Menteri Keuangan Sri Mulyani bilang, kalau mau kaya jangan bekerja sebagai PNS tapi jadi pebisnis. Karena standar gaji pegawai negeri sipil cukup namun tidak berlebihan, katanya dalam seminar di gedung BPK kemarin seperti dikutip Blog Berita dari Jawa Pos.
“Asal bisa makan, ada biaya transportasi, cukup membiayai pendidikan anak, itu saja. Di Departemen Keuangan telah diterapkan, PNS yang mau berlebihan, silakan keluar dari Departemen Keuangan,” kata Menteri Mulyani.
Ah, masak…, yang benar sajalah, Bu. Fakta di lapangan tidak begitu. Ini ada contoh barang, Bu, silakan dibaca.
Seorang PNS dari sukuku sendiri, Batak, yang belum berusia 40 tahun, bekerja di sebuah kantor pajak di Jakarta, dua-tiga tahun lalu membangun rumahnya yang kedua di kawasan elite Jakarta dengan total biaya… [mau tahu berapa?]… Rp5 milliar. Ya, lima milliar rupiah. Lima M uang! Bukan daun pisang.
Artikel tersebut ditulis oleh seorang sahabatku di Jakarta, advokat-novelis Suhunan Situmorang. Baca selengkapnya: Orang Batak dan Orang Pajak.
Lalu bandingkan artikel Suhunan itu dengan sebuah kisah lain yang pernah didapat Blog Berita secara eksklusif, tentang kehidupan seorang PNS miskin di Kabupaten Tobasa yang tidak mau korupsi hingga menjelang pensiun, lalu kepiluan hatinya ditulis lewat sepucuk surat kepada sang isteri, berlinang air mata. Lihat: Surat PNS miskin kepada isterinya.
Berapa gaji PNS
Menurut data yang pernah kubaca entah di suratkabar apa, aku lupa persisnya, PNS paling banyak di Indonesia adalah Golongan III, yaitu sekitar 50 persen dari total jumlah pegawai negeri sipil.
Gaji PNS Golongan III, sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2009 yang diteken Presiden SBY Januari lalu, adalah berkisar antara Rp1,6 juta sampai Rp2,7 juta.
Jadi kita rata-ratakanlah gaji PNS pada angka Rp2 juta, atau “mark-up” lagi menjadi Rp3 juta perbulan.
Cukupkah uang sebesar ini untuk membayar kontrakan rumah, biaya makan keluarga, biaya pendidikan dua anak, rekening listrik, pulsa handphone, kredit sepeda motor, dll? Kalau tidak cukup, lantas dari mana?
Aku mengenal banyak PNS di Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Tapanuli Utara. Hanya sedikit dari mereka — perbandingannya mungkin sekitar 10 dari 50 orang — yang tidak kaya-raya dan hidup pas-pasan. Mereka tidak bisa menabung seperti aku, gaji bulanan habis untuk biaya rutin keluarga. Sebagai tambahan penghasilan, mereka nyambi membuka warung rokok, bertani, atau mengajar kursus bagi PNS guru. Tidak punya mobil pribadi, roda dua pun dicicil, dan rumahnya ngontrak atau dibangun seadanya dari uang pinjaman bank dengan gaji dipotong setiap bulan.
Selain “kesepuluh PNS” itu, yang lainnya bisa hidup lebih dari sekadar cukup: punya mobil pribadi atau rumah tipe menengah milik pribadi, dan “kepribadian-kepribadian” yang lain.
Jadi menurutku: Kalau tidak sanggup hidup pas-pasan, melamarlah jadi PNS.
- Mungkin anda yang memakai email Yahoo tidak bisa melihat foto/gambar ilustrasi dalam artikel-artikel Blog Berita ini. Untuk menampilkan foto, lihat di bagian atas email Yahoo, klik tulisan SHOW IMAGES.
- Artikel ini boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya www.blogberita.net dan membuat tautan-balik. Untuk BERKOMENTAR soal topik tulisan, KLIK JUDUL ARTIKEL.
- Kuucapkan terima kasih buat anda yang setia membaca artikel Blog Berita via email. Sampai Juni 2009 pelanggan Blog Berita sudah mencapai 2.500 orang. Beritahukan kepada teman anda untuk berlangganan Blog Berita secara gratis. Salam, Jarar Siahaan -- www.blogberita.net
0 komentar:
Posting Komentar