Jakarta, Di era seperti sekarang ini merupakan hal yang sangat wajar jika semua orang berlomba-lomba untuk berbagi segala kegiatan dan pemikirannya lewat jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter.
"Saya berbagi tentang segala hal," ujar Laura Keesee (25), seorang koordinator humas dari Orlando, Fla.
"Dari pemikiran acak saya tentang sesuatu atau tentang beberapa makanan yang membuat perut saya terganggu hingga detail hubungan saya. Saya pikir oversharing merupakan bagian dari kepribadian saya," lanjutnya.
Namun sebuah penelitian dari Harvard University menemukan bahwa hobi berbagi ini ternyata juga bermanfaat. Dengan menggunakan scan MRI, peneliti memantau reaksi otak kita saat berbagi informasi tentang diri kita kepada orang lain.
"Internet secara drastis telah memperluas media kita untuk bisa berbicara tentang diri kita sendiri kepada orang lain," kata Diana Tamir, mahasiswa pascasarjana di Social Cognitive and Affective Neuroscience Lab di Harvard dan ketua tim peneliti studi yang dipublikasikan di jurnal PNAS tersebut.
"Kami pun tertarik untuk mencari tahu alasan mengapa orang-orang bisa mengungkapkan informasi tentang dirinya sendiri hingga begitu berlebihan. Hipotesisnya, kami ingin menguji apakah perilaku ini memberikan nilai subyektif pada pelaku? Apakah aktivitas ini membuatnya merasa lebih baik?" lanjut Tamir
Ternyata cara otak merespons fenomena pengungkapan diri ini sama halnya dengan cara otak menanggapi faktor-faktor pemicu kesenangan seperti makanan, uang atau seks.
Tamir dan koleganya melakukan lima studi yang melibatkan hampir 300 orang yang sebagian besar berasal dari komunitas Harvard dan Cambridge.
Dalam beberapa studi, partisipan diminta untuk mengungkapkan opininya sembari dipindai dengan MRI, sebuah alat yang mampu mengukur aliran darah di dalam otak secara langsung sehingga dapat memberikan informasi tentang aktivitas otak.
Dalam studi lainnya, partisipan diminta untuk menyelesaikan tugas tertentu dengan diberikan imbalan sejumlah uang.
Ternyata partisipan bersedia tak mendapatkan sejumlah uang yang ditawarkan, meski jumlahnya 17-25 persen dari penghasilan partisipan asalkan diberi kesempatan untuk bisa mengungkapkan informasi tentang dirinya kepada orang lain lewat jejaring sosial.
"Kami ingin tahu apakah partisipan bersedia membayar sejumlah uang untuk berbagi informasi tentang dirinya kepada orang lain dan ternyata partisipan bersedia," jelas Tamir seperti dilansir dari MSNBC, Rabu (9/5/2012).
Bahkan pemindaian otak yang dilakukan terhadap beberapa partisipan mengungkapkan lebih banyak manfaat dari fenomena pengungkapan diri ini.
"Ketika Anda melihat daerah saraf yang dikaitkan dengan imbalan seperti uang, seks atau makanan, daerah saraf yang sama tampaknya merespon lebih kuat saat orang-orang terlibat dalam fenomena pengungkapan diri ini," kata Tamir.
"Dari bukti yang kami lihat, ada beberapa matriks nilai yang menunjukkan bahwa secara subyektif fenomena pengungkapan diri bermanfaat dan berharga bagi beberapa orang. Namun tak ditemukan alasan mengapa orang-orang melakukannya begitu sering," jelas Tamir.
Lawrence Winnerman (42), seorang manajer proyek dari Seattle pun mengaku menemukan manfaat dari kebiasaan berbagi secara berlebihan ini.
"Jika saya menuliskan sesuatu di Facebook atau mengatakan sesuatu yang menurut saya lucu atau secara khusus mengungkapkan tentang diri saya, berarti saya ingin mendapatkan reaksi dari orang-orang di sekitar saya," katanya.
"Saya akan sangat kecewa jika saya tidak mendapatkan respon satupun. Saya tahu saya melakukannya untuk mendapatkan sebuah penghargaan," ujarnya.
Menurut Tamir, baik orang yang pemalu maupun orang yang suka berbagi informasi diri secara berlebihan di jejaring sosial akan merasa dihargai ketika dapat berbicara tentang dirinya sendiri.
"Anda mungkin berpikir bahwa orang yang memiliki banyak teman tentunya sangat dihargai tetapi ternyata orang yang pemalu juga ingin berbagi pikiran tentang dirinya," katanya.
"Firasat saya adalah semua orang dapat menemukan semacam imbalan saat memiliki pemerhati atau pendengar yang simpatik, terlepas apakah Anda melakukannya dalam porsi yang banyak ataupun sedikit," ujar Tamir.
0 komentar:
Posting Komentar