CHAIRUL TANJUNG resmi kuasai Carrefour 100%
JAKARTA: Bos CT Corp, Chairul Tanjung mengumumkan telah resmi membeli sisa 60% saham PT Carrefour Indonesia.
CT Corp melalui Trans Retail resmi memiliki 100% saham Carrefour.
"Hari ini saya ingin menyampaikan secara formal. Kemarin tepatnya Senin 19 November 2012 telah ditandatangani share purchase agreement antara Carrefour Prancis dengan Trans Retail," kata Chairul Tanjung, Jakarta Selasa (20/11/2012).
Penandatanganan perjanjian itu dilakukan oleh Chairman dan CEO Carrefour Group Prancis dengan Chairul Tanjung. Mereka hadir langsung ke Indonesia untuk menandatangani perjanjian itu.
Dengan ditandatanganinya perjanjian tersebut, maka kepemilikan Carrefour Indonesia sebanyak 100% milik pengusaha Indonesia.
CT Corp menggunakan Trans Retail yang sebelumnya telah membeli 40% saham Carrefour Indonesia. Kini Trans Retail resmi membeli 60% sisa sahamnya.
"Tentu nama PT Carrefour Indonesia harus berubah, karena Carrefour sudah tidak punya saham, namanya akan diganti menjadi Trans Retail Indonesia," ujarnya.
Untuk mengambil alih 60% saham Carrefour Indonesia, Trans Retail mendapatkan pinjaman dari 10 bank internasional sebesar US$750 juta atau Rp7,2 triliun.
Beberapa diantaranya dari Credit Suisse, BNP Paribas, JP Morgan Securities, ING Bank, ANZ, Goldman Sachs, Deutche Bank, Royal Bank of Scotland, Standard Chartered Bank dan Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ.
"Pencairannya sudah dilakukan kemarin dan langsung masuk ke rekening Carrefour Prancis," ujarnya.
========================
Berburu Minyak Hingga Venezuela
VIVAnews - Akhir pekan ini, PT Pertamina mengumumkan membeli 32 persen saham Petrodelta, S.A, Venezuela, milik Harvest Natural Resources Inc. Transaksi dengan perusahaan minyak yang tercatat di bursa saham New York itu diperkirakan bakal menambah cadangan minyak Pertamina berlipat-lipat.
Petrodelta merupakan cicit perusahaan milik BUMN pemerintah Venezuela, Petroleos de Venezuela SA (PDVSA), yang memegang hak konsesi dari pemerintah Venezuela hingga 2027 pada lapangan Uracoa, Bombal, Tucupita, El Salto, El Inseno, dan Temblador. Keseluruhan cakupan wilayah ini mencapai 1.000 kilometer per segi.
Lapangan-lapangan Petrodelta mengandung cadangan 486 juta barel ekuivalen minyak bumi (mmboe). "Bandingkan dengan Blok Cepu yang hanya 250 juta mmboe," kata Wakil Presiden Komunikasi Korporat Pertamina, Mochamad Harun, kepada VIVAnews, Jumat 22 Juni 2012.
Tak cuma di Venezuela, Pertamina juga mengincar aset-aset minyak di Kazakhstan dengan total produksi 100 ribu barel per hari. Pertamina akan menggandeng perusahaan migas asal Korea Selatan, Korea National Oil Corporation (KNOC) kerjasama perusahaan hulu dan hilir migas di Kazakhstan.
Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan, menjelaskan kunjungannya ke Kazakhstan pada Mei lalu menghasilkan pembentukan komite kerja antara Pertamina dengan perusahaan minyak Kazakhstan, Kazmunaigaz. "Ini guna melihat aset-aset mana saja yang diinginkan Pertamina, apakah visible atau tidak," kata Karen, 24 Mei.
Pertamina telah mengidentifikasi tiga aset di negara yang dulu tergabung dalam Uni Soviet ini. Namun, jumlah aset yang diincar Pertamina bisa saja lebih karena Pertamina menginginkan total aset yang diakusisi memiliki produksi 100 ribu barel per hari.
Jika Pertamina tak masuk ke negara terluas ke-9 di dunia ini, kata Karen, maka akan rugi. Hal ini karena penduduk Kazakhstan hanya 17 juta orang dengan kebutuhan minyak hanya 250 ribu barel. Sisa produksi 1,25 juta barel diekspor. "Apalagi negeri ini akan meningkatkan produksi minyaknya hingga 2,5 juta barel pada 2016," kata Karen.
Direktur Hulu Pertamina, Muhammad Husein, menjelaskan bahwa Pertamina terus berburu ke sejumlah negara untuk menambah produksi minyak sebesar 28 ribu barel per hari. "Ini tugas saya dalam tahun ini," katanya, beberapa waktu lalu.
Dalam beberapa bulan terakhir, Pertamina memang dikabarkan getol menjalin kerjasama dengan sejumlah perusahaan di Kazakhstan, Nigeria, Aljazair dan Irak. Tujuannya satu, menambah produksi minyak yang di Indonesia terus merosot.
Dalam satu kesempatan, Karen pernah mengatakan, ekspansi bisnisnya tak lepas dari kondisi paceklik energi. Bagaimana tidak, produksi minyak siap jual atau lifting Indonesia per April hanya 867.553 barel per hari, jauh di bawah target lifting dalam APBN-P 2012 sebesar 930 ribu bph.
Karena itu, Pertamina sebagai perusahaan penyedia energi dituntut untuk bisa terus memenuhi kebutuhan energi nasional yang terus meningkat. “Mau tidak mau, kami harus berubah,” kata Karen.
Selain itu, Pertamina juga mengincar jadi perusahaan energi kelas dunia yang sudah dimulai sejak 2008. Target pada lima tahun pertama, Pertamina bisa mengalahkan Chevron yang saat ini menduduki posisi nomor satu dalam urutan penghasil minyak terbesar di Indonesia dengan produksi 350 ribu barel ekuivalen minyak per hari (mboepd). Karena itu, Pertamina terus menggenjot produksi minyaknya sehingga meningkat dari 490 mboepd jadi 517 mboepd.
Pada lima tahun kedua, Pertamina yakin bisa bersaing dengan perusahaan-perusahaan minyak terkemuka di Asia tenggara, seperti Petronas dan Saudi Aramco. Di tahap ini, Pertamina tak lagi membangun fondasi, melainkan keunggulan operasional. Lalu, pada 15 tahun kemudian, Pertamina akan menjadi perusahaan kelas dunia. “Setidaknya, kami bisa masuk 15 besar dunia,” kata Karen. Pada posisi ini, Pertamina akan sejajar dengan Statoil.
Sebagai gambaran, pada 2015 nanti, pendapatan Pertamina akan menjadi Rp705 triliun dengan laba bersih Rp34 triliun. Indikator lainnya, cadangan minyak naik 2,2 miliar barel dengan produksi 776 juta barel minyak. Sedangkan proyeksi tahun ini, produksi minyak hanya 470 juta barel.
Untuk mendukung target itu, Pertamina akan menjadikan sektor hulu sebagai titik fokus strategi. “Kami melihat pentingnya upaya menjamin sumber energi demi kelangsungan bisnis dan kepentingan nasional,” tutur Karen.
=============================
Bos Lippo Grup 'Rebutan' Perusahaan Minuman Soda F&N dengan Miliuner Thailand
Jakarta - Konglomerat asal Indonesia, Stephen Riady berminat membeli perusahaan bir asal Singapura, Fraser and Neave (F&N). Anak dari salah satu orang terkaya di Indonesia Mochtar Riady ini menawar perusahaan bir tersebut lebih dari US$ 10 miliar, atau setara Rp 90 triliun.
Sebuah konsorsium perusahaan properti Overseas Union Enterprise (OUE) yang dipimpin oleh Stephen Riady pada Kamis malam (15/11/2012) kemarin meluncurkan penawaran hingga US$ 13,1 miliar atau Rp 117,9 triliun (Rp 81.720 per lembar saham).
Nilai tawaran ini melampaui tawaran dari TCC Assets, perusahaan Thailand yang dikelola orang kaya asal Thailand, Charoen Sirivadhanabhakdi yaitu senilai US$ 8,7 miliar dengan nilai saham US$ 8,88 per lembar saham. Nilai ini setara dengan Rp 78 triliun atau Rp 79.920 per lembar saham.
TCC diberi waktu untuk melakukan penawaran kembali sampai tanggal 22 November. Stephen Riady mulai menawar dengan nilai ini saat merk bir terkenal asal Belanda, Heineken menyatakan bahwa perusahaannya telah selesai mengakuisisi 40% saham F&N di Asia Pasifik senilai US$ 5,56 miliar atau Rp 50 triliun sebagai bagian dari pengambil-alihan merk Tiger Beer.
"F&N adalah grup yang besar dalam sektor properti, food and beverages, dan industri percetakan," ungkap Stpehen saat menyatakan tawarannya yang dikutip detikFinance dari AFP, Jumat (16/11/12).
President Direktur Lippo Grup ini mengatakan, dengan memadukan portofolio properti dari 2 perusahaan ini akan memperkuat peran dari OUE sebagai perusahaan properti terbesar di SIngapura dan memperlebar jejak di SIngapura dan sekitarnya.
Stephen mendapat dukungan dari perusahan bir asal Jepang Kirin Holdings yang memiliki 14,8% saham F&N dan tertarik pada makanan dan minuman.
Meski demikian, analis IG Markets Singapura Justin Harper mengatakan, pemegang saham F&N kemungkinan besar tidak akan tertarik pada harga penawaran itu.
"Sementara ini, tawaran dari orang Thailand itu merupakan tawaran yang menarik," ungkapnya.
0 komentar:
Posting Komentar