Hal itu dikatakan peneliti senior Lembaga Survei Indonesia (LSI), Burhanuddin Muhtadi, Senin (5/10). Akan tetapi, menurut Burhan, manuver SBY itu menimbulkan "iritasi" pada hubungan dengan mitra koalisi yang setia mengusungnya ke puncak kemenangan pada pemilu presiden lalu.
"Manuver SBY mendukung TK akan menciptakan iritasi serius. Koalisi menjadi sangat rapuh. Tapi sejengkel-jengkelnya PKB dan PKS, mereka tak bisa berbuat banyak karena bargaining position mereka rendah. SBY merasa, kemenangannya karena faktor figur," ujar Burhan.
Selain itu, sikap Demokrat juga mencerminkan bahwa koalisi berdasarkan platform yang digembar-gemborkannya saat kampanye dinilai hanya isapan jempol. "Hubungan Demokrat dengan mitra koalisinya akan menjadi tidak solid dan panas dingin," kata Burhan.
Burhan juga melihat, dukungan Demokrat kepada Taufik Kiemas merupakan sinyal bahwa koalisi keduanya tinggal "ketok palu". Ia memprediksi, partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu akan diberikan 2-3 menteri di kabinet SBY-Boediono.
Sementara itu, dihubungi secara terpisah, Ketua Fraksi PKB Marwan Djafar mengaku, pihaknya legowo dengan apa yang diputuskan Demokrat sebagai "komandan" koalisi. Meski ia tak menampik, kekecewaan pasti ada. Di antara seluruh partai koalisi, hanya PKB yang tidak mendapatkan "jatah" di kursi pimpinan DPR dan MPR.
"Tapi kami tetap menghargai kebersamaan dalam koalisi. Tapi ke depannya, kami berharap agar kepercayaan politik antara yang satu dengan yang lain terus dibangun dan jangan sampai ada keterputusan komunikasi," kata Marwan.
0 komentar:
Posting Komentar