Today :

Not found what you looking for?:

Diposting oleh PUTRA BETAWI

Published on Sabtu, 25 Juli 2009

Kuliah atau Bekerja Bukan Penghalang ASI

Saat ini kita boleh bersyukur karena banyak wanita Indonesia yang berpendidikan tinggi dan bekerja di wilayah publik. Ada yang menjadi mentri, pimpinan tertinggi BUMN, sutradara, penulis, dokter, dosen, hakim, bahkan ada yang pernah menjadi presiden. Kita berharap suatu saat Indonesia memiliki wanita-wanita yang kuat, wanita-wanita terdidik dengan ilmu pengetahuan, wanita-wanita sholehah. Istri yang meneguhkan suaminya untuk giat dan jujur bekerja serta ibu yang melahirkan anak-anak yang sehat dan sholeh.

Dibalik kemajuan wanita-wanita Indonsia hari ini ada satu yang hilang dari diri wanita Indonesia, yaitu rendahnya kesadaran memberikan ASI (Air Susu Ibu) seperti yang disampaikan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan (Menneg PP) Meutia Hatta Swasono (http://www.menegpp.go.id) . Hanya 14% ibu di Tanah Air yang memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif kepada bayinya sampai enam bulan (http://www.indonesia.go.id).

Mengapa saya menulis masalah ASI karena orang tua yang memiliki bayi saat ini adalah usia produktif alias pemuda. Mereka yang berusia 40 tahun ke atas saaat ini sudah jarang sekali memiliki bayi. Banyak juga mahasiswa baik itu S1 dan pascasarjana yang kuliah sambil punya bayi.

Saya telah melakukan survey kecil-kecilan. Sebagian besar teman-teman kuliah di pascasarjana atau teman-teman yang bekerja tidak memberi ASI ekslusif kepada bayinya. Dan kenyataan pahitpun didapat, anak-anak yang tidak medapatkan ASI ekslusif itu daya tahan tubuhnya lemah dan sering terkena penyakit.

Menurut Ibu Meutia Hatta diantara penyebabnya adalah faktor sosial budaya, kurangnya pengetahuan akan pentingnya ASI, serta jajaran kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung. Kurangnya dukungan institusi, dikatakan Meutia, mempunyai kontribusi cukup besar terhadap rendahnya para ibu memberikan ASI kepada bayinya. Kurangnnya kesadaran dan kesempatan memberi ASI menurut saya merupakan factor utama rendahnya para Ibu memberi ASI kepada bayinya. Apalagi bagi ibu-ibu yang bekerja. Masa cuti yang hanya 3 bulan tentu tidak cukup memberi ASI ekslusif di rumah.

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. (QS. Luqman, 31:14)

Tak ada yang dapat membantah tantang kehebatan ASI. Allah SWT menciptakan ASI untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi, ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf. Susu formula semahal apapun dan secanggih apapun pabriknya tidak mampu menandingi keunggulan dan kehebatan makanan ajaib ini.

Kita sebagai pemuda apalagi mereka yang diberikan kesempatan oleh Allah SWT berpendidikan tinggi tentu dapat memikirkan bahwa ASI Allah ciptakan bukan secara kebetulan. Allah telah menciptakan sedemikina rupa agar generasi kita menjadi kuat dan cerdas. Setinggi apapun pendidikan kita, sehebat apapaun jabatan kita, sebesar apapaun gaji kita, kita memiliki kewajiban mendidik, mengasuh dan melindungi anak-anak kita.

Jika masa cuti sudah habis, kita tetap dapat memberikan ASI ekslusif dengan cara memerah ASI kemudian berikan kepada bayi saat kita tak berada di sisinya. Ada sebuah metode bernama “Marmet’ yang dapat memerah ASI dalam jumlah yang banyak hanya mengunakan tangan. Jangan jadikan kuliah dan pekerjaan sebagai alasan kita tak memberikan hak bayi. Jangan pula merasa ASI kita kurang lantas kita beralih memberi bayi susu formula. Karena rumus ASI itu adalah seperti mata air, semakin disedot maka semakin banyak keluarnya. Jika tidak disedot maka akan berkurang kuantitasnya.

Saya yakin kita sepakat untuk melahirkan generasi rabbani, generasi kuat dan cerdas, generasi yang akan meneruskan risalah para nabi. ASI sudah terbukti membuat anak-anak cerdas dan kuat. Tegakah kita membekali anak-anak dengan daya tahan tubuh yang rendah? Kita ingin melihat anak-anak kita hari ini adalah pemimpin masa depan. Salah satu karakter pemimpin adalah tangguh, kuat, cerdas dan sholeh. Persiapkanlah pemimpin itu sejak sekarang bagaimanapun sibuknya kita…

Yesi Elsandar; Alumnus program doctor universitas Padjadjaran Bandung. Lahir 12-12-1974. Pekerjaan Ibu rumah tangga, dosen, konsultan bisnis dan manajemen, penggiat ASI. Aktivitas lain, ketua Kelompok Kajian Sayang Ibu dan Buah Hati di Bandung. Meneyelesaikan program doctor tanpa lupa memberi ASI kepada kedua batitanya. Alhamdulillah anak-anak tumbuh sehat dan cerdas, jarang sekali sakit. Anak yang ke dua (21 bulan) belum pernah ke dokter.

0 komentar:

Posting Komentar