Jakarta, Anak lelaki seringnya lebih susah diatur ketimbang anak perempuan. Anak lelaki juga tampak seperti tidak mendengarkan ketika diarahkan oleh orangtuanya. Lalu bagaimana cara mendisiplinkan anak laki-laki agar efektif?
Orangtua sebaiknya mulai berpikir untuk mendisiplinkan anaknya sejak ia dilahirkan, karena disiplin bukanlah sesuatu yang bisa diperkenalkan pada satu tahap tertentu.
Kebanyakan orangtua membutuhkan disiplin saat anak laki-lakinya menjadi balita, tentu saja itu belum terlambat untuk memulai tapi akan jauh lebih baik jika bisa dimulai sebelumnya.
Menerapkan disiplin pada anak laki-laki diketahui lebih sulit ketimbang anak perempuan, karena jika diarahkan sesuatu oleh orangtuanya anak laki-laki seperti tidak mendengarkan.
Hal ini karena pendengaran anak laki-laki tidak sebaik anak perempuan sejak lahir. Pada anak perempuan pendengarannya lebih sensitif dan pusat verbal di otaknya berkembang lebih cepat karenanya bisa memberikan respons lebih baik, dan hal ini berbeda pada anak laki-laki.
Beberapa orangtua kadang bersikap keras dalam mendisiplinkan anak laki-laki dan kadang kelepasan memukul. Namun memukul ini tak perlu dilakukan karena tidak menghormati anak-anak, tidak efektif dan disiplin tidak selalu berarti hukuman.
Seperti dikutip dari parentingboys.com, Kamis (31/5/2012), berikut ini beberapa cara paling baik dan efektif dalam mengajarkan disiplin pada anak laki-laki yaitu:
1. Jangan cuma menyuruh tapi orangtua harus memberikan contoh perilaku disiplin pada anak, bukan hanya melalui perkataan. Karena anak lebih suka meniru.
Jadi jika ingin anaknya disiplin, maka orangtua harus menerapkan pola yang disiplin pula untuk dirinya sendiri sehingga anak bisa melihat.
2. Orangtua sebaiknya tidak mengajarkan disiplin pada anak laki-laki melalui kekerasan, karena sikap keras yang ditunjukkan akan membuat anak laki-laki semakin sulit untuk disiplin.
Ketika orangtua sering mengatakan 'Jangan' atau 'Tidak Boleh' maka anak makin penasaran untuk melakukannya. Solusinya, katakan kenapa anak tidak boleh melakukan itu, apa efeknya buat anak dan apa akibatnya jika ia melanggar.
Jika anak melanggar cukup diberi hukuman diam di kamar atau duduk di kursi yang terletak di sudut sampai beberapa waktu misal 1 jam. Anak sudah cukup tersiksa ketika tak boleh keluar kamar atau hanya dihukum duduk jadi tak perlu dipukul.
3. Terus menerus memanjakan anak dengan menuruti setiap keinginannya juga tidak baik, tapi bukan berarti orangtua harus bersikap keras pada anaknya. Ketika anak melakukan hal yang baik pujilah, ketika anak berbuat salah jangan langsung dimarahi tapi cukup dengan nada tegas diberitahunya.
4. Tentukan batas-batas yang tegas terhadap aturan yang ada karena tanpa batas anak laki-laki tidak tahu apa aturannya sehingga jadi memberontak. Orangtua yang serius dan konsisten menegakkan aturan akan mempengaruhi perilaku anak.
5. Saat anak mulai menunjukkan kedewasaan dan tanggung jawab, maka batasan ini bisa mulai dikendurkan untuk membantunya terus berkembang dan mengasah keterampilan proses berpikir kritisnya.
(ver/ir)
0 komentar:
Posting Komentar