Jakarta – KabarNet: Semua Kandidat Gubernur DKI Jakarta, semuanya gemar obral janji. Mereka meyakinkan akan mewujudkan Kota Jakarta bebas macet, bebas banjir, tentram, nyaman, enak dll. Bahkan ada yang berjanji, dalam waktu sekian tahun tidak berhasil, dirinya siap mengundurkan diri. Ini semua bohong, belum pernah ada dalam sejarah Indonesia pejabat gagal, lalu mengundurkan diri. Beginilah janji-janji manis seorang politikus, semua karena uang. Buktinya, dari tempat yang jahu, bahkan masih aktif sebagai pejabat di daerahnya, tiba-tiba nyelonong jadi Kandidat Gubrenur DKI.
Sebenarnya, misi para calon gubernur atau wakil gubernur DKI Jakarta yang berlaga di Pilkada bukan untuk membenahi Jakarta, tetapi semata-mata memanfaatkan anggaran Pemda DKI yang mencapai Rp 38 triliun.
Para calon maju di Pilkada DKI karena tertarik anggaran DKI yang mencapai Rp 38 triliun. Mereka bukan untuk membenahi Jakarta, tetapi memanfaatkan anggaran DKI. Semua omong kosong, motifnya uang saja. Demikian kata pengamat intelijen Mulyo Wibisono, seperti dikutip itoday (23/3).
Sinyalemen yang disampaikan Mulyo Wibisono itu tentunya bukan tanpa alasan. Mulyo menyebut hasil investigasi Panwaslu independen sebagai salah satu indikasi. “Tanya saja ke Panwaslu Independen, datanya lengkap, semua calon tidak beres,” tegas Mulyo.
Dalam catatan Mulyo, semua calon memiliki catatan hitam. Coba, Alex Nurdin itu bersih nggak? Faisal Basri saat mengumpulkan KTP pakai minyak goreng. Begitu juga Fauzi Bowo.
Mulyo menegaskan, ketentuan calon independen yang mengharuskan pengumpulan KTP hingga 400 ribu hanya menjadi mainan partai politik. Dari sisi waktu yang singkat, sangat tidak logis bisa mengumpulkan KTP sesuai ketentuan tersebut.
Calon lain, Hidayat Nurwahid ataupun Joko Widodo (Jokowi), yang dinilai mending ketimbang pesaingnya, tidak lepas dari kritik Mulyo. “Hidayat ataupun Jokowi bisa saja dianggap hebat, tetapi belum tentu bisa mengatasi Jakarta. Ibaratnya seperti seorang masinis yang mengendalikan truk gandeng saja belum bisa. Jokowi dicalonkan PDIP, dibandari Taufik Kemas pakai uang,” ungkap Mulyo.
Bagaimana dengan Hendarji Supanji? “KPUD juga bermain untuk memberikan dukungan. Hendarji itu wakilnya mantan KPUD DKI. Ini sebuah permainan. Dalam pilkada ini, pasti ada kecurangan,” kata Mulyo.
Mulyo memprediksikan, pasangan paling kuat dalam Pilkada DKI adalah Alex Nurdin dan Fauzi Bowo. “Dalam Pilkada DKI ini yang main SBY. Yang didukung SBY untuk kemenangan Demokrat 2014. Alex dan Foke sama-sama kuat menggunakan uang. Dalam hal ini ada indikasi konflik pendukung Alex dan Foke, keduanya sama-sama kuat,” pungkas Mulyo. [KbrNet/itoday]
Diposting oleh
PUTRA BETAWI
Published on Senin, 26 Maret 2012
Cagub DKI Semuanya Incar Anggaran Rp 38 Triliun
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar