium tersebut. Namun hingga sekarang PT Freeport Indonesia belum mengakui kalau secara diam-diam juga menambang uranium dari Papua. (Abdul Halim)
Suara-Islam.Com
Rintihan Seorang Mayor TNI AL di Indonesia Timur
Kepada Suara Islam Online seusai pembukaan Jakarta Investasi Forum 2010 di Balai Kartini Jakarta (30/9), Kepala BKPM Propinsi Papua, Purnomo mengakui perjanjian kontrak karya yang dibuat pemerintah Indonesia dengan PT Freeport tahun 1991 lalu sebenarnya bukan perjanjian untuk memperpanjang masa kontrak karya selama 30 tahun sejak 1967 yang akan berakhir pada 1997 untuk mengeksplorasi emas di Gunung Ersberg, tetapi perjanjian kontrak karya baru untuk mengeksplorasi emas di Gunung Grasberg, dekat Ersberg.
“Pada tahun 1991 dibuat lagi perjanjian antara pemerintah Pusat dengan PT Freeport Indonesia. Tetapi sebetulnya itu bukan perjanjian untuk memperpanjang kontrak karya pertambangan emas di Gunung Ersbers yang akan segera berakhir, tetapi sesungguhnya perjanjian pertambangan baru untuk mengeksplorasi emas di Gunung Garsberg,” ungkapnya.
Mengenai bagi hasil untuk pemerintah Indonesia sangat kecil hanya 1 persen sedangkan yang 99 persen milik Freeport, Purnomo mengakui itu bukan kesalahan Freeport, sebab perjanjiannya memang demikian. Kalau bagian pemerintah ingin dinaikkan, ya harus merubah perjanjian terlebih dahulu.
Namun diakuinya, memang terjadi ketidakadilan oleh Freeport yang telah berubah menjadi perusahaan raksasa pertambangan emas terkaya sekaligus terbesar di dunia, dimana sahamnya diperjualbelikan di New York Stock Exchange (NYSE). Sebab penduduk Papua sendiri ternyata hingga sekarang masih dililit kemiskinan dan hanya menyaksikan gemerlapan Freeport yang mengeruk kekayaan emas mereka untuk diboyong ke AS dan membuat negara penjajah Afghanistan dan Irak itu menjadi kaya raya.
Padahal sejak 1967, Freeport hanya memiliki hak izin pertambangan seluas 30 Km persegi. Namun sejak 1989, diperluas menjadi 25.000 Km persegi dengan hak penambangan eksklusif selama 30 tahun dan dapat diperpanjang. Hingga kini pemerintah Indonesia hanya mendapatkan pemasukan pajak dari Freeport sebesar Rp 30 miliar pertahun, sedangkan pembagian hasilnya hanya 1 persen dan sisanya milik Freeport. Sedangkan Freeport sendiri tidak ikut bertanggungjawab atas kerusakan lingkungan hidup termasuk pembuangan jutaan ton tailing (limbah tambang emas) di berbagai sungai di Mimika, sebagai dampak dari proyek pertambangan emas, perak, tembaga bahkan ditengarai juga menghasilkan uranium tersebut. Namun hingga sekarang PT Freeport Indonesia belum mengakui kalau secara diam-diam juga menambang uranium dari Papua. (Abdul Halim)
Suara-Islam.Com
Rintihan Seorang Mayor TNI AL di Indonesia Timur
Intelijen Komunis Cekoslowakia Ikut Bermain
Praha – Setelah 45 tahun baru terungkap dengan jelas, bahwa agen-agen rahasia Cekoslowakia iku terlibat langsung dalam peristiwa yang kita kenal dengan Gerakan 30 September 1965.
Agen-agen rahasia Cekoslowakia sejak akhir 50-an berusaha untuk melemahkan posisi Amerika. Kegiatan-kegiatan intelijen Cekoslowakia mengakibatkan destabilisasi keseluruhan dalam negara, yang akhirnya digunakan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) pada September 1965 untuk merebut kekuasaan. Namun upaya kudeta ini dapat dihancurkan oleh tentara dengan cepat dan dalam beberapa bulan mendatang anggota PKI dibantai, diperkirakan sampai setengah juta orang.
Bekerjasama dengan T. Tedoun, warga di Praha, detikcom menyajikan rekonstruksi kejadian berdasarkan dokumen Arsip Nasional Ceko, yang pertama kali diterbitkan dan kesaksian pribadi para pelakunya.
“Ya, itu adalah nama rahasia saya,” Pavka tertawa di sebuah coffee shop di Bratislava (kini ibukota Slovakia, red).
Izidor Počiatek (78), “Saya sudah benar-benar lupa bagaimana hal itu terjadi. Ya, saya suka buku dari Ostrovsky yang berjudul Jak se kalila ocel (Bagaimana Melumerkan Baja), dan tokoh utama dalam buku itu bernama Pavka Korčagin.”
Lalu, pria yang sudah beruban ini menukar kacamatanya dan menyimak sebuah laporan yang ditulis pada 17/2/1965. Laporan itu dikirim ke markas intelijen di Praha dari residensi di Jakarta, yang secara resmi disebut Departemen Ke-1 Kementerian Luarnegeri Cekoslowakia (Ceko dan Slowakia saat itu masih satu negara, red).
Isi laporan itu menjelaskan salah satu langkah aktif yang diorganisir oleh intelijen Cekoslovakia terhadap kedubes AS, bahwa telah terjadi demonstrasi terhadap kedubes ASdi Jakarta pada 12 dan 15/2/1965, yang diarahkan untuk memprotes agresinya di Vietnam.
Kami hadir pada demonstrasi itu pada 15/2/1965 dan menurut pendapat kami adalah merupakan aksi yang dikendalikan oleh otoritas setempat, yang kelihatannya tidak memiliki kepentingan agar aksi tersebut meluas terlalu besar.
Untuk itulah kami mempersiapkan langkah aktiv bersandi Znervosnění, yang dicocokkan dengan situasi yang ada.
Pada hari berikutnya yakni 16/2/1965 agen Pavka menghubungi Galbraitha, Chargé d’ Affaires (Kuasa Usaha, red) pada kedubes AS melaui telepon umum dengan bahasa Indonesia. Ia mengatakan bahwa dalam beberapa hari mendatang akan ada aksi terhadap kedubes AS, yang mirip dengan aksi di tahun 1963 terhadap kedubes Inggris.
Faktor Agen Pavka dan Seorang Pociatek
Setelah 45 tahun baru terungkap dengan jelas, bahwa agen-agen rahasia Cekoslowakia ikut terlibat langsung dalam G30S. Sebuah fakta baru, melengkapi kajian-kajian sebelumnya tentang peran intelijen Barat.
Atas pertanyaan Galbraitha, siapakah penelpon itu, Pavka menjawab bahwa dia tidak bisa memberikan identitas namanya, namun mengatakan agar telepon ini dianggap sebagai peringatan persahabatan, yang bertujuan mencegah aksi tersebut.
Agen-agen Cekoslowakia setempat saat itu menyelesaikan surat-surat anonim untuk para pegawai diplomatik AS dan untuk orang AS lainnya di Jakarta, di mana kami katakan bahwa turut bertanggungjawab atas kejahatan yang terjadi di Vietnam, dan kami katakan bahwa mereka bisa bernasib sama dengan Inggris di Indonesia tahun 1963.
Seperti diketahui, kedubes Inggris di Jakarta dibakar dan lambang negaranya dicopot demonstran pada 18/9/1963, hanya selang dua hari setelah Federasi Malaysia resmi didirikan.
Seperti diketahui, pada saat itu Soekarno telah mengirim ribuan sukarelawan ke perbatasan-perbatasan dengan Malaysia, antara lain Kalimantan Timur, Kalimantan Barat dan Riau. Di antara mereka terdapat dokter, mahasiswa, pemuda, bahkan juga wartawan. Sementara satuan-satuan tentara yang juga mengklaim diri sebagai sukarelawan menyusup masuk ke wilayah Singapura dan Kalimantan Utara.
Yang dimaksud Pavka adalah 50 surat yang dibuat dengan mesin tik. Dalam menulis alamat digunakan huruf-huruf kapital dan alamat yang digunakan adalah alamat tempat tinggal.
Tahap akhir daripada langkah aktif tersebut adalah juga akan dikirimkan beberapa surat kepada pegawai Indonesia di kedubes AS, di mana akan disarankan agar mereka demi kepentingan keamanan pribadi bersiap untuk meninggalkan gedung dengan segera dan agar informasi ini disebarkan di antara kekuatan lokal lainnya. Naskah surat tersebut dipersiapkan oleh Pavka.
“Persis seperti yang tertulis di sini”, ujar Izidor Počiatek .
“Hanya saja saya mengatakan dengan persis kepada Galbraith bahwa aksi terhadap kedubes AS akan terjadi keesokan harinya. Mengenai surat anonim terhadap para diplomat saya sudah tidak tahu, namun itu wajar dalam bisnis ini. Setiap staf hanya tahu beberapa keping dari keseluruhan puzzle,” papar Počiatek.
Počiatek adalah Atase Informasi di Jakarta (1961-1968) dan merupakan Duta Besar (1990-1992) terakhir Cekoslowakia (sebelum pecah menjadi Ceko dan Slowakia, red) sekaligus satu-satunya saksi hidup aktivitas intelijen Cekoslowakia di Jakarta.
Berbeda dengan kebanyakan diplomat saat itu, Počiatek tidak pernah menjadi kader intelijen melainkan hanya merupakan kolaborator ideologis intelijen. Namun dia seorang staf yang sangat penting, karena merupakan satu-satunya di kedubes Cekoslowakia di Jakarta yang bisa berbahasa Indonesia.
Target Intelijen Cekoslowakia: Melumpuhkan Upaya Amerika
Tujuan utama dari dinas intelijen Cekoslowakia melakukan penetrasi di Indonesia, menurut dokumen dari akhir tahun 1962, adalah melumpuhkan upaya Amerika.
Untuk misi tersebut Cekoslowakia membentuk residen intelijen, yang mulai bekerja di Jakarta pada awal 1959. Kepala pertama intelijen Cekoslowakia di Jakarta adalah Václav Rabbit, dengan nama samaran Kares, yang bekerja secara resmi sebagai seorang diplomat dalam kapasitas sebagai Sekretaris Pertama.
Perwira intelijen luarbiasa di Indonesia yang lainnya adalah Eugene Vacek (Vinklář), yang pada akhir 80-an kemudian menjadi Wakil Menteri Luar Negeri. Setelah 1989, Vacek berpartisipasi dalam negosiasi mengenai penarikan pasukan Soviet dari Cekoslowakia dan sebagai imbalannya –untuk kedua kalinya dalam karir diplomatiknya– menjadi duta besar untuk Nigeria.
Selain melumpuhkan upaya Amerika, misi lainnya adalah ikut mengeliminir kekuatan reaksioner dalam negeri yang berusaha membalik perkembangan politik ke kanan, mempertahankan posisi Indonesia sebagai negara netral dan memperkuat pasukan sayap kiri dan tren yang mengarah kepada kerjasama lebih erat dengan negara-negara sosialis.”
Terutama berkat aktivitas dari kolaborator intelijen Pavka, residen tidak lama kemudian memperoleh jaringan kontak rahasia dari kalangan wartawan lokal, pejabat dan juga politisi.
Sebagian besar dari mereka adalah merupakan simpatisan komunis dan dengan hadiah berupa sedikit uang dan material bersedia untuk memberikan informasi rahasia atau sebaliknya menjadi saluran di mana intelijen dapat memanipulasi pejabat setempat atau opini publik.
Meskipun demikian, berbagai kegiatan residen di Jakarta dari awal 60-an, berulang kali dinilai ‘sangat sedikit melakukan tindakan.’ Tindakan aktif yang diusulkan oleh markas di Praha terkadang cukup aneh, “Menurut informasi anda, Amerika pada tahun 1963 di Jakarta akan melakukan pameran besar di mana akan memberikan makanan dan minuman gratis. Jika kita berhasil merusak beberapa makanan yang dapat menyebabkan penyakit, dan memberitakan hal itu kepada masyarakat tentunya hal itu dapat merusak nama baik Amerika dan melemahkan efektivitas pameran.”
Krisis terbuka residen dan kedubes Cekoslowakia sempat terjadi pada akhir 1963, yakni setelah wakil maskapai penerbangan CSA (České Aerolinie) di Jakarta pindah ke Barat. Dia adalah pengikut ideologis dari intelijen. Karena hal itu, petugas kontrolnya yakni Alois Semelka (Suk) harus kembali ke Cekoslowakia.
Duta Besar baru Cekoslowakia untuk Jakarta, Emil Patek, adalah orang yang baru pertama kali keluar negeri dan seperti umumnya pejabat Cekoslowakia lainnya dari jalur diplomatis, hanya bisa berbahasa Rusia.
Hal kritis tersebut diselesaikan dengan ditariknya kembali intelijen berpengalaman Evzen Vacek dari pusat kembali ke residen di Jakarta.
Di bawah kepemimpinan Vacek, dilakukan langkah-langkah aktif dengan menggunakan kata sandi ‘Fitnah’. Kegiatannya antara lain memanfaatkan pernyataan-pernyataan para senator Amerika, yang selanjutnya diedit, sehingga isinya seolah menghina Sukarno dan rakyat Indonesia.
‘Berita Koran dan Palmer Agen CIA’
Melalui kontak rahasia di antara wartawan lokal dengan nama samaran Moslim, Letka dan Literat, residen melakukan kampanye di surat-surat kabar dan organisasi-organisasi massa (ormas).
“Artikel menjadi sinyal untuk kampanye luas bagi pers Indonesia dan radio, yang kemudian melebar kepada protes terhadap impor film Amerika dan kegiatan armada kapal ke-7 USA di wilayah Indonesia,” puji residen atas disinformasi yang disebarkan.
Bahkan berita yang disebarkan oleh intelijen Cekoslowakia itu digunakan sendiri oleh presiden Sukarno dalam pidato-pidatonya. Bahkan presiden Soekarno kemudian membatalkan rencana kunjungannya ke AS pada Mei 1964.
Enam bulan kemudian residen yang pada saat itu dikepalai oleh Vaclav Louda (Havlik) mengeluh bahwa kegiatan terhadap Amerika melemah. Para anggota intelijen di Jakarta maupun di pusat (Praha) yang di awal 1964 membentuk departemen disinformasi, berusaha untuk mencari tahu bagaimana caranya melemahkan posisi Amerika di Indonesia secara permanen.
Bidikan mereka diarahkan kembali kepada warga Amerika, Bill Palmer, yang pada saat itu resmi menjadi kepala American Moving Picture Association in Indonesia (AMPAI) di Jakarta, yang mewakili perfilman AS di Indonesia. Sudah sejak pertengahan 50-an dan 60-an intelijen Cekoslowakia menyimpulkan bahwa Bill Palmer adalah kepala cabang lokal CIA di Jakarta.
Oleh karena itu pada Maret 1960 intelijen Cekoslowakia melakukan survei di sekitar villa kediaman Palmer dan hasil dokumentasi fotografi yang dibuat dikirim ke Praha.
Sejak saat itu Palmer muncul secara teratur dalam daftar utama sasaran residen intelijen Cekoslowakia. Oleh para intelijen Cekoslowakia, Palmer dicirikan dengan ‘bertubuh gempal kecil, kepala berbentuk kentang, gundul, hidung mancung, memakai kacamata.’ Namun tidak diperoleh informasi signifikan mengenai pria setengah baya ini.
Pada awal 1964 markas intelijen di Praha memberikan minat baru terhadap Palmer dan menulis surat ke residen bahwa ada ‘seorang teman’ mengusulkan untuk menerapkan suatu ‘tindakan aktif’bersama untuk mendiskreditkan Palmer. Yang dimaksud ‘seorang teman’ adalah intelijen Soviet.
Usulan ini menghasilkan ‘tindakan aktif’ dengan nama sandi ‘Karno’. Esensinya adalah membongkar kegiatan CIA di Indonesia, antara lain bahwa Palmer dan Duta Besar AS Howard P. Jones pada tahun 1962 menginformasikan Belanda mengenai pergerakan kapal perang Indonesia, yang menyebabkan ditenggelamkannya kapal torpedo Indonesia dalam konflik pembebasan Irian Barat.
Artikel dengan isi berita tersebut oleh intelijen Cekoslowakia diterbitkan di majalah mingguan India Mainstream, milik seorang komunis India bernama Nikhil Chakravarty. Karena haluan politiknya itu India Mainstream sering digunakan oleh intelijen Cekoslowakia sebagai tempat disinformasi berita.
Kemudian Izidor Pociatek bersama ‘kontak rahasianya’ mengatur agar berita tersebut pada 27/2/1965 diterbitkan ulang di surat kabar Indonesia, ‘SH’. Dua hari kemudian, informasi dari artikel tersebut dipublikasikan pula oleh harian berpengaruh lainnya.
Artikel tersebut memiliki efek luarbiasa. Tepatnya pada 28/2/1965 terjadi demonstrasi besar-besaran di depan kediaman Duta Besar AS. Selanjutnya pada 16/3/1965 sekitar 1500 artis, pekerja perfilman dan pemuda merebut gedung AMPAI di Jakarta.
Pada bangunan tersebut terlihat karikatur anti-AS dengan slogan ‘Palmer Agen CIA’, dijelaskan oleh residen sebagai konsekuensi dari ‘tindakan aktif’ mereka.
Pers Indonesia mengomentari kejadian tersebut. Indonesian Herald edisi 17/3/1965 menurunkan artikel yang menuntut pebubaran AMPAI dan agar Palmer dideportasi dari Indonesia atau diadili, karena merupakan agen CIA.
Palmer tak menunggu lama. Pada akhir Maret dia diam-diam meninggalkan Indonesia. Koneksitasnya dengan CIA tidak pernah terbukti.
Agen Ceko Berperan dalam Pembuatan Dokumen Gilchrist
Terlibatnya agen-agen Cekoslowakia yang ikut bermain dalam peristiwa G30S tahun 1965 sesungguhnya bukan fakta baru. Sejumlah bukti sejarah telah mengindikasikan adanya campur tangan agen Ceko dalam pembuatan apa yang dikenal sebagai “Dokumen Gilchrist”.
Diambil dari nama Dubes Inggris untuk Indonesia saat itu, Andrew Gilchrist, dokumen yang beredar hampir bersamaan waktunya dengan isu Dewan Jendral tersebut ikut memicu terjadinya G30S. Dokumen itu menyebut adanya konsolidasi di Angkatan Darat (AD).
“Di dalam dokumen itu disebutkan ‘ada teman di kalangan tentara yang bersimpati dengan Inggris’. Dokumen ini bisa saja palsu. Namun, terlepas benar atau tidak, dokumen tersebut telah menimbulkan saling curiga. Ditambah lagi muncul isu dewan jenderal dan sakitnya Presiden Seokarno yang mempercepat terjadinya G30S,” kata ahli peneliti utama LIPI, Asvi Warman Adam, kepada detikcom, Rabu (29/9/2010).
Sejumlah pihak menganggap Dokumen Gilchrits dipalsukan oleh agen Ceko di bawah kendali Jenderal Agayant dari dinas intelijen Rusia atau Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti (KGB). Namun, bagi Asvi, belum jelas benar untuk siapakah para agen Ceko tersebut sebenarnya bekerja.
“Kalau dikatakan berperan, iya. Intelijen dari berbagai negara waktu itu banyak sekali. Tapi agen Ceko ini kepentingannya untuk siapa belum jelas. Apakah mewakili kepentingan Uni Soviet atau kepentingan Ceko sendiri?” katanya.
Masih terkait dengan ketelibatan intelijen asing dalam peristiwa cup d’etat 45 tahun yang lalu itu, Asvi mengajak para peneliti untuk tidak terpaku pada eropa timur. Sebab, agen negara-negara di Asia kemungkinan besar juga mempunyai andil dalam memanasnya eskalasi politik saat itu. Sebagai contoh Jepang.
“Justru yang penting diketahui bukan eropa timur, tapi Jepang. Selain Amerika, modal Jepang itu masuk ke Indonesia secara luar biasa setelah tahun 1965,” imbuh Doktor sejarah dari Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sosiales, Paris, ini.
Asvi mengungkapkan, sebelum menyerbu ke Indonesia tahun 1942, Jepang sudah menyebarkan intelijennya ke negeri ini. Para agen-agen bangsa kulit kuning itu mengunakan teknik penyamaran yang canggih, seperti membuka toko-toko kelontong.
“Nah, berdasarkan pengalaman itu, apakah Jepang bermain atau tidak dalam peristiwa G30S, itu lebih menarik untuk dikaji. Di Jepang sudah ada arsipnya, tapi belum dibuka,” tutup pria kelahiran Bukittinggi, 8 Oktober 1954, itu.
Agen-agen rahasia Cekoslowakia sejak akhir 50-an berusaha untuk melemahkan posisi Amerika. Kegiatan-kegiatan intelijen Cekoslowakia mengakibatkan destabilisasi keseluruhan dalam negara, yang akhirnya digunakan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) pada September 1965 untuk merebut kekuasaan. Namun upaya kudeta ini dapat dihancurkan oleh tentara dengan cepat dan dalam beberapa bulan mendatang anggota PKI dibantai, diperkirakan sampai setengah juta orang.
Bekerjasama dengan T. Tedoun, warga di Praha, detikcom menyajikan rekonstruksi kejadian berdasarkan dokumen Arsip Nasional Ceko, yang pertama kali diterbitkan dan kesaksian pribadi para pelakunya.
“Ya, itu adalah nama rahasia saya,” Pavka tertawa di sebuah coffee shop di Bratislava (kini ibukota Slovakia, red).
Izidor Počiatek (78), “Saya sudah benar-benar lupa bagaimana hal itu terjadi. Ya, saya suka buku dari Ostrovsky yang berjudul Jak se kalila ocel (Bagaimana Melumerkan Baja), dan tokoh utama dalam buku itu bernama Pavka Korčagin.”
Lalu, pria yang sudah beruban ini menukar kacamatanya dan menyimak sebuah laporan yang ditulis pada 17/2/1965. Laporan itu dikirim ke markas intelijen di Praha dari residensi di Jakarta, yang secara resmi disebut Departemen Ke-1 Kementerian Luarnegeri Cekoslowakia (Ceko dan Slowakia saat itu masih satu negara, red).
Isi laporan itu menjelaskan salah satu langkah aktif yang diorganisir oleh intelijen Cekoslovakia terhadap kedubes AS, bahwa telah terjadi demonstrasi terhadap kedubes ASdi Jakarta pada 12 dan 15/2/1965, yang diarahkan untuk memprotes agresinya di Vietnam.
Kami hadir pada demonstrasi itu pada 15/2/1965 dan menurut pendapat kami adalah merupakan aksi yang dikendalikan oleh otoritas setempat, yang kelihatannya tidak memiliki kepentingan agar aksi tersebut meluas terlalu besar.
Untuk itulah kami mempersiapkan langkah aktiv bersandi Znervosnění, yang dicocokkan dengan situasi yang ada.
Pada hari berikutnya yakni 16/2/1965 agen Pavka menghubungi Galbraitha, Chargé d’ Affaires (Kuasa Usaha, red) pada kedubes AS melaui telepon umum dengan bahasa Indonesia. Ia mengatakan bahwa dalam beberapa hari mendatang akan ada aksi terhadap kedubes AS, yang mirip dengan aksi di tahun 1963 terhadap kedubes Inggris.
Faktor Agen Pavka dan Seorang Pociatek
Setelah 45 tahun baru terungkap dengan jelas, bahwa agen-agen rahasia Cekoslowakia ikut terlibat langsung dalam G30S. Sebuah fakta baru, melengkapi kajian-kajian sebelumnya tentang peran intelijen Barat.
Atas pertanyaan Galbraitha, siapakah penelpon itu, Pavka menjawab bahwa dia tidak bisa memberikan identitas namanya, namun mengatakan agar telepon ini dianggap sebagai peringatan persahabatan, yang bertujuan mencegah aksi tersebut.
Agen-agen Cekoslowakia setempat saat itu menyelesaikan surat-surat anonim untuk para pegawai diplomatik AS dan untuk orang AS lainnya di Jakarta, di mana kami katakan bahwa turut bertanggungjawab atas kejahatan yang terjadi di Vietnam, dan kami katakan bahwa mereka bisa bernasib sama dengan Inggris di Indonesia tahun 1963.
Seperti diketahui, kedubes Inggris di Jakarta dibakar dan lambang negaranya dicopot demonstran pada 18/9/1963, hanya selang dua hari setelah Federasi Malaysia resmi didirikan.
Seperti diketahui, pada saat itu Soekarno telah mengirim ribuan sukarelawan ke perbatasan-perbatasan dengan Malaysia, antara lain Kalimantan Timur, Kalimantan Barat dan Riau. Di antara mereka terdapat dokter, mahasiswa, pemuda, bahkan juga wartawan. Sementara satuan-satuan tentara yang juga mengklaim diri sebagai sukarelawan menyusup masuk ke wilayah Singapura dan Kalimantan Utara.
Yang dimaksud Pavka adalah 50 surat yang dibuat dengan mesin tik. Dalam menulis alamat digunakan huruf-huruf kapital dan alamat yang digunakan adalah alamat tempat tinggal.
Tahap akhir daripada langkah aktif tersebut adalah juga akan dikirimkan beberapa surat kepada pegawai Indonesia di kedubes AS, di mana akan disarankan agar mereka demi kepentingan keamanan pribadi bersiap untuk meninggalkan gedung dengan segera dan agar informasi ini disebarkan di antara kekuatan lokal lainnya. Naskah surat tersebut dipersiapkan oleh Pavka.
“Persis seperti yang tertulis di sini”, ujar Izidor Počiatek .
“Hanya saja saya mengatakan dengan persis kepada Galbraith bahwa aksi terhadap kedubes AS akan terjadi keesokan harinya. Mengenai surat anonim terhadap para diplomat saya sudah tidak tahu, namun itu wajar dalam bisnis ini. Setiap staf hanya tahu beberapa keping dari keseluruhan puzzle,” papar Počiatek.
Počiatek adalah Atase Informasi di Jakarta (1961-1968) dan merupakan Duta Besar (1990-1992) terakhir Cekoslowakia (sebelum pecah menjadi Ceko dan Slowakia, red) sekaligus satu-satunya saksi hidup aktivitas intelijen Cekoslowakia di Jakarta.
Berbeda dengan kebanyakan diplomat saat itu, Počiatek tidak pernah menjadi kader intelijen melainkan hanya merupakan kolaborator ideologis intelijen. Namun dia seorang staf yang sangat penting, karena merupakan satu-satunya di kedubes Cekoslowakia di Jakarta yang bisa berbahasa Indonesia.
Target Intelijen Cekoslowakia: Melumpuhkan Upaya Amerika
Tujuan utama dari dinas intelijen Cekoslowakia melakukan penetrasi di Indonesia, menurut dokumen dari akhir tahun 1962, adalah melumpuhkan upaya Amerika.
Untuk misi tersebut Cekoslowakia membentuk residen intelijen, yang mulai bekerja di Jakarta pada awal 1959. Kepala pertama intelijen Cekoslowakia di Jakarta adalah Václav Rabbit, dengan nama samaran Kares, yang bekerja secara resmi sebagai seorang diplomat dalam kapasitas sebagai Sekretaris Pertama.
Perwira intelijen luarbiasa di Indonesia yang lainnya adalah Eugene Vacek (Vinklář), yang pada akhir 80-an kemudian menjadi Wakil Menteri Luar Negeri. Setelah 1989, Vacek berpartisipasi dalam negosiasi mengenai penarikan pasukan Soviet dari Cekoslowakia dan sebagai imbalannya –untuk kedua kalinya dalam karir diplomatiknya– menjadi duta besar untuk Nigeria.
Selain melumpuhkan upaya Amerika, misi lainnya adalah ikut mengeliminir kekuatan reaksioner dalam negeri yang berusaha membalik perkembangan politik ke kanan, mempertahankan posisi Indonesia sebagai negara netral dan memperkuat pasukan sayap kiri dan tren yang mengarah kepada kerjasama lebih erat dengan negara-negara sosialis.”
Terutama berkat aktivitas dari kolaborator intelijen Pavka, residen tidak lama kemudian memperoleh jaringan kontak rahasia dari kalangan wartawan lokal, pejabat dan juga politisi.
Sebagian besar dari mereka adalah merupakan simpatisan komunis dan dengan hadiah berupa sedikit uang dan material bersedia untuk memberikan informasi rahasia atau sebaliknya menjadi saluran di mana intelijen dapat memanipulasi pejabat setempat atau opini publik.
Meskipun demikian, berbagai kegiatan residen di Jakarta dari awal 60-an, berulang kali dinilai ‘sangat sedikit melakukan tindakan.’ Tindakan aktif yang diusulkan oleh markas di Praha terkadang cukup aneh, “Menurut informasi anda, Amerika pada tahun 1963 di Jakarta akan melakukan pameran besar di mana akan memberikan makanan dan minuman gratis. Jika kita berhasil merusak beberapa makanan yang dapat menyebabkan penyakit, dan memberitakan hal itu kepada masyarakat tentunya hal itu dapat merusak nama baik Amerika dan melemahkan efektivitas pameran.”
Krisis terbuka residen dan kedubes Cekoslowakia sempat terjadi pada akhir 1963, yakni setelah wakil maskapai penerbangan CSA (České Aerolinie) di Jakarta pindah ke Barat. Dia adalah pengikut ideologis dari intelijen. Karena hal itu, petugas kontrolnya yakni Alois Semelka (Suk) harus kembali ke Cekoslowakia.
Duta Besar baru Cekoslowakia untuk Jakarta, Emil Patek, adalah orang yang baru pertama kali keluar negeri dan seperti umumnya pejabat Cekoslowakia lainnya dari jalur diplomatis, hanya bisa berbahasa Rusia.
Hal kritis tersebut diselesaikan dengan ditariknya kembali intelijen berpengalaman Evzen Vacek dari pusat kembali ke residen di Jakarta.
Di bawah kepemimpinan Vacek, dilakukan langkah-langkah aktif dengan menggunakan kata sandi ‘Fitnah’. Kegiatannya antara lain memanfaatkan pernyataan-pernyataan para senator Amerika, yang selanjutnya diedit, sehingga isinya seolah menghina Sukarno dan rakyat Indonesia.
‘Berita Koran dan Palmer Agen CIA’
Melalui kontak rahasia di antara wartawan lokal dengan nama samaran Moslim, Letka dan Literat, residen melakukan kampanye di surat-surat kabar dan organisasi-organisasi massa (ormas).
“Artikel menjadi sinyal untuk kampanye luas bagi pers Indonesia dan radio, yang kemudian melebar kepada protes terhadap impor film Amerika dan kegiatan armada kapal ke-7 USA di wilayah Indonesia,” puji residen atas disinformasi yang disebarkan.
Bahkan berita yang disebarkan oleh intelijen Cekoslowakia itu digunakan sendiri oleh presiden Sukarno dalam pidato-pidatonya. Bahkan presiden Soekarno kemudian membatalkan rencana kunjungannya ke AS pada Mei 1964.
Enam bulan kemudian residen yang pada saat itu dikepalai oleh Vaclav Louda (Havlik) mengeluh bahwa kegiatan terhadap Amerika melemah. Para anggota intelijen di Jakarta maupun di pusat (Praha) yang di awal 1964 membentuk departemen disinformasi, berusaha untuk mencari tahu bagaimana caranya melemahkan posisi Amerika di Indonesia secara permanen.
Bidikan mereka diarahkan kembali kepada warga Amerika, Bill Palmer, yang pada saat itu resmi menjadi kepala American Moving Picture Association in Indonesia (AMPAI) di Jakarta, yang mewakili perfilman AS di Indonesia. Sudah sejak pertengahan 50-an dan 60-an intelijen Cekoslowakia menyimpulkan bahwa Bill Palmer adalah kepala cabang lokal CIA di Jakarta.
Oleh karena itu pada Maret 1960 intelijen Cekoslowakia melakukan survei di sekitar villa kediaman Palmer dan hasil dokumentasi fotografi yang dibuat dikirim ke Praha.
Sejak saat itu Palmer muncul secara teratur dalam daftar utama sasaran residen intelijen Cekoslowakia. Oleh para intelijen Cekoslowakia, Palmer dicirikan dengan ‘bertubuh gempal kecil, kepala berbentuk kentang, gundul, hidung mancung, memakai kacamata.’ Namun tidak diperoleh informasi signifikan mengenai pria setengah baya ini.
Pada awal 1964 markas intelijen di Praha memberikan minat baru terhadap Palmer dan menulis surat ke residen bahwa ada ‘seorang teman’ mengusulkan untuk menerapkan suatu ‘tindakan aktif’bersama untuk mendiskreditkan Palmer. Yang dimaksud ‘seorang teman’ adalah intelijen Soviet.
Usulan ini menghasilkan ‘tindakan aktif’ dengan nama sandi ‘Karno’. Esensinya adalah membongkar kegiatan CIA di Indonesia, antara lain bahwa Palmer dan Duta Besar AS Howard P. Jones pada tahun 1962 menginformasikan Belanda mengenai pergerakan kapal perang Indonesia, yang menyebabkan ditenggelamkannya kapal torpedo Indonesia dalam konflik pembebasan Irian Barat.
Artikel dengan isi berita tersebut oleh intelijen Cekoslowakia diterbitkan di majalah mingguan India Mainstream, milik seorang komunis India bernama Nikhil Chakravarty. Karena haluan politiknya itu India Mainstream sering digunakan oleh intelijen Cekoslowakia sebagai tempat disinformasi berita.
Kemudian Izidor Pociatek bersama ‘kontak rahasianya’ mengatur agar berita tersebut pada 27/2/1965 diterbitkan ulang di surat kabar Indonesia, ‘SH’. Dua hari kemudian, informasi dari artikel tersebut dipublikasikan pula oleh harian berpengaruh lainnya.
Artikel tersebut memiliki efek luarbiasa. Tepatnya pada 28/2/1965 terjadi demonstrasi besar-besaran di depan kediaman Duta Besar AS. Selanjutnya pada 16/3/1965 sekitar 1500 artis, pekerja perfilman dan pemuda merebut gedung AMPAI di Jakarta.
Pada bangunan tersebut terlihat karikatur anti-AS dengan slogan ‘Palmer Agen CIA’, dijelaskan oleh residen sebagai konsekuensi dari ‘tindakan aktif’ mereka.
Pers Indonesia mengomentari kejadian tersebut. Indonesian Herald edisi 17/3/1965 menurunkan artikel yang menuntut pebubaran AMPAI dan agar Palmer dideportasi dari Indonesia atau diadili, karena merupakan agen CIA.
Palmer tak menunggu lama. Pada akhir Maret dia diam-diam meninggalkan Indonesia. Koneksitasnya dengan CIA tidak pernah terbukti.
Agen Ceko Berperan dalam Pembuatan Dokumen Gilchrist
Terlibatnya agen-agen Cekoslowakia yang ikut bermain dalam peristiwa G30S tahun 1965 sesungguhnya bukan fakta baru. Sejumlah bukti sejarah telah mengindikasikan adanya campur tangan agen Ceko dalam pembuatan apa yang dikenal sebagai “Dokumen Gilchrist”.
Diambil dari nama Dubes Inggris untuk Indonesia saat itu, Andrew Gilchrist, dokumen yang beredar hampir bersamaan waktunya dengan isu Dewan Jendral tersebut ikut memicu terjadinya G30S. Dokumen itu menyebut adanya konsolidasi di Angkatan Darat (AD).
“Di dalam dokumen itu disebutkan ‘ada teman di kalangan tentara yang bersimpati dengan Inggris’. Dokumen ini bisa saja palsu. Namun, terlepas benar atau tidak, dokumen tersebut telah menimbulkan saling curiga. Ditambah lagi muncul isu dewan jenderal dan sakitnya Presiden Seokarno yang mempercepat terjadinya G30S,” kata ahli peneliti utama LIPI, Asvi Warman Adam, kepada detikcom, Rabu (29/9/2010).
Sejumlah pihak menganggap Dokumen Gilchrits dipalsukan oleh agen Ceko di bawah kendali Jenderal Agayant dari dinas intelijen Rusia atau Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti (KGB). Namun, bagi Asvi, belum jelas benar untuk siapakah para agen Ceko tersebut sebenarnya bekerja.
“Kalau dikatakan berperan, iya. Intelijen dari berbagai negara waktu itu banyak sekali. Tapi agen Ceko ini kepentingannya untuk siapa belum jelas. Apakah mewakili kepentingan Uni Soviet atau kepentingan Ceko sendiri?” katanya.
Masih terkait dengan ketelibatan intelijen asing dalam peristiwa cup d’etat 45 tahun yang lalu itu, Asvi mengajak para peneliti untuk tidak terpaku pada eropa timur. Sebab, agen negara-negara di Asia kemungkinan besar juga mempunyai andil dalam memanasnya eskalasi politik saat itu. Sebagai contoh Jepang.
“Justru yang penting diketahui bukan eropa timur, tapi Jepang. Selain Amerika, modal Jepang itu masuk ke Indonesia secara luar biasa setelah tahun 1965,” imbuh Doktor sejarah dari Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sosiales, Paris, ini.
Asvi mengungkapkan, sebelum menyerbu ke Indonesia tahun 1942, Jepang sudah menyebarkan intelijennya ke negeri ini. Para agen-agen bangsa kulit kuning itu mengunakan teknik penyamaran yang canggih, seperti membuka toko-toko kelontong.
“Nah, berdasarkan pengalaman itu, apakah Jepang bermain atau tidak dalam peristiwa G30S, itu lebih menarik untuk dikaji. Di Jepang sudah ada arsipnya, tapi belum dibuka,” tutup pria kelahiran Bukittinggi, 8 Oktober 1954, itu.
Intelijen Komunis Cekoslowakia Ikut Bermain
Praha – Setelah 45 tahun baru terungkap dengan jelas, bahwa agen-agen rahasia Cekoslowakia iku terlibat langsung dalam peristiwa yang kita kenal dengan Gerakan 30 September 1965.
Agen-agen rahasia Cekoslowakia sejak akhir 50-an berusaha untuk melemahkan posisi Amerika. Kegiatan-kegiatan intelijen Cekoslowakia mengakibatkan destabilisasi keseluruhan dalam negara, yang akhirnya digunakan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) pada September 1965 untuk merebut kekuasaan. Namun upaya kudeta ini dapat dihancurkan oleh tentara dengan cepat dan dalam beberapa bulan mendatang anggota PKI dibantai, diperkirakan sampai setengah juta orang.
Bekerjasama dengan T. Tedoun, warga di Praha, detikcom menyajikan rekonstruksi kejadian berdasarkan dokumen Arsip Nasional Ceko, yang pertama kali diterbitkan dan kesaksian pribadi para pelakunya.
“Ya, itu adalah nama rahasia saya,” Pavka tertawa di sebuah coffee shop di Bratislava (kini ibukota Slovakia, red).
Izidor Počiatek (78), “Saya sudah benar-benar lupa bagaimana hal itu terjadi. Ya, saya suka buku dari Ostrovsky yang berjudul Jak se kalila ocel (Bagaimana Melumerkan Baja), dan tokoh utama dalam buku itu bernama Pavka Korčagin.”
Lalu, pria yang sudah beruban ini menukar kacamatanya dan menyimak sebuah laporan yang ditulis pada 17/2/1965. Laporan itu dikirim ke markas intelijen di Praha dari residensi di Jakarta, yang secara resmi disebut Departemen Ke-1 Kementerian Luarnegeri Cekoslowakia (Ceko dan Slowakia saat itu masih satu negara, red).
Isi laporan itu menjelaskan salah satu langkah aktif yang diorganisir oleh intelijen Cekoslovakia terhadap kedubes AS, bahwa telah terjadi demonstrasi terhadap kedubes ASdi Jakarta pada 12 dan 15/2/1965, yang diarahkan untuk memprotes agresinya di Vietnam.
Kami hadir pada demonstrasi itu pada 15/2/1965 dan menurut pendapat kami adalah merupakan aksi yang dikendalikan oleh otoritas setempat, yang kelihatannya tidak memiliki kepentingan agar aksi tersebut meluas terlalu besar.
Untuk itulah kami mempersiapkan langkah aktiv bersandi Znervosnění, yang dicocokkan dengan situasi yang ada.
Pada hari berikutnya yakni 16/2/1965 agen Pavka menghubungi Galbraitha, Chargé d’ Affaires (Kuasa Usaha, red) pada kedubes AS melaui telepon umum dengan bahasa Indonesia. Ia mengatakan bahwa dalam beberapa hari mendatang akan ada aksi terhadap kedubes AS, yang mirip dengan aksi di tahun 1963 terhadap kedubes Inggris.
Faktor Agen Pavka dan Seorang Pociatek
Setelah 45 tahun baru terungkap dengan jelas, bahwa agen-agen rahasia Cekoslowakia ikut terlibat langsung dalam G30S. Sebuah fakta baru, melengkapi kajian-kajian sebelumnya tentang peran intelijen Barat.
Atas pertanyaan Galbraitha, siapakah penelpon itu, Pavka menjawab bahwa dia tidak bisa memberikan identitas namanya, namun mengatakan agar telepon ini dianggap sebagai peringatan persahabatan, yang bertujuan mencegah aksi tersebut.
Agen-agen Cekoslowakia setempat saat itu menyelesaikan surat-surat anonim untuk para pegawai diplomatik AS dan untuk orang AS lainnya di Jakarta, di mana kami katakan bahwa turut bertanggungjawab atas kejahatan yang terjadi di Vietnam, dan kami katakan bahwa mereka bisa bernasib sama dengan Inggris di Indonesia tahun 1963.
Seperti diketahui, kedubes Inggris di Jakarta dibakar dan lambang negaranya dicopot demonstran pada 18/9/1963, hanya selang dua hari setelah Federasi Malaysia resmi didirikan.
Seperti diketahui, pada saat itu Soekarno telah mengirim ribuan sukarelawan ke perbatasan-perbatasan dengan Malaysia, antara lain Kalimantan Timur, Kalimantan Barat dan Riau. Di antara mereka terdapat dokter, mahasiswa, pemuda, bahkan juga wartawan. Sementara satuan-satuan tentara yang juga mengklaim diri sebagai sukarelawan menyusup masuk ke wilayah Singapura dan Kalimantan Utara.
Yang dimaksud Pavka adalah 50 surat yang dibuat dengan mesin tik. Dalam menulis alamat digunakan huruf-huruf kapital dan alamat yang digunakan adalah alamat tempat tinggal.
Tahap akhir daripada langkah aktif tersebut adalah juga akan dikirimkan beberapa surat kepada pegawai Indonesia di kedubes AS, di mana akan disarankan agar mereka demi kepentingan keamanan pribadi bersiap untuk meninggalkan gedung dengan segera dan agar informasi ini disebarkan di antara kekuatan lokal lainnya. Naskah surat tersebut dipersiapkan oleh Pavka.
“Persis seperti yang tertulis di sini”, ujar Izidor Počiatek .
“Hanya saja saya mengatakan dengan persis kepada Galbraith bahwa aksi terhadap kedubes AS akan terjadi keesokan harinya. Mengenai surat anonim terhadap para diplomat saya sudah tidak tahu, namun itu wajar dalam bisnis ini. Setiap staf hanya tahu beberapa keping dari keseluruhan puzzle,” papar Počiatek.
Počiatek adalah Atase Informasi di Jakarta (1961-1968) dan merupakan Duta Besar (1990-1992) terakhir Cekoslowakia (sebelum pecah menjadi Ceko dan Slowakia, red) sekaligus satu-satunya saksi hidup aktivitas intelijen Cekoslowakia di Jakarta.
Berbeda dengan kebanyakan diplomat saat itu, Počiatek tidak pernah menjadi kader intelijen melainkan hanya merupakan kolaborator ideologis intelijen. Namun dia seorang staf yang sangat penting, karena merupakan satu-satunya di kedubes Cekoslowakia di Jakarta yang bisa berbahasa Indonesia.
Target Intelijen Cekoslowakia: Melumpuhkan Upaya Amerika
Tujuan utama dari dinas intelijen Cekoslowakia melakukan penetrasi di Indonesia, menurut dokumen dari akhir tahun 1962, adalah melumpuhkan upaya Amerika.
Untuk misi tersebut Cekoslowakia membentuk residen intelijen, yang mulai bekerja di Jakarta pada awal 1959. Kepala pertama intelijen Cekoslowakia di Jakarta adalah Václav Rabbit, dengan nama samaran Kares, yang bekerja secara resmi sebagai seorang diplomat dalam kapasitas sebagai Sekretaris Pertama.
Perwira intelijen luarbiasa di Indonesia yang lainnya adalah Eugene Vacek (Vinklář), yang pada akhir 80-an kemudian menjadi Wakil Menteri Luar Negeri. Setelah 1989, Vacek berpartisipasi dalam negosiasi mengenai penarikan pasukan Soviet dari Cekoslowakia dan sebagai imbalannya –untuk kedua kalinya dalam karir diplomatiknya– menjadi duta besar untuk Nigeria.
Selain melumpuhkan upaya Amerika, misi lainnya adalah ikut mengeliminir kekuatan reaksioner dalam negeri yang berusaha membalik perkembangan politik ke kanan, mempertahankan posisi Indonesia sebagai negara netral dan memperkuat pasukan sayap kiri dan tren yang mengarah kepada kerjasama lebih erat dengan negara-negara sosialis.”
Terutama berkat aktivitas dari kolaborator intelijen Pavka, residen tidak lama kemudian memperoleh jaringan kontak rahasia dari kalangan wartawan lokal, pejabat dan juga politisi.
Sebagian besar dari mereka adalah merupakan simpatisan komunis dan dengan hadiah berupa sedikit uang dan material bersedia untuk memberikan informasi rahasia atau sebaliknya menjadi saluran di mana intelijen dapat memanipulasi pejabat setempat atau opini publik.
Meskipun demikian, berbagai kegiatan residen di Jakarta dari awal 60-an, berulang kali dinilai ‘sangat sedikit melakukan tindakan.’ Tindakan aktif yang diusulkan oleh markas di Praha terkadang cukup aneh, “Menurut informasi anda, Amerika pada tahun 1963 di Jakarta akan melakukan pameran besar di mana akan memberikan makanan dan minuman gratis. Jika kita berhasil merusak beberapa makanan yang dapat menyebabkan penyakit, dan memberitakan hal itu kepada masyarakat tentunya hal itu dapat merusak nama baik Amerika dan melemahkan efektivitas pameran.”
Krisis terbuka residen dan kedubes Cekoslowakia sempat terjadi pada akhir 1963, yakni setelah wakil maskapai penerbangan CSA (České Aerolinie) di Jakarta pindah ke Barat. Dia adalah pengikut ideologis dari intelijen. Karena hal itu, petugas kontrolnya yakni Alois Semelka (Suk) harus kembali ke Cekoslowakia.
Duta Besar baru Cekoslowakia untuk Jakarta, Emil Patek, adalah orang yang baru pertama kali keluar negeri dan seperti umumnya pejabat Cekoslowakia lainnya dari jalur diplomatis, hanya bisa berbahasa Rusia.
Hal kritis tersebut diselesaikan dengan ditariknya kembali intelijen berpengalaman Evzen Vacek dari pusat kembali ke residen di Jakarta.
Di bawah kepemimpinan Vacek, dilakukan langkah-langkah aktif dengan menggunakan kata sandi ‘Fitnah’. Kegiatannya antara lain memanfaatkan pernyataan-pernyataan para senator Amerika, yang selanjutnya diedit, sehingga isinya seolah menghina Sukarno dan rakyat Indonesia.
‘Berita Koran dan Palmer Agen CIA’
Melalui kontak rahasia di antara wartawan lokal dengan nama samaran Moslim, Letka dan Literat, residen melakukan kampanye di surat-surat kabar dan organisasi-organisasi massa (ormas).
“Artikel menjadi sinyal untuk kampanye luas bagi pers Indonesia dan radio, yang kemudian melebar kepada protes terhadap impor film Amerika dan kegiatan armada kapal ke-7 USA di wilayah Indonesia,” puji residen atas disinformasi yang disebarkan.
Bahkan berita yang disebarkan oleh intelijen Cekoslowakia itu digunakan sendiri oleh presiden Sukarno dalam pidato-pidatonya. Bahkan presiden Soekarno kemudian membatalkan rencana kunjungannya ke AS pada Mei 1964.
Enam bulan kemudian residen yang pada saat itu dikepalai oleh Vaclav Louda (Havlik) mengeluh bahwa kegiatan terhadap Amerika melemah. Para anggota intelijen di Jakarta maupun di pusat (Praha) yang di awal 1964 membentuk departemen disinformasi, berusaha untuk mencari tahu bagaimana caranya melemahkan posisi Amerika di Indonesia secara permanen.
Bidikan mereka diarahkan kembali kepada warga Amerika, Bill Palmer, yang pada saat itu resmi menjadi kepala American Moving Picture Association in Indonesia (AMPAI) di Jakarta, yang mewakili perfilman AS di Indonesia. Sudah sejak pertengahan 50-an dan 60-an intelijen Cekoslowakia menyimpulkan bahwa Bill Palmer adalah kepala cabang lokal CIA di Jakarta.
Oleh karena itu pada Maret 1960 intelijen Cekoslowakia melakukan survei di sekitar villa kediaman Palmer dan hasil dokumentasi fotografi yang dibuat dikirim ke Praha.
Sejak saat itu Palmer muncul secara teratur dalam daftar utama sasaran residen intelijen Cekoslowakia. Oleh para intelijen Cekoslowakia, Palmer dicirikan dengan ‘bertubuh gempal kecil, kepala berbentuk kentang, gundul, hidung mancung, memakai kacamata.’ Namun tidak diperoleh informasi signifikan mengenai pria setengah baya ini.
Pada awal 1964 markas intelijen di Praha memberikan minat baru terhadap Palmer dan menulis surat ke residen bahwa ada ‘seorang teman’ mengusulkan untuk menerapkan suatu ‘tindakan aktif’bersama untuk mendiskreditkan Palmer. Yang dimaksud ‘seorang teman’ adalah intelijen Soviet.
Usulan ini menghasilkan ‘tindakan aktif’ dengan nama sandi ‘Karno’. Esensinya adalah membongkar kegiatan CIA di Indonesia, antara lain bahwa Palmer dan Duta Besar AS Howard P. Jones pada tahun 1962 menginformasikan Belanda mengenai pergerakan kapal perang Indonesia, yang menyebabkan ditenggelamkannya kapal torpedo Indonesia dalam konflik pembebasan Irian Barat.
Artikel dengan isi berita tersebut oleh intelijen Cekoslowakia diterbitkan di majalah mingguan India Mainstream, milik seorang komunis India bernama Nikhil Chakravarty. Karena haluan politiknya itu India Mainstream sering digunakan oleh intelijen Cekoslowakia sebagai tempat disinformasi berita.
Kemudian Izidor Pociatek bersama ‘kontak rahasianya’ mengatur agar berita tersebut pada 27/2/1965 diterbitkan ulang di surat kabar Indonesia, ‘SH’. Dua hari kemudian, informasi dari artikel tersebut dipublikasikan pula oleh harian berpengaruh lainnya.
Artikel tersebut memiliki efek luarbiasa. Tepatnya pada 28/2/1965 terjadi demonstrasi besar-besaran di depan kediaman Duta Besar AS. Selanjutnya pada 16/3/1965 sekitar 1500 artis, pekerja perfilman dan pemuda merebut gedung AMPAI di Jakarta.
Pada bangunan tersebut terlihat karikatur anti-AS dengan slogan ‘Palmer Agen CIA’, dijelaskan oleh residen sebagai konsekuensi dari ‘tindakan aktif’ mereka.
Pers Indonesia mengomentari kejadian tersebut. Indonesian Herald edisi 17/3/1965 menurunkan artikel yang menuntut pebubaran AMPAI dan agar Palmer dideportasi dari Indonesia atau diadili, karena merupakan agen CIA.
Palmer tak menunggu lama. Pada akhir Maret dia diam-diam meninggalkan Indonesia. Koneksitasnya dengan CIA tidak pernah terbukti.
Agen Ceko Berperan dalam Pembuatan Dokumen Gilchrist
Terlibatnya agen-agen Cekoslowakia yang ikut bermain dalam peristiwa G30S tahun 1965 sesungguhnya bukan fakta baru. Sejumlah bukti sejarah telah mengindikasikan adanya campur tangan agen Ceko dalam pembuatan apa yang dikenal sebagai “Dokumen Gilchrist”.
Diambil dari nama Dubes Inggris untuk Indonesia saat itu, Andrew Gilchrist, dokumen yang beredar hampir bersamaan waktunya dengan isu Dewan Jendral tersebut ikut memicu terjadinya G30S. Dokumen itu menyebut adanya konsolidasi di Angkatan Darat (AD).
“Di dalam dokumen itu disebutkan ‘ada teman di kalangan tentara yang bersimpati dengan Inggris’. Dokumen ini bisa saja palsu. Namun, terlepas benar atau tidak, dokumen tersebut telah menimbulkan saling curiga. Ditambah lagi muncul isu dewan jenderal dan sakitnya Presiden Seokarno yang mempercepat terjadinya G30S,” kata ahli peneliti utama LIPI, Asvi Warman Adam, kepada detikcom, Rabu (29/9/2010).
Sejumlah pihak menganggap Dokumen Gilchrits dipalsukan oleh agen Ceko di bawah kendali Jenderal Agayant dari dinas intelijen Rusia atau Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti (KGB). Namun, bagi Asvi, belum jelas benar untuk siapakah para agen Ceko tersebut sebenarnya bekerja.
“Kalau dikatakan berperan, iya. Intelijen dari berbagai negara waktu itu banyak sekali. Tapi agen Ceko ini kepentingannya untuk siapa belum jelas. Apakah mewakili kepentingan Uni Soviet atau kepentingan Ceko sendiri?” katanya.
Masih terkait dengan ketelibatan intelijen asing dalam peristiwa cup d’etat 45 tahun yang lalu itu, Asvi mengajak para peneliti untuk tidak terpaku pada eropa timur. Sebab, agen negara-negara di Asia kemungkinan besar juga mempunyai andil dalam memanasnya eskalasi politik saat itu. Sebagai contoh Jepang.
“Justru yang penting diketahui bukan eropa timur, tapi Jepang. Selain Amerika, modal Jepang itu masuk ke Indonesia secara luar biasa setelah tahun 1965,” imbuh Doktor sejarah dari Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sosiales, Paris, ini.
Asvi mengungkapkan, sebelum menyerbu ke Indonesia tahun 1942, Jepang sudah menyebarkan intelijennya ke negeri ini. Para agen-agen bangsa kulit kuning itu mengunakan teknik penyamaran yang canggih, seperti membuka toko-toko kelontong.
“Nah, berdasarkan pengalaman itu, apakah Jepang bermain atau tidak dalam peristiwa G30S, itu lebih menarik untuk dikaji. Di Jepang sudah ada arsipnya, tapi belum dibuka,” tutup pria kelahiran Bukittinggi, 8 Oktober 1954, itu.
Agen-agen rahasia Cekoslowakia sejak akhir 50-an berusaha untuk melemahkan posisi Amerika. Kegiatan-kegiatan intelijen Cekoslowakia mengakibatkan destabilisasi keseluruhan dalam negara, yang akhirnya digunakan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) pada September 1965 untuk merebut kekuasaan. Namun upaya kudeta ini dapat dihancurkan oleh tentara dengan cepat dan dalam beberapa bulan mendatang anggota PKI dibantai, diperkirakan sampai setengah juta orang.
Bekerjasama dengan T. Tedoun, warga di Praha, detikcom menyajikan rekonstruksi kejadian berdasarkan dokumen Arsip Nasional Ceko, yang pertama kali diterbitkan dan kesaksian pribadi para pelakunya.
“Ya, itu adalah nama rahasia saya,” Pavka tertawa di sebuah coffee shop di Bratislava (kini ibukota Slovakia, red).
Izidor Počiatek (78), “Saya sudah benar-benar lupa bagaimana hal itu terjadi. Ya, saya suka buku dari Ostrovsky yang berjudul Jak se kalila ocel (Bagaimana Melumerkan Baja), dan tokoh utama dalam buku itu bernama Pavka Korčagin.”
Lalu, pria yang sudah beruban ini menukar kacamatanya dan menyimak sebuah laporan yang ditulis pada 17/2/1965. Laporan itu dikirim ke markas intelijen di Praha dari residensi di Jakarta, yang secara resmi disebut Departemen Ke-1 Kementerian Luarnegeri Cekoslowakia (Ceko dan Slowakia saat itu masih satu negara, red).
Isi laporan itu menjelaskan salah satu langkah aktif yang diorganisir oleh intelijen Cekoslovakia terhadap kedubes AS, bahwa telah terjadi demonstrasi terhadap kedubes ASdi Jakarta pada 12 dan 15/2/1965, yang diarahkan untuk memprotes agresinya di Vietnam.
Kami hadir pada demonstrasi itu pada 15/2/1965 dan menurut pendapat kami adalah merupakan aksi yang dikendalikan oleh otoritas setempat, yang kelihatannya tidak memiliki kepentingan agar aksi tersebut meluas terlalu besar.
Untuk itulah kami mempersiapkan langkah aktiv bersandi Znervosnění, yang dicocokkan dengan situasi yang ada.
Pada hari berikutnya yakni 16/2/1965 agen Pavka menghubungi Galbraitha, Chargé d’ Affaires (Kuasa Usaha, red) pada kedubes AS melaui telepon umum dengan bahasa Indonesia. Ia mengatakan bahwa dalam beberapa hari mendatang akan ada aksi terhadap kedubes AS, yang mirip dengan aksi di tahun 1963 terhadap kedubes Inggris.
Faktor Agen Pavka dan Seorang Pociatek
Setelah 45 tahun baru terungkap dengan jelas, bahwa agen-agen rahasia Cekoslowakia ikut terlibat langsung dalam G30S. Sebuah fakta baru, melengkapi kajian-kajian sebelumnya tentang peran intelijen Barat.
Atas pertanyaan Galbraitha, siapakah penelpon itu, Pavka menjawab bahwa dia tidak bisa memberikan identitas namanya, namun mengatakan agar telepon ini dianggap sebagai peringatan persahabatan, yang bertujuan mencegah aksi tersebut.
Agen-agen Cekoslowakia setempat saat itu menyelesaikan surat-surat anonim untuk para pegawai diplomatik AS dan untuk orang AS lainnya di Jakarta, di mana kami katakan bahwa turut bertanggungjawab atas kejahatan yang terjadi di Vietnam, dan kami katakan bahwa mereka bisa bernasib sama dengan Inggris di Indonesia tahun 1963.
Seperti diketahui, kedubes Inggris di Jakarta dibakar dan lambang negaranya dicopot demonstran pada 18/9/1963, hanya selang dua hari setelah Federasi Malaysia resmi didirikan.
Seperti diketahui, pada saat itu Soekarno telah mengirim ribuan sukarelawan ke perbatasan-perbatasan dengan Malaysia, antara lain Kalimantan Timur, Kalimantan Barat dan Riau. Di antara mereka terdapat dokter, mahasiswa, pemuda, bahkan juga wartawan. Sementara satuan-satuan tentara yang juga mengklaim diri sebagai sukarelawan menyusup masuk ke wilayah Singapura dan Kalimantan Utara.
Yang dimaksud Pavka adalah 50 surat yang dibuat dengan mesin tik. Dalam menulis alamat digunakan huruf-huruf kapital dan alamat yang digunakan adalah alamat tempat tinggal.
Tahap akhir daripada langkah aktif tersebut adalah juga akan dikirimkan beberapa surat kepada pegawai Indonesia di kedubes AS, di mana akan disarankan agar mereka demi kepentingan keamanan pribadi bersiap untuk meninggalkan gedung dengan segera dan agar informasi ini disebarkan di antara kekuatan lokal lainnya. Naskah surat tersebut dipersiapkan oleh Pavka.
“Persis seperti yang tertulis di sini”, ujar Izidor Počiatek .
“Hanya saja saya mengatakan dengan persis kepada Galbraith bahwa aksi terhadap kedubes AS akan terjadi keesokan harinya. Mengenai surat anonim terhadap para diplomat saya sudah tidak tahu, namun itu wajar dalam bisnis ini. Setiap staf hanya tahu beberapa keping dari keseluruhan puzzle,” papar Počiatek.
Počiatek adalah Atase Informasi di Jakarta (1961-1968) dan merupakan Duta Besar (1990-1992) terakhir Cekoslowakia (sebelum pecah menjadi Ceko dan Slowakia, red) sekaligus satu-satunya saksi hidup aktivitas intelijen Cekoslowakia di Jakarta.
Berbeda dengan kebanyakan diplomat saat itu, Počiatek tidak pernah menjadi kader intelijen melainkan hanya merupakan kolaborator ideologis intelijen. Namun dia seorang staf yang sangat penting, karena merupakan satu-satunya di kedubes Cekoslowakia di Jakarta yang bisa berbahasa Indonesia.
Target Intelijen Cekoslowakia: Melumpuhkan Upaya Amerika
Tujuan utama dari dinas intelijen Cekoslowakia melakukan penetrasi di Indonesia, menurut dokumen dari akhir tahun 1962, adalah melumpuhkan upaya Amerika.
Untuk misi tersebut Cekoslowakia membentuk residen intelijen, yang mulai bekerja di Jakarta pada awal 1959. Kepala pertama intelijen Cekoslowakia di Jakarta adalah Václav Rabbit, dengan nama samaran Kares, yang bekerja secara resmi sebagai seorang diplomat dalam kapasitas sebagai Sekretaris Pertama.
Perwira intelijen luarbiasa di Indonesia yang lainnya adalah Eugene Vacek (Vinklář), yang pada akhir 80-an kemudian menjadi Wakil Menteri Luar Negeri. Setelah 1989, Vacek berpartisipasi dalam negosiasi mengenai penarikan pasukan Soviet dari Cekoslowakia dan sebagai imbalannya –untuk kedua kalinya dalam karir diplomatiknya– menjadi duta besar untuk Nigeria.
Selain melumpuhkan upaya Amerika, misi lainnya adalah ikut mengeliminir kekuatan reaksioner dalam negeri yang berusaha membalik perkembangan politik ke kanan, mempertahankan posisi Indonesia sebagai negara netral dan memperkuat pasukan sayap kiri dan tren yang mengarah kepada kerjasama lebih erat dengan negara-negara sosialis.”
Terutama berkat aktivitas dari kolaborator intelijen Pavka, residen tidak lama kemudian memperoleh jaringan kontak rahasia dari kalangan wartawan lokal, pejabat dan juga politisi.
Sebagian besar dari mereka adalah merupakan simpatisan komunis dan dengan hadiah berupa sedikit uang dan material bersedia untuk memberikan informasi rahasia atau sebaliknya menjadi saluran di mana intelijen dapat memanipulasi pejabat setempat atau opini publik.
Meskipun demikian, berbagai kegiatan residen di Jakarta dari awal 60-an, berulang kali dinilai ‘sangat sedikit melakukan tindakan.’ Tindakan aktif yang diusulkan oleh markas di Praha terkadang cukup aneh, “Menurut informasi anda, Amerika pada tahun 1963 di Jakarta akan melakukan pameran besar di mana akan memberikan makanan dan minuman gratis. Jika kita berhasil merusak beberapa makanan yang dapat menyebabkan penyakit, dan memberitakan hal itu kepada masyarakat tentunya hal itu dapat merusak nama baik Amerika dan melemahkan efektivitas pameran.”
Krisis terbuka residen dan kedubes Cekoslowakia sempat terjadi pada akhir 1963, yakni setelah wakil maskapai penerbangan CSA (České Aerolinie) di Jakarta pindah ke Barat. Dia adalah pengikut ideologis dari intelijen. Karena hal itu, petugas kontrolnya yakni Alois Semelka (Suk) harus kembali ke Cekoslowakia.
Duta Besar baru Cekoslowakia untuk Jakarta, Emil Patek, adalah orang yang baru pertama kali keluar negeri dan seperti umumnya pejabat Cekoslowakia lainnya dari jalur diplomatis, hanya bisa berbahasa Rusia.
Hal kritis tersebut diselesaikan dengan ditariknya kembali intelijen berpengalaman Evzen Vacek dari pusat kembali ke residen di Jakarta.
Di bawah kepemimpinan Vacek, dilakukan langkah-langkah aktif dengan menggunakan kata sandi ‘Fitnah’. Kegiatannya antara lain memanfaatkan pernyataan-pernyataan para senator Amerika, yang selanjutnya diedit, sehingga isinya seolah menghina Sukarno dan rakyat Indonesia.
‘Berita Koran dan Palmer Agen CIA’
Melalui kontak rahasia di antara wartawan lokal dengan nama samaran Moslim, Letka dan Literat, residen melakukan kampanye di surat-surat kabar dan organisasi-organisasi massa (ormas).
“Artikel menjadi sinyal untuk kampanye luas bagi pers Indonesia dan radio, yang kemudian melebar kepada protes terhadap impor film Amerika dan kegiatan armada kapal ke-7 USA di wilayah Indonesia,” puji residen atas disinformasi yang disebarkan.
Bahkan berita yang disebarkan oleh intelijen Cekoslowakia itu digunakan sendiri oleh presiden Sukarno dalam pidato-pidatonya. Bahkan presiden Soekarno kemudian membatalkan rencana kunjungannya ke AS pada Mei 1964.
Enam bulan kemudian residen yang pada saat itu dikepalai oleh Vaclav Louda (Havlik) mengeluh bahwa kegiatan terhadap Amerika melemah. Para anggota intelijen di Jakarta maupun di pusat (Praha) yang di awal 1964 membentuk departemen disinformasi, berusaha untuk mencari tahu bagaimana caranya melemahkan posisi Amerika di Indonesia secara permanen.
Bidikan mereka diarahkan kembali kepada warga Amerika, Bill Palmer, yang pada saat itu resmi menjadi kepala American Moving Picture Association in Indonesia (AMPAI) di Jakarta, yang mewakili perfilman AS di Indonesia. Sudah sejak pertengahan 50-an dan 60-an intelijen Cekoslowakia menyimpulkan bahwa Bill Palmer adalah kepala cabang lokal CIA di Jakarta.
Oleh karena itu pada Maret 1960 intelijen Cekoslowakia melakukan survei di sekitar villa kediaman Palmer dan hasil dokumentasi fotografi yang dibuat dikirim ke Praha.
Sejak saat itu Palmer muncul secara teratur dalam daftar utama sasaran residen intelijen Cekoslowakia. Oleh para intelijen Cekoslowakia, Palmer dicirikan dengan ‘bertubuh gempal kecil, kepala berbentuk kentang, gundul, hidung mancung, memakai kacamata.’ Namun tidak diperoleh informasi signifikan mengenai pria setengah baya ini.
Pada awal 1964 markas intelijen di Praha memberikan minat baru terhadap Palmer dan menulis surat ke residen bahwa ada ‘seorang teman’ mengusulkan untuk menerapkan suatu ‘tindakan aktif’bersama untuk mendiskreditkan Palmer. Yang dimaksud ‘seorang teman’ adalah intelijen Soviet.
Usulan ini menghasilkan ‘tindakan aktif’ dengan nama sandi ‘Karno’. Esensinya adalah membongkar kegiatan CIA di Indonesia, antara lain bahwa Palmer dan Duta Besar AS Howard P. Jones pada tahun 1962 menginformasikan Belanda mengenai pergerakan kapal perang Indonesia, yang menyebabkan ditenggelamkannya kapal torpedo Indonesia dalam konflik pembebasan Irian Barat.
Artikel dengan isi berita tersebut oleh intelijen Cekoslowakia diterbitkan di majalah mingguan India Mainstream, milik seorang komunis India bernama Nikhil Chakravarty. Karena haluan politiknya itu India Mainstream sering digunakan oleh intelijen Cekoslowakia sebagai tempat disinformasi berita.
Kemudian Izidor Pociatek bersama ‘kontak rahasianya’ mengatur agar berita tersebut pada 27/2/1965 diterbitkan ulang di surat kabar Indonesia, ‘SH’. Dua hari kemudian, informasi dari artikel tersebut dipublikasikan pula oleh harian berpengaruh lainnya.
Artikel tersebut memiliki efek luarbiasa. Tepatnya pada 28/2/1965 terjadi demonstrasi besar-besaran di depan kediaman Duta Besar AS. Selanjutnya pada 16/3/1965 sekitar 1500 artis, pekerja perfilman dan pemuda merebut gedung AMPAI di Jakarta.
Pada bangunan tersebut terlihat karikatur anti-AS dengan slogan ‘Palmer Agen CIA’, dijelaskan oleh residen sebagai konsekuensi dari ‘tindakan aktif’ mereka.
Pers Indonesia mengomentari kejadian tersebut. Indonesian Herald edisi 17/3/1965 menurunkan artikel yang menuntut pebubaran AMPAI dan agar Palmer dideportasi dari Indonesia atau diadili, karena merupakan agen CIA.
Palmer tak menunggu lama. Pada akhir Maret dia diam-diam meninggalkan Indonesia. Koneksitasnya dengan CIA tidak pernah terbukti.
Agen Ceko Berperan dalam Pembuatan Dokumen Gilchrist
Terlibatnya agen-agen Cekoslowakia yang ikut bermain dalam peristiwa G30S tahun 1965 sesungguhnya bukan fakta baru. Sejumlah bukti sejarah telah mengindikasikan adanya campur tangan agen Ceko dalam pembuatan apa yang dikenal sebagai “Dokumen Gilchrist”.
Diambil dari nama Dubes Inggris untuk Indonesia saat itu, Andrew Gilchrist, dokumen yang beredar hampir bersamaan waktunya dengan isu Dewan Jendral tersebut ikut memicu terjadinya G30S. Dokumen itu menyebut adanya konsolidasi di Angkatan Darat (AD).
“Di dalam dokumen itu disebutkan ‘ada teman di kalangan tentara yang bersimpati dengan Inggris’. Dokumen ini bisa saja palsu. Namun, terlepas benar atau tidak, dokumen tersebut telah menimbulkan saling curiga. Ditambah lagi muncul isu dewan jenderal dan sakitnya Presiden Seokarno yang mempercepat terjadinya G30S,” kata ahli peneliti utama LIPI, Asvi Warman Adam, kepada detikcom, Rabu (29/9/2010).
Sejumlah pihak menganggap Dokumen Gilchrits dipalsukan oleh agen Ceko di bawah kendali Jenderal Agayant dari dinas intelijen Rusia atau Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti (KGB). Namun, bagi Asvi, belum jelas benar untuk siapakah para agen Ceko tersebut sebenarnya bekerja.
“Kalau dikatakan berperan, iya. Intelijen dari berbagai negara waktu itu banyak sekali. Tapi agen Ceko ini kepentingannya untuk siapa belum jelas. Apakah mewakili kepentingan Uni Soviet atau kepentingan Ceko sendiri?” katanya.
Masih terkait dengan ketelibatan intelijen asing dalam peristiwa cup d’etat 45 tahun yang lalu itu, Asvi mengajak para peneliti untuk tidak terpaku pada eropa timur. Sebab, agen negara-negara di Asia kemungkinan besar juga mempunyai andil dalam memanasnya eskalasi politik saat itu. Sebagai contoh Jepang.
“Justru yang penting diketahui bukan eropa timur, tapi Jepang. Selain Amerika, modal Jepang itu masuk ke Indonesia secara luar biasa setelah tahun 1965,” imbuh Doktor sejarah dari Ecole des Hautes Etudes en Sciences Sosiales, Paris, ini.
Asvi mengungkapkan, sebelum menyerbu ke Indonesia tahun 1942, Jepang sudah menyebarkan intelijennya ke negeri ini. Para agen-agen bangsa kulit kuning itu mengunakan teknik penyamaran yang canggih, seperti membuka toko-toko kelontong.
“Nah, berdasarkan pengalaman itu, apakah Jepang bermain atau tidak dalam peristiwa G30S, itu lebih menarik untuk dikaji. Di Jepang sudah ada arsipnya, tapi belum dibuka,” tutup pria kelahiran Bukittinggi, 8 Oktober 1954, itu.
Presiden Ekuador Dikudeta Ribuan Polisi
Suasana ibukota Ekuador, Quito, sangat mencekam menyusul pemberontakan yang dilakukan ribuan polisi. Presiden Ekuador Rafael Correa ditembaki gas air mata dan dikepung di rumah sakit, National Police Hospital, selama 12 jam.
Polisi-polisi Ekuador, Kamis (30/9) waktu setempat, me lakukan demonstrasi spontan di penjuru negara karena kecewa dengan Undang-Undang (UU) layanan sipil yang baru. Kongres Ekuador, Rabu (29/9), melo loskan UU yang akan mengakhiri praktik pemberian medali dan bonus bagi anggota militer serta polisi Ekuador saat dipro mo si kan. UU ini juga memperpanjang periode promosi dari lima tahun menjadi tujuh tahun.
Polisi yang meradang meng ambil alih barak di Guayaquil, Quito dan Cuenca. Bandara ditu tup, jalan raya diblokir, ban-ban dibakar, mem buat bisnis dan sekolah ditutup serta memicu pen jarahan. Ang katan udara Ekuador menutup bandara Qui to’s Maris cal Sucre saat protes dimulai Kamis pagi waktu setempat (Ka mis malam WIB). Puluhan pe nerbangan dibatalkan dan tidak jelas kapan layanan internasional kembali beroperasi di bandara Quito, Guayaquil, dan Manta.
Sekolah-sekolah dan banyak perusahaan tutup di Quito ka rena tidak adanya perlindungan poli si. Penjarahan dilaporkan ter jadi di ibukota dan Guaya quil. Se tidak nya dua bank dibobol.
Presiden Cor rea (47) menemui polisi di mar kas Guayaquil, Ka mis (30/9) dengan niat berne go siasi. Namun, kedatangan Correa malah memicu ketegangan. Hal itu diawali dengan gaya Correa yang tak bersahabat. Presiden mem buka kemeja tampak me nan tangi polisi yang sedang marah.
“Jika Anda mau membunuh presiden, ini dia di sini. Bunuh dia kalau mau. Bunuh dia kalau be rani, daripada bersembunyi di ke ramaian (unjuk rasa),” tantang Correa dengan nada tinggi.
Mendengar tantangan sang presiden, polisi yang sudah ter bakar emosi itu, seperti disiram bensin. Kekacauan pun tak ter elakkan sehingga bentrokan ter jadi. Seketika polisi menembak kan air mata. Correa terkena dan menderita luka ri ngan. Dia lalu dilarikan ke rumah sakit.
Masalah belum selesai. Para pemrotes mengepung rumah sa kit itu. Polisi bentrok de ngan pa sukan keamanan dan pendukung presiden di sana. Correa pun ter kepung selama lebih dari 12 jam.
Sekitar 800 polisi di ibukota Quito bergabung dalam de mons trasi ini. Sepertinya demonstrasi ter jadi secara spontan. Jumlah demonstran di luar Quito tidak jelas. Ekuador memiliki sekitar 40 ribu polisi.
Di rumah sakit, Correa me nyebut pemberontakan ini adalah upaya kudeta yang didorong lawan politiknya bekas Presiden Lucio Gutierrez, pemimpin ku deta tahun 2000 yang meng gu lingkan Presiden Jamil Ma huad. Dalam sebuah wawancara, Gu tierrez membantah tudingan itu. Menteri Luar Negeri Ekuador Ri cardo Patino mengatakan, ada pemberontak yang berusaha me masuki rumah sakit melalui atap.
Correa mengaku saat negosiasi dengan polisi pemberontak, dia ber tanya apakah mereka memba ca un dang-undang. Ternyata ti dak ada yang membaca. Correa pun ber pendapat, polisi-polisi itu adalah korban rumor dan kebo hongan yang disebarkan media-media jahat. “Faktanya, undang-undang ini memberi polisi gaji yang lebih baik,” katanya.
Setelah terkepung 12 jam, ten tara mencoba menyelamatkan Cor rea, Kamis malam waktu se tempat atau Jumat WIB. Ten tara menembakkan senjata api, me lem par granat, menggunakan SUV berkecepatan tinggi untuk melarikan Correa keluar dari ru mah sakit menuju istana Caron delet. Palang Merah mengatakan, dua polisi tewas dan 37 lainnya ter luka dalam operasi pembeba san sang presiden.
Setiba di istana, Correa meng gelar jumpa pers di balkon. Ka tanya, aksi polisi ini bukanlah semata-mata protes masalah pe motongan gaji, tapi merupakan usaha kudeta. “Ada banyak pe nyusup, berpakaian sipil dan kita tahu mereka dari mana,” ujar Correa tanpa menyalahkan suatu pihak secara spesifik.
Menurutnya, mereka yang ber tang gung jawab atas pem berontakan ini akan dihukum. “Tidak akan ada pengampunan,” pungkas Correa. [RM]
Foto: Csmonitor
Polisi-polisi Ekuador, Kamis (30/9) waktu setempat, me lakukan demonstrasi spontan di penjuru negara karena kecewa dengan Undang-Undang (UU) layanan sipil yang baru. Kongres Ekuador, Rabu (29/9), melo loskan UU yang akan mengakhiri praktik pemberian medali dan bonus bagi anggota militer serta polisi Ekuador saat dipro mo si kan. UU ini juga memperpanjang periode promosi dari lima tahun menjadi tujuh tahun.
Polisi yang meradang meng ambil alih barak di Guayaquil, Quito dan Cuenca. Bandara ditu tup, jalan raya diblokir, ban-ban dibakar, mem buat bisnis dan sekolah ditutup serta memicu pen jarahan. Ang katan udara Ekuador menutup bandara Qui to’s Maris cal Sucre saat protes dimulai Kamis pagi waktu setempat (Ka mis malam WIB). Puluhan pe nerbangan dibatalkan dan tidak jelas kapan layanan internasional kembali beroperasi di bandara Quito, Guayaquil, dan Manta.
Sekolah-sekolah dan banyak perusahaan tutup di Quito ka rena tidak adanya perlindungan poli si. Penjarahan dilaporkan ter jadi di ibukota dan Guaya quil. Se tidak nya dua bank dibobol.
Presiden Cor rea (47) menemui polisi di mar kas Guayaquil, Ka mis (30/9) dengan niat berne go siasi. Namun, kedatangan Correa malah memicu ketegangan. Hal itu diawali dengan gaya Correa yang tak bersahabat. Presiden mem buka kemeja tampak me nan tangi polisi yang sedang marah.
“Jika Anda mau membunuh presiden, ini dia di sini. Bunuh dia kalau mau. Bunuh dia kalau be rani, daripada bersembunyi di ke ramaian (unjuk rasa),” tantang Correa dengan nada tinggi.
Mendengar tantangan sang presiden, polisi yang sudah ter bakar emosi itu, seperti disiram bensin. Kekacauan pun tak ter elakkan sehingga bentrokan ter jadi. Seketika polisi menembak kan air mata. Correa terkena dan menderita luka ri ngan. Dia lalu dilarikan ke rumah sakit.
Masalah belum selesai. Para pemrotes mengepung rumah sa kit itu. Polisi bentrok de ngan pa sukan keamanan dan pendukung presiden di sana. Correa pun ter kepung selama lebih dari 12 jam.
Sekitar 800 polisi di ibukota Quito bergabung dalam de mons trasi ini. Sepertinya demonstrasi ter jadi secara spontan. Jumlah demonstran di luar Quito tidak jelas. Ekuador memiliki sekitar 40 ribu polisi.
Di rumah sakit, Correa me nyebut pemberontakan ini adalah upaya kudeta yang didorong lawan politiknya bekas Presiden Lucio Gutierrez, pemimpin ku deta tahun 2000 yang meng gu lingkan Presiden Jamil Ma huad. Dalam sebuah wawancara, Gu tierrez membantah tudingan itu. Menteri Luar Negeri Ekuador Ri cardo Patino mengatakan, ada pemberontak yang berusaha me masuki rumah sakit melalui atap.
Correa mengaku saat negosiasi dengan polisi pemberontak, dia ber tanya apakah mereka memba ca un dang-undang. Ternyata ti dak ada yang membaca. Correa pun ber pendapat, polisi-polisi itu adalah korban rumor dan kebo hongan yang disebarkan media-media jahat. “Faktanya, undang-undang ini memberi polisi gaji yang lebih baik,” katanya.
Setelah terkepung 12 jam, ten tara mencoba menyelamatkan Cor rea, Kamis malam waktu se tempat atau Jumat WIB. Ten tara menembakkan senjata api, me lem par granat, menggunakan SUV berkecepatan tinggi untuk melarikan Correa keluar dari ru mah sakit menuju istana Caron delet. Palang Merah mengatakan, dua polisi tewas dan 37 lainnya ter luka dalam operasi pembeba san sang presiden.
Setiba di istana, Correa meng gelar jumpa pers di balkon. Ka tanya, aksi polisi ini bukanlah semata-mata protes masalah pe motongan gaji, tapi merupakan usaha kudeta. “Ada banyak pe nyusup, berpakaian sipil dan kita tahu mereka dari mana,” ujar Correa tanpa menyalahkan suatu pihak secara spesifik.
Menurutnya, mereka yang ber tang gung jawab atas pem berontakan ini akan dihukum. “Tidak akan ada pengampunan,” pungkas Correa. [RM]
Foto: Csmonitor
IPW: Gories Mere Bikin Malu!
MEDAN – Operasi yang dilakukan oleh Densus 88 Anti Teror di Sumatera Utara mendapat kecaman, khususnya dari keluarga Khairul Ghazali. Menurut istrinya, Kartini Panggabean, Densus 88 menginjak-injak Ghazali yang sedang shalat ketika melakukan pengangkapan di Tanjung Balai.
Selain itu, Densus juga dinilai telah melanggar HAM karena cara melakukan penangkapan tidak berperikemanusiaan. Bahkan, Front Pembela Islam (FPI) Sumatera Utara mengecam keras tindakan itu dan mengatakan “Densus 88 biadab.”
Indonesia Police Watch (PIW), menanggapi peristiwa itu, kembali mengecam keberadaan Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional (BNN), Komjen Gories Mere, yang menjadi komandan operasi Densus 88 di Sumut. Menurut ketua presidium IPW, Neta Pane kepada katakami.com, Gories telah melakukan penyalahgunaan wewenang karena melampaui kewenangannya sebagai Kalakhar BNN.
Neta mempertanyakan operasi yang dilakukan di Medan pemberantasan narkoba berkedok terorisme atau operasi terorisme berkedok narkoba? “Dia (Gories) harus mempertanggungjawabkan segala sesuatunya. Bikin malu saja!” tegas Neta.
Selain tidak mau berkoordinasi dengan Polda Sumut, menurut Neta, Gories juga tidak berkoordinasi dengan TNI. “Mau jadi apa Indonesia kalau ada jenderal yang seenaknya seperti dia? Gories harus ditindak secara tegas. Apalagi pasukan yang dia bawa itu adalah pasukan yang sudah dibubarkan,” tegas Neta lagi.
Menanggapi itu, Mabes Polri mengakui turunnya Densus ke Sumut untuk menumpas teroris. Namun Mabes mengatakan Gories berada di Medan tidka berkaitan dengan operasi Densus. “Tapi keberadaan Gories Mere di Medan bukan untuk memimpin Densus di Sumut. Mungkin pak Gories ada tugas lain yang berhubungan dengan penanggulangan narkoba karena beliau adalah Kalakhar BNN,” ungkap Kabid Penerangan Umum Kombes Marwoto Soeto, kepada Waspada Online, siang ini.
Marwoto juga tidak menyangkal kalau saat ini Densus sering berkoordinasi dengan Gories Mere dalam melakukan operasinya. “Pak Gories berpangalaman di Densus 88, maka dia terkadang masih dibutuhkan,” ungkap Marwoto.
Sebelumnya, dikabarkan kedatangan Densus 88 di Sumut tanpa koordinasi dengan Polda Sumut sebagai pemegang keamanan di Sumut. Sehingga saat tiba di bandara Delta Polonia Medan sempat terjadi ketagangan di Lanud Medan. Komandan Lanud Medan telah mengirim surat protes ke Kapolda Sumut.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Baharudin Djafar, kepada Waspada Online, tadi pagi, menyebutkan bahwa rencana turunnya Densusu 88 di Sumut sudah melakukan koordinasi dengan Poldasu. “Densus memang jauh hari sebelumnya sudah koordinasi dengan kami termasuk penyergapan teroris di Tanjung Balai dan Hamparan Perak. Tapi secara terknis tidak ada,” ungkap Baharudin.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, turunnya tim Densus 88 ke Sumut untuk melakukan penyergapan di wilayah Tanjung Balai dan Hamparan Perak. Dalam penyergapan itu, 3 teroris tewas ditembak dan 15 orang ditangkap dan diboyong ke Mabes Polri.
__________
Teror Sumut Pembusukan Oegroseno
Dalam dua bulan belakangan ini, Sumatera Utara dihentakkan dengan dua kejadian besar yang menewaskan 4 anggota kepolisian yakni, perampokan Bank CIMB Niaga dan penyerangan Mapolsek Hamparan Perak.
Dua eskalasi peristiwa besar itu dan menjadi isu teror bagi masyarakat Sumatera Utara disebut-sebut berbagai kalangan merupakan pembusukan terhadap Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara, Irjen Oegresno.
Ketua Presidium Indonesia Police Wacht (IPW), Neta S Pane, mengatakan berdasarkan fakta dan data IPW, aksi-aksi tersebut tidak murni sendirinya, namun merupakan pembusukan terhadap Irjen Oegresno. “Itu tugas polisi yang menyelidikinya,” ujar Neta kepada Waspada Online, siang ini, tanpa merinci siapa dibalik pembusukan tersebut.
Alasan pembusukan tersebut, kata Neta, karena Irjen Oegreseno berpeluang untuk masuk bursa Kapolri. Ditanya siapa yang bermain, Neta hanya menyebutkan, bahwa ada yang melakukan teori pembusukan.
Dia juga melihat kehadiran petinggi BNN (Badan Narkotika Nasional) di Medan saat terjadinya penyergapan teroris di Medan dan penangkapan perampok Bank CIMB Niaga Medan adalah tidak relevan. “IPW secara terang memprotes sikap petinggi BNN tersebut hadir di Medan,” ujar Neta.
Alasannya, kata Neta, tidak ada korelansi petinggi BNN hadir dalam operas Densus di Medan, karena tidak memiliki hubungan profesi antara BNN dengan Densus 88. Faktanya juga, bahwa pejabat BNN tidak punya hak dan tugas berkaitan dengan tugas Densus 88 AT Polri.
Karena itu, kata Neta, Propam Mabes Polri harus memeriksa pejabat BNN (Komjen Gories Mere) yang hadir di Medan saat penyergapan teroris dan perampok Bank CIMB Niaga Medan karena melanggar etika profesi. “Petinggi BNN di Medan melanggar etika profesi Polri saat Densus 88 AT melakukan penyergapan,” ujarnya.
Selain itu, Densus juga dinilai telah melanggar HAM karena cara melakukan penangkapan tidak berperikemanusiaan. Bahkan, Front Pembela Islam (FPI) Sumatera Utara mengecam keras tindakan itu dan mengatakan “Densus 88 biadab.”
Indonesia Police Watch (PIW), menanggapi peristiwa itu, kembali mengecam keberadaan Kepala Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional (BNN), Komjen Gories Mere, yang menjadi komandan operasi Densus 88 di Sumut. Menurut ketua presidium IPW, Neta Pane kepada katakami.com, Gories telah melakukan penyalahgunaan wewenang karena melampaui kewenangannya sebagai Kalakhar BNN.
Neta mempertanyakan operasi yang dilakukan di Medan pemberantasan narkoba berkedok terorisme atau operasi terorisme berkedok narkoba? “Dia (Gories) harus mempertanggungjawabkan segala sesuatunya. Bikin malu saja!” tegas Neta.
Selain tidak mau berkoordinasi dengan Polda Sumut, menurut Neta, Gories juga tidak berkoordinasi dengan TNI. “Mau jadi apa Indonesia kalau ada jenderal yang seenaknya seperti dia? Gories harus ditindak secara tegas. Apalagi pasukan yang dia bawa itu adalah pasukan yang sudah dibubarkan,” tegas Neta lagi.
Menanggapi itu, Mabes Polri mengakui turunnya Densus ke Sumut untuk menumpas teroris. Namun Mabes mengatakan Gories berada di Medan tidka berkaitan dengan operasi Densus. “Tapi keberadaan Gories Mere di Medan bukan untuk memimpin Densus di Sumut. Mungkin pak Gories ada tugas lain yang berhubungan dengan penanggulangan narkoba karena beliau adalah Kalakhar BNN,” ungkap Kabid Penerangan Umum Kombes Marwoto Soeto, kepada Waspada Online, siang ini.
Marwoto juga tidak menyangkal kalau saat ini Densus sering berkoordinasi dengan Gories Mere dalam melakukan operasinya. “Pak Gories berpangalaman di Densus 88, maka dia terkadang masih dibutuhkan,” ungkap Marwoto.
Sebelumnya, dikabarkan kedatangan Densus 88 di Sumut tanpa koordinasi dengan Polda Sumut sebagai pemegang keamanan di Sumut. Sehingga saat tiba di bandara Delta Polonia Medan sempat terjadi ketagangan di Lanud Medan. Komandan Lanud Medan telah mengirim surat protes ke Kapolda Sumut.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Baharudin Djafar, kepada Waspada Online, tadi pagi, menyebutkan bahwa rencana turunnya Densusu 88 di Sumut sudah melakukan koordinasi dengan Poldasu. “Densus memang jauh hari sebelumnya sudah koordinasi dengan kami termasuk penyergapan teroris di Tanjung Balai dan Hamparan Perak. Tapi secara terknis tidak ada,” ungkap Baharudin.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, turunnya tim Densus 88 ke Sumut untuk melakukan penyergapan di wilayah Tanjung Balai dan Hamparan Perak. Dalam penyergapan itu, 3 teroris tewas ditembak dan 15 orang ditangkap dan diboyong ke Mabes Polri.
__________
Teror Sumut Pembusukan Oegroseno
Dalam dua bulan belakangan ini, Sumatera Utara dihentakkan dengan dua kejadian besar yang menewaskan 4 anggota kepolisian yakni, perampokan Bank CIMB Niaga dan penyerangan Mapolsek Hamparan Perak.
Dua eskalasi peristiwa besar itu dan menjadi isu teror bagi masyarakat Sumatera Utara disebut-sebut berbagai kalangan merupakan pembusukan terhadap Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara, Irjen Oegresno.
Ketua Presidium Indonesia Police Wacht (IPW), Neta S Pane, mengatakan berdasarkan fakta dan data IPW, aksi-aksi tersebut tidak murni sendirinya, namun merupakan pembusukan terhadap Irjen Oegresno. “Itu tugas polisi yang menyelidikinya,” ujar Neta kepada Waspada Online, siang ini, tanpa merinci siapa dibalik pembusukan tersebut.
Alasan pembusukan tersebut, kata Neta, karena Irjen Oegreseno berpeluang untuk masuk bursa Kapolri. Ditanya siapa yang bermain, Neta hanya menyebutkan, bahwa ada yang melakukan teori pembusukan.
Dia juga melihat kehadiran petinggi BNN (Badan Narkotika Nasional) di Medan saat terjadinya penyergapan teroris di Medan dan penangkapan perampok Bank CIMB Niaga Medan adalah tidak relevan. “IPW secara terang memprotes sikap petinggi BNN tersebut hadir di Medan,” ujar Neta.
Alasannya, kata Neta, tidak ada korelansi petinggi BNN hadir dalam operas Densus di Medan, karena tidak memiliki hubungan profesi antara BNN dengan Densus 88. Faktanya juga, bahwa pejabat BNN tidak punya hak dan tugas berkaitan dengan tugas Densus 88 AT Polri.
Karena itu, kata Neta, Propam Mabes Polri harus memeriksa pejabat BNN (Komjen Gories Mere) yang hadir di Medan saat penyergapan teroris dan perampok Bank CIMB Niaga Medan karena melanggar etika profesi. “Petinggi BNN di Medan melanggar etika profesi Polri saat Densus 88 AT melakukan penyergapan,” ujarnya.
Jenazah Yuki dengan Dua Luka Tembak di Kepala
Yuki Wantoro Baru Masuk Islam 4 Tahun Lalu
SOLO – Salah satu pria yang ditembak mati tim Densus 88 di Sumatra Utara sepekan lalu adalah Yuki Wantoro 20, pemuda asal kota Solo ini baru dua tahun berada di Sumatra untuk bekerja di perkebunan, menurut penjelasan kakak laki-laki Yuki, Yudi Mansur 34.
Yudi Mansur 34, menceritakan bahwa sebenarnya keluarganya berasal dari keluarga Kristen. Kemudian beberapa anaknya menjadi Mualaf, setelah Yudi Mansur masuk Islam ia kemudian mendakwahi Yuki Wantoro adiknya. Kemudian empat tahun lalu Alhamdulillah Yuki Wantoro masuk Islam dan mulai mempelajari Islam. Namun kedua orang tua Yudi, yakni Sina Karyadi dan Ngatini masih Kristen. Bahkan menurut penuturan Yudi, ayahnya adalah seorang Kristen fanatik, “jaringan gereja ayah saya itu sampai ke Amerika,” kata Yudi Mansur saat ditemui MuslimDaily pada Selasa malam, 21/09/2010.
Menurut Yudi Mansur, ayahnya tidak peduli terhadap jenazah Yuki Wantoro 20, anaknya. Jika nanti jenazah anaknya tiba di Solo, Sina Karyadi tidak mengijinkan jenazah Yuki di semayamkan di rumah.
Persiapan Penyambutan Jenazah
Sementara itu menurut penuturan Yudi Mansur sebelum berangkat ke Jakarta Senin malam untuk mengambil jenazah adiknya, persiapan pemakaman Yuki Mansur akan dibantu oleh para remaja masjid di kota Solo. Diperkirakan ratusan remaja masjid dan laskar Islam akan mengikuti prosesi pemakaman ini. Jika jenazah sampai di Solo pada Selasa malam atau Rabu dinihari, maka pemakaman akan dilaksanakan pada hari Rabu 28/9/2010 siang.
Dua Luka Tembak di Kepala Yuki
Selasa malam 28/9 pukul 20.30 WIB, jenazah Yuki Wantoro bisa dibawa pulang. Proses pengambilan jenazah terhalang masalah surat serah terima jenazah karena banyak anggota Densus 88 yang seharusnya mengurusi bagian jenazah tidak ditempat. Kabarnya banyak anggota Densus 88 yang sedang dikirim ke Medan dan Padang.
Sebelumnya, sudah sejak pukul 11.00 WIB siang Yudi Mansur kakak Yuki beserta rombongan pengacara dari Solo sudah menunggu proses pengambilan jenazah, namun proses itu baru selesai pada malam harinya.
Menurut pernyataan Endro Sudarsono dari ISAC, selaku kuasa hukum keluarga Yuki Wantoro, ia mengatakan “Yudi mengakui jika jenazah yang berada di RS Polri Kramat Jati itu adalah Yuki adiknya. Ada dua luka tembak di pelipis kiri, satu luka tembak di leher kiri, tangan kiri patah. Tidak ada surat penangkapan,” demikian rilis yang diberikan ISAC kepada MuslimDaily.
Luka tembak tersebut diketahui pada saat proses memandikan setelah melalui identifikasi foto jenazah, Yudi Mansur yakin bahwa itu adiknya.
Diperkirakan jenazah akan tiba di kota Solo pada Rabu 29/9 sekitar pukul 09.00 WIB. Dan rencananya akan dimakamkan di pemakaman khusus Muslim di daerah Polokarto, Sukoharjo, sebelah timur perbatasan kota Solo. [muslimdaily.net]
Umat Islam Solo Sambut Jenazah Sang Muallaf Yuki Wantoro
Kedatangan Yuki Wantoro di Solo disambut bak pahlawan oleh umat Islam dengan gelar mujahid dan pahlawan Islam, meski ia ditembak mati oleh Densus dengan tuduhan terlibat perampokan Bank CIMB Medan. Sang muallaf ini juga diterima dengan baik oleh kedua orang tuanya yang masih Kristen.
Ba’da Subuh Rabu (29/9) ruas jalan yang menuju ke rumah Yuki, perlahan mulai didatangi umat Islam. Gapura yang menjadi tanda gang di mana kampung Tempen kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon terbentang spanduk besar bertuliskan “Selamat Syuhada Alloh, Pahlawan Islam.” Lebih kurang pukul 6.30 WIB rombongan jenazah tiba, satu mobil ambulan, mobil keluarga dan satu mobil patwal. Tanpa dikomando gemuruh takbir langsung membahana memenuhi ruang jalan.
Jenazah disemayamkan di Masjid Al-Hidayah, terus bergantian ratusan orang datang untuk menyalatkan jenasah sang muallaf yang ditembak brutal oleh Densus 88 tanpa status yang jelas. Tampak di seberang jalan raya para kuli tinta berkerumun menunggu untuk mengabadikan. Tak jauh disitu banyak pula para intel dari beberapa kesatuan juga tampak ikut melihat. Meski menggunakan baju preman wajahnya tak bisa menutupi identitasnya.
…ratusan orang datang untuk menyalatkan jenasah sang muallaf yang ditembak brutal oleh Densus 88 tanpa status yang jelas…
Poster berukuran A4 juga memenuhi di setiap gang kampung Tempen. Dengan kertas putih bertuliskan “TV One dilarang Masuk!”. Untuk yang kesekian kali Televisi milik grup Bakrie ini menjadi penolakan di setiap korban kebrutalan Densus 88. Beberapa ikhwan mengatakan alasan penolakan itu karena netralitas dan objektivitas TV One sangat diragukan.
“Karena selama ini TV One terlihat begitu getol menyiarkan berita yang tidak berimbang terhadap aktivis-aktivis Islam. Dan mereka begitu mesra dengan Densus 88,” papar seorang warga yang tidak mau dituliskan namanya.
Usai disemayamkan di masjid, jenazah Yuki dipindah ke rumah keluarganya. Meski sebelumnya tersiar kabar bahwa kedua orang tuanya menolak, namun pagi itu kedua orang tua Yuki yang masih Kristen, mau menerima jenazah pemuda yang ditembak di Medan beberapa waktu yang lalu. “Saya menerima mas. Bagaimanapun juga dia adalah anak saya. Yang membesarkan juga saya,” ujar Sina Karyadi. Sang ibunda, Ngatini juga tak bisa menahan kesedihannya. Air mata meleleh membasahi pipinya. Kurang lebih pukul 08.00 WIB raungan ambulan pengangkut jenazah merembat pelan menyusuri gang kecil menuju jalan raya.
“Allahu Akbar…Allahu Akbar..!!” Kepalan tangan para pelayat terangkat ke atas sambil meneriakkan takbir. Gema takbir itu terus gergelora hingga pagi dari ratusan aktivis dari penjuru kota Solo Raya yang memenuhi kampung Tempen Kelurahan Joyosuran
Perjalanan ke pemakaman memakan waktu setengah jam. Sebab pemakaman syariah itu berada di desa Wonosari RT 03 RW 13 Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo yang jauh dengan rumah Yuki.
Sehari sebelumnya, Selasa (28/9/2010), tersiar kabar bahwa masyarakat di desa Wonosari sepakat menolak kedatangan jenazah Yuki, yang ditandatangani oleh ketua RT dan Kepala Desa. Penolakan ini adalah buah provokasi para musuh-musuh Islam terhadap warga yang tidak tahu apa-apa. Warga pun akan menolak dengan mencegat rombongan jenazah.
Namun untuk menangkis provokasi itu, Sekretaris ISAC (The Islamic Studies and Action Center, Endro Sudarso menegaskan tekadnya untuk memakamkan jenazah Yuki di makam desa. “Apapun resikonya, jenazah Yuki tetap akan dikubur di desa Wonosari apapun resikonya,” tekadnya.
Untuk mengantisipasi penolakan warga yang terprovokasi itu, maka Rabu (29/9) ba’da subuh kurang lebih 40 laskar dikirim ke tempat pemakaman tersebut. Ternyata ancaman para provokator yang menolak pemakaman tersebut hanya isapan jempol belaka, sampai jenazah tiba di pemakaman. Tak ada satupun warga yang menolak. Acara pemakaman pun berjalan dengan lancar.
Di sela-sela pemakaman, Endro Sudarso menjelaskan bahwa jenazah Yuki Wantoro sangat mengenaskan akibat siksaan Densus 88. Di tubuhnya terdapat beberapa bekas luka tembakan di tiga titik yaitu pelipis kiri dua buah dan leher sebelah kiri satu buah.
Kejanggalan lainnya, lanjut Endro, tangan kiri Yuki juga patah. Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa Densus 88 melanggar HAM berat.
“Sampai jenazah Yuki dimakamkan pun, keluarga juga belum menerima Surat Penangkapan,” kesal Endro.
Perlakuan Densus ini menimbulkan ketidakjelasan terhadap status Yuki, apakah ia tersangka perampokan Bank CIMB Medan ataukah pelaku teroris. Namun, Densus 88 telah beringas membunuhnya. Untuk itulah keluarga dan ISAC bertekad akan mengusut semua kezaliman ini dan memproses semua pihak yang terkait.
…Perlakuan Densus ini menimbulkan ketidakjelasan terhadap status Yuki, apakah ia tersangka perampokan Bank CIMB Medan ataukah pelaku teroris. Keluarga dan ISAC bertekad akan mengusut semua kezaliman ini dan memproses semua pihak yang terkait…
Sebelumnya, dalam konferensi pers di Solo, Senin malam (27/9/2010), ISAC mengungkapkan banyak kejanggalan dalam penembakan Yuki oleh Densus 88. Menurut Sekretaris ISAC Endro Sudarso, penembakan Yuki oleh Densus dengan tudingan melakukan perampokan Bank CIMB Niaga pada tanggal 18 Agustus 2010 sangat tidak beralasan. Pasalnya, menurut Endro, Yuki mempunyai alibi kuat bahwa dia tidak terlibat dalam perampokan Bank CIMB Medan sesuai dengan beberapa kronologis lengkap dengan para saksinya, sbb:
1. Selasa, 17 Agustus 2010 Yuki berada dirumahnya, Tempen RT 04 RW 02 kelurahan Joyosuran kecamatan Pasar Kliwon Solo.
2. Sehari kemudian, Rabu 18 Agustus 2010 Yuki membeli pulsa kepada kakaknya, Yudi Mansur (34) dan bercanda dengan ibunya.
3. Kamis 19 Agustus 2010, Yudi Mansur, kakaknya memotret Yuki menggunakan kamera HP. Rencananya, foto ini akan digunakan untuk mengurus pembuatan KTP di kelurahan.
4. Jum’at 20 Agustus 2010 Yuki membuat KTP di Kecamatan Pasar Kliwon dengan menggunakan pas foto yang dibuatnya pada tanggal 19 Agustus 2010.
5. Sabtu 21 Agustus 2010 Yudi berpamitan ke Jakarta.
6. Ahad 19 September 2010, Yuki Wantoro ditembak mati oleh Densus dalam penggerebekan di sebuah rumah di Belawan, Sumatera Utara.
…Polri harus menjelaskan kepada umat terutama keluarga Yuki Purwanto, kenapa Yuki dituding terlibat perampokan CIMB Medan, padahal saat itu Yuki berada di Solo…
Karenanya, ISAC mendesak Polri untuk menjelaskan kepada umat terutama keluarga Yuki Purwanto, kenapa Yuki dituding terlibat perampokan CIMB Medan, padahal saat itu Yuki berada di Solo. [Voa-Islam.Com]
Yuki Wantoro Bukan Perampok Bank, Tapi di DOR !
SOLO – Salah satu pria yang ditembak mati tim Densus 88 di Sumatra Utara sepekan lalu adalah Yuki Wantoro 20, pemuda asal kota Solo ini baru dua tahun berada di Sumatra untuk bekerja di perkebunan, menurut penjelasan kakak laki-laki Yuki, Yudi Mansur 34.
Yudi Mansur 34, menceritakan bahwa sebenarnya keluarganya berasal dari keluarga Kristen. Kemudian beberapa anaknya menjadi Mualaf, setelah Yudi Mansur masuk Islam ia kemudian mendakwahi Yuki Wantoro adiknya. Kemudian empat tahun lalu Alhamdulillah Yuki Wantoro masuk Islam dan mulai mempelajari Islam. Namun kedua orang tua Yudi, yakni Sina Karyadi dan Ngatini masih Kristen. Bahkan menurut penuturan Yudi, ayahnya adalah seorang Kristen fanatik, “jaringan gereja ayah saya itu sampai ke Amerika,” kata Yudi Mansur saat ditemui MuslimDaily pada Selasa malam, 21/09/2010.
Menurut Yudi Mansur, ayahnya tidak peduli terhadap jenazah Yuki Wantoro 20, anaknya. Jika nanti jenazah anaknya tiba di Solo, Sina Karyadi tidak mengijinkan jenazah Yuki di semayamkan di rumah.
Persiapan Penyambutan Jenazah
Sementara itu menurut penuturan Yudi Mansur sebelum berangkat ke Jakarta Senin malam untuk mengambil jenazah adiknya, persiapan pemakaman Yuki Mansur akan dibantu oleh para remaja masjid di kota Solo. Diperkirakan ratusan remaja masjid dan laskar Islam akan mengikuti prosesi pemakaman ini. Jika jenazah sampai di Solo pada Selasa malam atau Rabu dinihari, maka pemakaman akan dilaksanakan pada hari Rabu 28/9/2010 siang.
Dua Luka Tembak di Kepala Yuki
Selasa malam 28/9 pukul 20.30 WIB, jenazah Yuki Wantoro bisa dibawa pulang. Proses pengambilan jenazah terhalang masalah surat serah terima jenazah karena banyak anggota Densus 88 yang seharusnya mengurusi bagian jenazah tidak ditempat. Kabarnya banyak anggota Densus 88 yang sedang dikirim ke Medan dan Padang.
Sebelumnya, sudah sejak pukul 11.00 WIB siang Yudi Mansur kakak Yuki beserta rombongan pengacara dari Solo sudah menunggu proses pengambilan jenazah, namun proses itu baru selesai pada malam harinya.
Menurut pernyataan Endro Sudarsono dari ISAC, selaku kuasa hukum keluarga Yuki Wantoro, ia mengatakan “Yudi mengakui jika jenazah yang berada di RS Polri Kramat Jati itu adalah Yuki adiknya. Ada dua luka tembak di pelipis kiri, satu luka tembak di leher kiri, tangan kiri patah. Tidak ada surat penangkapan,” demikian rilis yang diberikan ISAC kepada MuslimDaily.
Luka tembak tersebut diketahui pada saat proses memandikan setelah melalui identifikasi foto jenazah, Yudi Mansur yakin bahwa itu adiknya.
Diperkirakan jenazah akan tiba di kota Solo pada Rabu 29/9 sekitar pukul 09.00 WIB. Dan rencananya akan dimakamkan di pemakaman khusus Muslim di daerah Polokarto, Sukoharjo, sebelah timur perbatasan kota Solo. [muslimdaily.net]
Umat Islam Solo Sambut Jenazah Sang Muallaf Yuki Wantoro
Kedatangan Yuki Wantoro di Solo disambut bak pahlawan oleh umat Islam dengan gelar mujahid dan pahlawan Islam, meski ia ditembak mati oleh Densus dengan tuduhan terlibat perampokan Bank CIMB Medan. Sang muallaf ini juga diterima dengan baik oleh kedua orang tuanya yang masih Kristen.
Ba’da Subuh Rabu (29/9) ruas jalan yang menuju ke rumah Yuki, perlahan mulai didatangi umat Islam. Gapura yang menjadi tanda gang di mana kampung Tempen kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon terbentang spanduk besar bertuliskan “Selamat Syuhada Alloh, Pahlawan Islam.” Lebih kurang pukul 6.30 WIB rombongan jenazah tiba, satu mobil ambulan, mobil keluarga dan satu mobil patwal. Tanpa dikomando gemuruh takbir langsung membahana memenuhi ruang jalan.
Jenazah disemayamkan di Masjid Al-Hidayah, terus bergantian ratusan orang datang untuk menyalatkan jenasah sang muallaf yang ditembak brutal oleh Densus 88 tanpa status yang jelas. Tampak di seberang jalan raya para kuli tinta berkerumun menunggu untuk mengabadikan. Tak jauh disitu banyak pula para intel dari beberapa kesatuan juga tampak ikut melihat. Meski menggunakan baju preman wajahnya tak bisa menutupi identitasnya.
…ratusan orang datang untuk menyalatkan jenasah sang muallaf yang ditembak brutal oleh Densus 88 tanpa status yang jelas…
Poster berukuran A4 juga memenuhi di setiap gang kampung Tempen. Dengan kertas putih bertuliskan “TV One dilarang Masuk!”. Untuk yang kesekian kali Televisi milik grup Bakrie ini menjadi penolakan di setiap korban kebrutalan Densus 88. Beberapa ikhwan mengatakan alasan penolakan itu karena netralitas dan objektivitas TV One sangat diragukan.
“Karena selama ini TV One terlihat begitu getol menyiarkan berita yang tidak berimbang terhadap aktivis-aktivis Islam. Dan mereka begitu mesra dengan Densus 88,” papar seorang warga yang tidak mau dituliskan namanya.
Usai disemayamkan di masjid, jenazah Yuki dipindah ke rumah keluarganya. Meski sebelumnya tersiar kabar bahwa kedua orang tuanya menolak, namun pagi itu kedua orang tua Yuki yang masih Kristen, mau menerima jenazah pemuda yang ditembak di Medan beberapa waktu yang lalu. “Saya menerima mas. Bagaimanapun juga dia adalah anak saya. Yang membesarkan juga saya,” ujar Sina Karyadi. Sang ibunda, Ngatini juga tak bisa menahan kesedihannya. Air mata meleleh membasahi pipinya. Kurang lebih pukul 08.00 WIB raungan ambulan pengangkut jenazah merembat pelan menyusuri gang kecil menuju jalan raya.
“Allahu Akbar…Allahu Akbar..!!” Kepalan tangan para pelayat terangkat ke atas sambil meneriakkan takbir. Gema takbir itu terus gergelora hingga pagi dari ratusan aktivis dari penjuru kota Solo Raya yang memenuhi kampung Tempen Kelurahan Joyosuran
Perjalanan ke pemakaman memakan waktu setengah jam. Sebab pemakaman syariah itu berada di desa Wonosari RT 03 RW 13 Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo yang jauh dengan rumah Yuki.
Sehari sebelumnya, Selasa (28/9/2010), tersiar kabar bahwa masyarakat di desa Wonosari sepakat menolak kedatangan jenazah Yuki, yang ditandatangani oleh ketua RT dan Kepala Desa. Penolakan ini adalah buah provokasi para musuh-musuh Islam terhadap warga yang tidak tahu apa-apa. Warga pun akan menolak dengan mencegat rombongan jenazah.
Namun untuk menangkis provokasi itu, Sekretaris ISAC (The Islamic Studies and Action Center, Endro Sudarso menegaskan tekadnya untuk memakamkan jenazah Yuki di makam desa. “Apapun resikonya, jenazah Yuki tetap akan dikubur di desa Wonosari apapun resikonya,” tekadnya.
Untuk mengantisipasi penolakan warga yang terprovokasi itu, maka Rabu (29/9) ba’da subuh kurang lebih 40 laskar dikirim ke tempat pemakaman tersebut. Ternyata ancaman para provokator yang menolak pemakaman tersebut hanya isapan jempol belaka, sampai jenazah tiba di pemakaman. Tak ada satupun warga yang menolak. Acara pemakaman pun berjalan dengan lancar.
Di sela-sela pemakaman, Endro Sudarso menjelaskan bahwa jenazah Yuki Wantoro sangat mengenaskan akibat siksaan Densus 88. Di tubuhnya terdapat beberapa bekas luka tembakan di tiga titik yaitu pelipis kiri dua buah dan leher sebelah kiri satu buah.
Kejanggalan lainnya, lanjut Endro, tangan kiri Yuki juga patah. Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa Densus 88 melanggar HAM berat.
“Sampai jenazah Yuki dimakamkan pun, keluarga juga belum menerima Surat Penangkapan,” kesal Endro.
Perlakuan Densus ini menimbulkan ketidakjelasan terhadap status Yuki, apakah ia tersangka perampokan Bank CIMB Medan ataukah pelaku teroris. Namun, Densus 88 telah beringas membunuhnya. Untuk itulah keluarga dan ISAC bertekad akan mengusut semua kezaliman ini dan memproses semua pihak yang terkait.
…Perlakuan Densus ini menimbulkan ketidakjelasan terhadap status Yuki, apakah ia tersangka perampokan Bank CIMB Medan ataukah pelaku teroris. Keluarga dan ISAC bertekad akan mengusut semua kezaliman ini dan memproses semua pihak yang terkait…
Sebelumnya, dalam konferensi pers di Solo, Senin malam (27/9/2010), ISAC mengungkapkan banyak kejanggalan dalam penembakan Yuki oleh Densus 88. Menurut Sekretaris ISAC Endro Sudarso, penembakan Yuki oleh Densus dengan tudingan melakukan perampokan Bank CIMB Niaga pada tanggal 18 Agustus 2010 sangat tidak beralasan. Pasalnya, menurut Endro, Yuki mempunyai alibi kuat bahwa dia tidak terlibat dalam perampokan Bank CIMB Medan sesuai dengan beberapa kronologis lengkap dengan para saksinya, sbb:
1. Selasa, 17 Agustus 2010 Yuki berada dirumahnya, Tempen RT 04 RW 02 kelurahan Joyosuran kecamatan Pasar Kliwon Solo.
2. Sehari kemudian, Rabu 18 Agustus 2010 Yuki membeli pulsa kepada kakaknya, Yudi Mansur (34) dan bercanda dengan ibunya.
3. Kamis 19 Agustus 2010, Yudi Mansur, kakaknya memotret Yuki menggunakan kamera HP. Rencananya, foto ini akan digunakan untuk mengurus pembuatan KTP di kelurahan.
4. Jum’at 20 Agustus 2010 Yuki membuat KTP di Kecamatan Pasar Kliwon dengan menggunakan pas foto yang dibuatnya pada tanggal 19 Agustus 2010.
5. Sabtu 21 Agustus 2010 Yudi berpamitan ke Jakarta.
6. Ahad 19 September 2010, Yuki Wantoro ditembak mati oleh Densus dalam penggerebekan di sebuah rumah di Belawan, Sumatera Utara.
…Polri harus menjelaskan kepada umat terutama keluarga Yuki Purwanto, kenapa Yuki dituding terlibat perampokan CIMB Medan, padahal saat itu Yuki berada di Solo…
Karenanya, ISAC mendesak Polri untuk menjelaskan kepada umat terutama keluarga Yuki Purwanto, kenapa Yuki dituding terlibat perampokan CIMB Medan, padahal saat itu Yuki berada di Solo. [Voa-Islam.Com]
Yuki Wantoro Bukan Perampok Bank, Tapi di DOR !
Umat Islam Kembali Diusik, Kartun Nabi Muhammad akan Dicetak Ulang oleh Jyllands Posten
Kopenhagen – Editor Jyllands-Posten, Flemming Rose, yang pada 2005 memicu kemarahan umat Islam dunia karena kartun Nabi Muhammad yang dipublikasikannya, merilis sebuah buku, Rabu (29/9), yang juga memuat kartun kontroversial itu.
Surat kabar Denmark Jyllands-Posten seakan tidak pernah bosan untuk menghina umat Islam. Mereka berniat mencetak ulang buku kartun tentang Nabi Muhammad yang pernah menimbulkan kontroversi di di seluruh dunia beberapa tahun lalu.
”Buku ini segera keluar seperti yang direncanakan,” ujar Karsten Blauert dari Jyllands-Posten kepada AFP. ‘Tirani kesunyian’ yang dikeluarkan Kamis, lima tahun sejak hari pertama kali kartun Nabi Muhammad muncul di koran Jyllands-Posten.
Meskipun tidak akan mencetak ulang gambar secara terpisah, Blauert mengatakan, isi halaman dari buku itu akan menampilkan gambar-gambar kartun Nabi Muhammad yang pernah dimuat surat kabar itu. Ditanya mengenai reaksi keras yang bisa muncul dari penerbitan ulang buku ini, dia tampak meremehkannya. Dia berkata, ”Sudah jelas bahwa banyak hal yang akan terjadi, tapi semuanya sudah berjalan sesuai rencana, itu tak akan mengubahnya.”
Buku ini dibuat oleh Flemming Rose, redaktur budaya Jyllands-Posten. Dia lah yang mengeditor12 kartun Nabi Muhammad di halaman depan koran itu pada pada 30 September 2005. Akibat pemuatan kartun itu, Muslim di seluruh dunia mengecam koran itu dan menyesalkan Denmark yang membiarkan itu terjadi.
Penerbitan buku berjudul Tyranny of Silence itu dikhawatirkan akan memicu kekisruhan baru, bahkan bisa lebih parah dari 2005. Tak heran, Menlu Denmark, Lene Espersen, menyempatkan diri bertemu dengan 17 duta besar dari negara-negara Muslim, Rabu, untuk mencari cara mencegah munculnya krisis baru.
“Kekerasan dilakukan oleh orang-orang yang bereaksi atas kartun ini,” ujar Rose, yang sejak 2005 di bawah perlindungan polisi karena ancaman pembunuhan yang ia terima.
Rose juga menyatakan dirinya tidak menyesal berinisiatif memublikasikan 12 kartun itu, yang menjadi pintu perdebatan tentang kebebasan berekspresi di Denmark. [PR/KN/RB]
Surat kabar Denmark Jyllands-Posten seakan tidak pernah bosan untuk menghina umat Islam. Mereka berniat mencetak ulang buku kartun tentang Nabi Muhammad yang pernah menimbulkan kontroversi di di seluruh dunia beberapa tahun lalu.
”Buku ini segera keluar seperti yang direncanakan,” ujar Karsten Blauert dari Jyllands-Posten kepada AFP. ‘Tirani kesunyian’ yang dikeluarkan Kamis, lima tahun sejak hari pertama kali kartun Nabi Muhammad muncul di koran Jyllands-Posten.
Meskipun tidak akan mencetak ulang gambar secara terpisah, Blauert mengatakan, isi halaman dari buku itu akan menampilkan gambar-gambar kartun Nabi Muhammad yang pernah dimuat surat kabar itu. Ditanya mengenai reaksi keras yang bisa muncul dari penerbitan ulang buku ini, dia tampak meremehkannya. Dia berkata, ”Sudah jelas bahwa banyak hal yang akan terjadi, tapi semuanya sudah berjalan sesuai rencana, itu tak akan mengubahnya.”
Buku ini dibuat oleh Flemming Rose, redaktur budaya Jyllands-Posten. Dia lah yang mengeditor12 kartun Nabi Muhammad di halaman depan koran itu pada pada 30 September 2005. Akibat pemuatan kartun itu, Muslim di seluruh dunia mengecam koran itu dan menyesalkan Denmark yang membiarkan itu terjadi.
Penerbitan buku berjudul Tyranny of Silence itu dikhawatirkan akan memicu kekisruhan baru, bahkan bisa lebih parah dari 2005. Tak heran, Menlu Denmark, Lene Espersen, menyempatkan diri bertemu dengan 17 duta besar dari negara-negara Muslim, Rabu, untuk mencari cara mencegah munculnya krisis baru.
“Kekerasan dilakukan oleh orang-orang yang bereaksi atas kartun ini,” ujar Rose, yang sejak 2005 di bawah perlindungan polisi karena ancaman pembunuhan yang ia terima.
Rose juga menyatakan dirinya tidak menyesal berinisiatif memublikasikan 12 kartun itu, yang menjadi pintu perdebatan tentang kebebasan berekspresi di Denmark. [PR/KN/RB]
Panitia Q-Film Festival Dilaporkan FPI Ke Polisi
Anggota Front Pembela Islam (FPI) melaporkan pengelola laman Qminity dan panitia Q-Film Festival terkait dugaan pornografi ke Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polda Metro Jaya.
“Qminity dan Q-Film Festival telah menyebarluaskan film yang memiliki unsur pornografi,” kata Kepala Divisi Advokasi (Nahimunkar) FPI, Munarman di Jakarta, Jumat (1/10/2010).
Ia menyebutkan panitia festival film itu menayangkan film berunsur aksi pornografi seperti tindakan bersenggama yang tidak wajar antarhubungan sejenis. Direktur An Nashr Institute itu menambahkan tindakan komunitas homoseksual dan panitia festival film itu melanggar Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi dengan ancaman hukuman penjara maksimal 12 tahun.
Selain itu, melanggar Pasal 282 tentang Kesusilaan dan Pasal 27 ayat (1), UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Transaksi Elektronik (ITE).
Sementara itu, Ketua FPI Dewan Pengurus Daerah DKI Jakarta, Habib Salim Alatas akan mengadukan Qminity dan panitia Q-film yang menyatakan anggota FPI sebagai penghasut dan memberikan ancaman.
Sebelumnya, ratusan massa FPI mendatangi Gedung Goethe Institut (GI) Jalan Sam Ratulangi Nomo 9-15, Jakarta, mendesak panitia menghentikan kegiatan Festival Film Q (FFQ), Selasa (28/9).
FFQ akan menggelar acara pada 10 lokasi di Jakarta, antara lain Gedung GI, Pusat Kebudayaan Belanda Erasmus dan Pusat Kebudayaan Prancis.
Panitia berencana menayangkan film berjudul “Bad Boys Cell 425″ berdurasi 123 menit yang disutradarai Janusz Mrozowski, “Fucking Different Tel Aviv” yang disutradarai warga negara Israel Queer Crossover. [Suara-Islam.Com]
“Qminity dan Q-Film Festival telah menyebarluaskan film yang memiliki unsur pornografi,” kata Kepala Divisi Advokasi (Nahimunkar) FPI, Munarman di Jakarta, Jumat (1/10/2010).
Ia menyebutkan panitia festival film itu menayangkan film berunsur aksi pornografi seperti tindakan bersenggama yang tidak wajar antarhubungan sejenis. Direktur An Nashr Institute itu menambahkan tindakan komunitas homoseksual dan panitia festival film itu melanggar Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi dengan ancaman hukuman penjara maksimal 12 tahun.
Selain itu, melanggar Pasal 282 tentang Kesusilaan dan Pasal 27 ayat (1), UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Transaksi Elektronik (ITE).
Sementara itu, Ketua FPI Dewan Pengurus Daerah DKI Jakarta, Habib Salim Alatas akan mengadukan Qminity dan panitia Q-film yang menyatakan anggota FPI sebagai penghasut dan memberikan ancaman.
Sebelumnya, ratusan massa FPI mendatangi Gedung Goethe Institut (GI) Jalan Sam Ratulangi Nomo 9-15, Jakarta, mendesak panitia menghentikan kegiatan Festival Film Q (FFQ), Selasa (28/9).
FFQ akan menggelar acara pada 10 lokasi di Jakarta, antara lain Gedung GI, Pusat Kebudayaan Belanda Erasmus dan Pusat Kebudayaan Prancis.
Panitia berencana menayangkan film berjudul “Bad Boys Cell 425″ berdurasi 123 menit yang disutradarai Janusz Mrozowski, “Fucking Different Tel Aviv” yang disutradarai warga negara Israel Queer Crossover. [Suara-Islam.Com]
Masjid dan Pemukiman Ahmadiyah Dibakar Massa
Jakarta – Sebanyak 250 polisi gabungan dari Polsek, Polres, dan Brimob berjaga di lokasi pemukiman Ahmadiyah yang dibakar di Cisalada, Ciampea, Kabupaten Bogor. Polisi terus berjaga agar tidak terjadi keributan susulan.
“Massa masih berkerumumn di depan pintu masuk dan personel Dalmas, Polsek, Brimob, dengan total kekuatan 250 personel dipimpin langsung Kapolres berjaga di lokasi,” ujar Kadivhumas Mabes Polri Irjen Pol Iskandar Hasan, kepada detikcom, Sabtu (2/10/2010).
Hingga saat ini, disampaikan Iskandar, empat rumah sudah terbakar. Satu masjid dan satu unit mobil milik warga juga habis terbakar.
Iskandar menuturkan kejadian terjadi sejak pukul 19.00 WIB, Jumat (1/10/2010). Kerusuhan ini baru bisa diatasi kepolisian pada pukul 22.00 WIB.
Sebelumnya diberitakan sempat ada warga Ahmadiyah yang terluka. Warga tersebut kini sudah dirawat di RS TNI tak jauh dari lokasi.
Terprovokasi Isu Pemukulan
Pembakaran masjid dan sejumlah rumah di pemukiman Jamaah Ahmadiyah di Cisalada, Ciampea, Kabupaten Bogor, adalah buntut salah paham antar kampung. Pembakaran pemukiman Ahmadiyah dilakukan oleh warga kampung tetangganya yang terprovokasi isu pemukulan warganya oleh jamaah Ahmadiyah.
…Informasi yang didapatnya, massa menyerang dan membakar rumah jamaah Ahmadiyah karena dipicu penusukan yang dilakukan salah satu jamaah Ahmadiyah… [KN]
“Disampaikan info bahwa sekitar jam 19.00 WIB, Jumat (1/10) telah terjadi pembakaran Masjid Ahmadiyah Cisalada RT 01/05 Desa Ciampea Udik, Kec Ciampea, Bogor oleh warga masyarakat Kampung Pasar Salasa Desa Ciampea Udik Kec Ciampea, Bogor,” ujar Kadivhumas Mabes Polri Irjen Pol Iskandar Hasan, kepada detikcom, Sabtu (2/10/2010).
Konflik antar warga kampung ini bermula saat warga Kampung Pasar Salasa mengalami luka-luka dan menjalani perawatan medis. Mendengar isu tetangganya dihajar oleh warga Kampung Ahmadiyah, warga Kampung Pasar Salasa pun memanas dan menggeruduk Kampung Ahmadiyah dan membakar pemukiman Ahmadiyah.
“Kronologis diawali adanya 2 orang warga Kampung Kebon Kopi Desa Ciampea Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor mengalami luka-luka. Salah satunya, Rendi, dibawa ke Puskesmas Cibungbulang kemudian terdengar isu bahwa pelakunya warga Ahmadiyah Cisalada sehingga warga spontanitas menyerang dengan melakukan pengrusakan yang selanjutnya pembakaran,” papar Iskandar.
Sebelumnya, Iskandar menuturkan bahwa sebanyak empat unit rumah, satu unit mobil, dan satu masjid jamaah Ahmadiyah habis terbakar. Saat ini sebanyak 250 personel polisi tengah berjaga di lokasi. Sementara itu warga Kampung Salasa masih berkerumun tak jauh dari pemukiman Ahmadiyah. [detikNews]
“Massa masih berkerumumn di depan pintu masuk dan personel Dalmas, Polsek, Brimob, dengan total kekuatan 250 personel dipimpin langsung Kapolres berjaga di lokasi,” ujar Kadivhumas Mabes Polri Irjen Pol Iskandar Hasan, kepada detikcom, Sabtu (2/10/2010).
Hingga saat ini, disampaikan Iskandar, empat rumah sudah terbakar. Satu masjid dan satu unit mobil milik warga juga habis terbakar.
Iskandar menuturkan kejadian terjadi sejak pukul 19.00 WIB, Jumat (1/10/2010). Kerusuhan ini baru bisa diatasi kepolisian pada pukul 22.00 WIB.
Sebelumnya diberitakan sempat ada warga Ahmadiyah yang terluka. Warga tersebut kini sudah dirawat di RS TNI tak jauh dari lokasi.
Terprovokasi Isu Pemukulan
Pembakaran masjid dan sejumlah rumah di pemukiman Jamaah Ahmadiyah di Cisalada, Ciampea, Kabupaten Bogor, adalah buntut salah paham antar kampung. Pembakaran pemukiman Ahmadiyah dilakukan oleh warga kampung tetangganya yang terprovokasi isu pemukulan warganya oleh jamaah Ahmadiyah.
…Informasi yang didapatnya, massa menyerang dan membakar rumah jamaah Ahmadiyah karena dipicu penusukan yang dilakukan salah satu jamaah Ahmadiyah… [KN]
“Disampaikan info bahwa sekitar jam 19.00 WIB, Jumat (1/10) telah terjadi pembakaran Masjid Ahmadiyah Cisalada RT 01/05 Desa Ciampea Udik, Kec Ciampea, Bogor oleh warga masyarakat Kampung Pasar Salasa Desa Ciampea Udik Kec Ciampea, Bogor,” ujar Kadivhumas Mabes Polri Irjen Pol Iskandar Hasan, kepada detikcom, Sabtu (2/10/2010).
Konflik antar warga kampung ini bermula saat warga Kampung Pasar Salasa mengalami luka-luka dan menjalani perawatan medis. Mendengar isu tetangganya dihajar oleh warga Kampung Ahmadiyah, warga Kampung Pasar Salasa pun memanas dan menggeruduk Kampung Ahmadiyah dan membakar pemukiman Ahmadiyah.
“Kronologis diawali adanya 2 orang warga Kampung Kebon Kopi Desa Ciampea Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor mengalami luka-luka. Salah satunya, Rendi, dibawa ke Puskesmas Cibungbulang kemudian terdengar isu bahwa pelakunya warga Ahmadiyah Cisalada sehingga warga spontanitas menyerang dengan melakukan pengrusakan yang selanjutnya pembakaran,” papar Iskandar.
Sebelumnya, Iskandar menuturkan bahwa sebanyak empat unit rumah, satu unit mobil, dan satu masjid jamaah Ahmadiyah habis terbakar. Saat ini sebanyak 250 personel polisi tengah berjaga di lokasi. Sementara itu warga Kampung Salasa masih berkerumun tak jauh dari pemukiman Ahmadiyah. [detikNews]
Ikrar Nusa Bakti: SBY Pembohong!
RMOL. Di mata pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Ikrar Nusa Bakti, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah seorang liar atau pembohong.
“SBY itu liar, bukan kadang-kadang, tapi lebih sering menipu publik,” tegas Ikrar saat berbincang dengan Rakyat Merdeka Online usai peluncuran srimulyani.net di Hotel Nikko, Jakarta, Kamis malam (30/9).
Ikrar kemudian mencontohkan soal komitmen Presiden SBY yang tidak akan memajukan anaknya, istrinya, dan kerabatnya sendiri sebagai calon Presiden 2014 mendatang. Dia yakin, Presiden SBY tidak akan memegang teguh komitmennya itu. Pasalnya, adik Ani Yudhoyono, Mayjen TNI Pramono Edhie Wibowo yang baru saja diangkat Panglima Kostrad pasti sudah disiapkan untuk menggantikannya.
“Saya yakin Edhie akan jadi calon presiden 2014,” sebut Ikrar mantap.
Bagaimana caranya? Ikrar melihat Laksamana Agus Suhartono hanya satu tahun menjabat Panglima TNI. Karena dari segi usia, mantan Kepala Staf Angkatan Laut itu akan pensiun dari TNI tahun depan. Dan Edhie pun telah diskenariokan untuk menggantikan Laksamana Agus.
“Sementara Edhie, karena sudah jadi Panglima TNI dan pensiun 2014, (akan) jadi calon presiden,” imbuhnya.
Meski mengajukan kerabatnya sebagai calon presiden, Presiden SBY tetap memiliki alasan untuk membenarkan tindakannya itu. Misalnya, sebut Ikrar, SBY akan mengatakan, sebagai orang Demokrat, dirinya tidak menginginkan, anak, istri dan kerabatnya menjadi calon presiden. Tapi, sebagai seorang Demokrat juga, masih kata Ikrar, SBY juga akan mengatakan, karena rakyat menghendaki, dirinya tidak bisa menentang rakyat.
“Bukan mustahil dan itu dilakukan berulang-ulang,” demikian Ikrar.
Peluang Pramono Edhie Wibowo Jadi RI-1
Pengangkatan Mayjen TNI Pramono Edhie Wibowo sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad), selain berindikasi pada percepatan karier putra pahlawan almarhum Letjen TNI Sarwo Edhie tersebut ke puncak pimpinan TNI, juga membuka peluang besar bagi dirinya untuk meramaikan bursa pemilihan presiden 2014 mendatang.
Demikian dikemukakan Ketua Dewan Direktur Sabang-Merauke Circle (SMC) Syahganda Nainggolan, Sabtu (2/10) di Jakarta. Menurutnya, nama lain yang diperkirakan muncul menjadi capres pada 2014 adalah Aburizal Bakrie, Prabowo Subianto, Hatta Rajasa, serta Sri Mulyani Indrawati.
“Keluarga besar almarhum Sarwo Edhie tentu menyadari betul peluang itu, sehingga akan mengupayakan momentum bagi Pramono Edhie Wibowo ke arah tercapainya kepemimpinan nasional dengan dukungan partai demokrat,” jelas Syahganda.
Peluang maupun karier yang telah terbuka pada Pramono Edhie Wibowo itu jelas tak akan disia-siakan. Mengingat trah Sarwo Edhie Wibowo kini berada dalam lingkaran utama kekuasaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Belum lagi, lanjut Syahganda, pengaruh almarhum Sarwo Edhie Wibowo yang masih dikenang nama besarnya oleh masyarakat merupakan modal paling efektif untuk mengantarkan Pramono Edhie Wibowo dalam bursa pencalonan presiden 2014, di samping menjadikannya populer selaku capres.
Mantan Direktur BAKIN: Terorisme Kerjaan Intelijen
Dalam diskusi yang diselenggarakan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Wisma Antara siang tadi, mantan direktur BAKIN, AC Manulang, menegaskan bahwa tidak mungkin terorisme dilakukan atas ajaran agama Islam, semuanya merupakan bagian dari operasi intelijen.
”Islam tidak mengajarkan terorisme. Karena Islam merupakan agama yang mengajarkan perdamaian. Terorisme adalah bagian dari kegiatan intelijen,” ujar doktor sosiologi dari universitas di Jerman ini.
Menurut Manulang, setelah perang dingin antara kapitalisme dan komunisme usai, Amerika sebagai pionir dari kapitalisme mencari musuh baru, yaitu Islam. Inilah yang sedang terjadi saat ini. Kenapa harus di Indonesia?
Manulang menambahkan bahwa jumlah penduduk Indonesia yang 230 juta dan mayoritas Islam merupakan potensi dan sekaligus bahaya besar untuk kapitalisme. Karena itulah, mereka melemahkan semua potensi yang akan menghambat kapitalisme.
”Salah satu cara yang dilakukan Amerika adalah mengangkat semacam ‘sweet boy’ untuk menjadi pemimpin negara yang mayoritas Islam di seluruh dunia,” jelas AC Manulang.
Jose Rizal Jurnalis dari presidium Mer-C yang juga sebagai pembicara di acara diskusi tersebut menambahkan, ”Terlalu aneh kalau seorang Air dan Eko yang menurut saksi mata masih shalat Jumat di Solo bisa dikatakan tertembak pada Sabtu jam 2 pagi di Jatiasih, Bekasi.”
Menurut Jose, bagaimana mungkin dua orang yang mengangkut bom ratusan kilogram bisa secepat itu tiba di Bekasi, dan langsung tertembak di lokasi.
Selain soal Air dan Eko, dua orang yang disebut polisi sebagai teroris dan tewas ditembak polisi di Bekasi, Jose juga menganggap aneh peristiwa penyerbuan 600 polisi di Temanggung. ”Umumnya penyerangan terhadap suatu tempat persembunyian biasanya dengan gas air mata. Dan semua orang pasti tidak akan tahan dengan cara ini,” ujar dokter yang akrab dengan suasana konflik.
Tapi anehnya, masih menurut Jose, Ibrahim tidak pernah keluar rumah yang diserbu tersebut. Bahkan, darah yang mestinya berceceran di lokasi tidak ada. Tidak tertutup kemungkinan, Ibrahim memang sudah tidak lagi hidup ketika penyerbuan berlangsung.
Jose kembali mengkritisi pasca peledakan Mariot-Ritz Carlton, ”Kenapa polisi tidak mengecek lebih lanjut siapa ratusan orang asing yang menginap di dua hotel tersebut. Tapi, langsung mengarahkan semua tuduhan itu kelompok yang disebut sebagai Nurdin M Top.”
Senada dengan Jose, AC Manulang juga mengungkapkan bahwa saat ini pihak intelejen tidak punya data soal Nurdin M Top. ”Saat ini, sepengetahuan saya, pihak intelijen tidak tahu banyak soal Nurdin M Top,” jelas Manulang.
Ismail Yusanto, sebagai juru bicara HTI yang juga sebagai pembicara di acara tersebut menegaskan bahwa Islam tidak mengajarkan cara-cara terorisme seperti itu dalam jihad.
Bahkan Ismail membeberkan sejumlah fakta bahwa ada ketidakcocokan antara motivasi teror dengan aksi terorisme. ”Kita sudah paham bahwa motivasi yang disampaikan aparat lewat media adalah perang melawan Amerika, tapi kenapa aksinya tidak tertuju pada aset Amerika?” ujar Ismail.
Menurutnya, hingga saat ini, dari sekian banyak peristiwa terorisme di Indonesia, tidak satu pun warga AS yang menjadi korban. Bahkan, kantor Dubes AS di Jakarta tidak tersentuh bom sama sekali.
Lalu, siapa dalang di balik teror di Indonesia? Jose mensinyalir bahwa kelompok multinasional korporat atau pebisnis multinasional di belakang gembar-gembor terorisme. Jose berargumen bahwa hanya merekalah yang tahu adanya rapat pebisnis besar di Mariot saat peristiwa bom terjadi.
Selain itu, masih menurut Jose, pasca naiknya Obama menggantikanBush, isu terorisme akan disudahi oleh Obama. Tapi, kelompok multinasional yang memang selama ini membiayai sarana militer Amerika dan negara-negara besar lainnya, tetap menginginkan kondisi konflik karena itu memudahkan bisnis mereka. Mnh.
Langganan:
Postingan (Atom)