Sementara di pihak lain, para misisonaris makin menggencarkan misi Kristennya terutama di pegunungan dan pedalaman. Dengan dukungan dana dan fasilitas yang sangat memadai mereka terus bekerja tak pernah lelah mengabarkan Injil ke seluruh penduduk Irian.
Akhirnya orang-orang Irian yang tinggal di daerah pengunungan, yang dulunya Muslim banyak yang murtad dan menjadi Kristen. ”Itu adalah akibat lemahnya pembinaan Islam di daerah itu akibat tidak adanya sarana yang memadai untuk pembinaan dakwah di daerah pegunungan,” ujar Sirojudin, da’i asli Irian.
Karena itu agar opini ini tidak terus berlanjut maka perlu ada tulisan untuk membukanya, bahwa dalam sejarah Islam di Nusantara, Islam juga masuk ke Irian. ”Dengan menguak tabir Islam di Irian, itu akan memberikan dampai positif bagi perkembangan Islam di Irian,” tandas Toni Victor M Wanggai.
Historigrafi Islam di Indonesia itu, kata dia, memang belum banyak menyinggung Islam masuk di Irian. Kebanyakan sejarah Islam itu baru sampai Maluku. Akibatnya banyak orang yang tidak tahu bahwa sebenarnya Islam lebih awal masuk di Irian dibandingkan Nasrani. ”Meski sudah awal masuk ke Irian, namun sayang penyebarannya tidak dilakukan dengan manajemen organisasi dakwah yang baik. Hanya melalui kekuasaan politik dari Sultan Tidore tapi tidak dibangun dengan struktur dakwah yang efektif.” ujarnya lagi.
Sementara itu, lanjut dia, Kristen datang lebih belakangan yakni abad ke 19, tapi mereka memiliki manajemen dakwah yang terorganisir sehingga Kristen lebih cepat tersebar di Irian.
Karena itu ke depan yang perlu dilakukan kaum Muslimin adalah memperbaiki manajemen dakwah, terutama organisasi dakwah, agar lebih modern terutama yang ditunjang oleh fasilitas, seperti transportasi dan alat komunikasi. ”Mengenai transportasi kita lemah sekali dibanding misionaris, sampai saat ini. Padahal kondisi Irian secara geografis dan topografis sangat sulit ditempuh antara satu daerah dengan daerah lain. Sementara mereka itu bisa menjangkaunya dengan pesawat terbang,” terangnya.
0 komentar:
Posting Komentar