BINJAI-Didaulat jadi imam, Muhammad Kasim malah berpulang ke Rahmatullah. Itu terjadi saat lelaki 63 tahun itu mengimami jamaah solat Subuh di musholla dekat rumahnya, Jalan Jambore IV, Perumnas Bumi Berngam Baru, Kota Binjai.
Peristiwa terjadi di Mushola Al – Ichsan, Jalan Jambore IX. Ngadri (42), pengurus musholla itu, mengaku, kakek 11 cucu itu menghembuskan nafas terakhirnya saat sujud kedua rakaat pertama. Karena tubuhnya lalu telungkup dan ucapan takbir darinya tak lagi terdengar, “Membuat makmum yang persis di belakangnya, yakni Irfansyah, mengucapkan subhanallah sebanyak tiga kali lantas menyambung dan meneruskan solat hingga selesai menggantikan Imam Kasim yang akhirnya rubuh dalam posisi tertelungkup,” terang Ngadri, ditemui POSMETRO MEDAN takziah di rumah duka.
“Betapa nikmatnya berpulang ke Rahmatullah dengan jalan seperti itu, padahal kami dengar baru semalam almarhum (Kasim -red) dihunjuk sebagai imam,” sambung sejumlah warga yang bertakziah. Lalu siapa (alm) Kasim?
Di lingkungan tempat tinggalnya, lelaki ditinggal mati isteri pada tahun 2002 itu dikenal rajin mengaji. Suaranya diakui fasih melantunkan ayat – ayat suci Al – Qur’an. Itu pula sebabnya usai tarawih dan tadarus pada Rabu (18/8) malam sejumlah jamaah Muholla Al- Ichsan memintanya jadi imam solat Subuh esoknya. “Aku bahkan sempat menyalaminya pertanda deal (jadi imam),” kata Ngadri, diamini Mili Efendi, jamaah musholla itu.
“Semasa hidup bapak bekerja sebagai wiraswasta. Sewaktu kami tinggal di Kuala Simpang (Aceh Tamiang), bapak mengelola usaha kilang kayu di sana. Saat kayu sudah sulit diperoleh, bapak beralih sebagai toke sawit dan getah. Bapak sangat bertanggung jawab membesarkan kami anak – anaknya, kalau ibu kami udah meninggal sewaktu kami masih tinggal di Aceh Tamiang, makanya bapak (lalu) pindah ke Binjai,” ungkap Muhammad Hafidz (29), anak kelima Kasim. Jenazah lelaki yang meninggalkan 9 anak -2 laki 7 perempuan- itu dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum tak jauh dari Perumnas Berngam.
Dari Kecil Taat Beragama
Muhammad Kasim yang berpulang ke Rahmatullah saat mengimami jamaah solat Subuh di musholla dekat rumahnya itu, ternyata sosok ayah yang tegas, bertanggung jawab, dan taat beragama.
Lahir di Pangkalan Brandan pada 1 April 1947 lalu, lelaki 63 tahun ini dibesarkan di tengah keluarga taat beragama. Teladan itu pula yang diperaktekkan warga Jalan Jambore IV Perumnas Berngam, Kel Berngam-Binjai Kota ini pada anak-anaknya semasa hidup. Ini diakui putri keduanya, Fatimah (36), saat kru koran ini menyambangi rumah duka, Jumat (20/8) siang. “Saat kami masih kecil, bapak selalu mengajarkan ilmu agama pada kami. Dia selalu berpesan tak ada yang kekal di dunia ini, selain amal ibadah yang kita perbuat terhadap sesama sebagai bekal menuju akhirat. Itulah kata-kata yang selalu kami ingat, dan selalu keluar dari mulut bapak,” kenang Fatimah.
Kasim sendiri diketahui belajar ilmu agama dari ayahnya, H Azizah yang memang guru pengajian di Kuala Simpang, Aceh. “Jadi almarhum bapak kami itu mewarisi ilmu kakek yang memang pintar membaca dan tulis Alquran. Hanya saja sejak kami pindah ke Berngam tahun 2002 lalu, bapak memang tak mau unjuk gigi, kalau a pintar membaca dan melantunkan ayat-ayat Alquran,” tutur anak kedua dari 9 bersaudara itu Sementara itu, hingga kemarin kepergian Kasim saat jadi imam di Musholla Al-Ichsan, Jalan Jambore IX Perumnas Berngam Binjai itu, masih jadi buah bibir warga Binjai.
“Kalau ditanya, semua orang pasti ingin meninggal dalam posisi seperti itu. Secara awam jaminannya pasti surga. Karena banyak orang yang meninggal di tempat maksiat atau sedang berbuat zinah. Tapi lain dengan almarhum. Dia diangkat sebagai imam oleh jemaahnya, berarti dia jadi imam pertama dan terakhir di musholla itu,” ujar Jay (38), warga Jalan Hasanuddin Binjai Kota. Pimpinan Majelis Zikir dan Shalawat Nabi Yayasan Ababil Sumatera Utara-Indonesia, Ustadzh Bustami Ansori saat dihubungi POSMETRO MEDAN menyebutkan, Kasim yang diangkat sebagai imam oleh jemaah musholla itu menunjukkan bahwa semasa hidup almarhum telah ditunjuk Allah SWT, dan diangkat derajatnya.
“Ini harus jadi pelajaran bagi yang masih hidup, terutama anak-anak korban, agar tetap mendoakan orang tuanya,” bilang Bustami. Meski begitu, Bustami juga mengingatkan agar kejadian yang jarang terjadi itu, jangan jadi hal yang terlalu yang dilebih-lebihkan. “Ambil saja hikmah dan pelajaran di dalamnya. Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang senantiasa bersujud kepadaNya, memohon ampunanNya, hal itu dapat kita lihat dari prilaku almarhum semasa hidup. Secara tak langsung ia telah diangkat menjadi pemimpin atau imam. Itu semua merupakan perbuatan Allah melalui perantara orang-orang yang taat terhadapNya. Sesungguhnya orang tua tetap akan menitipkan ilmu yang bermanfaat kepada anak-anaknya. Karena itu jadikanlah ilmu pengetahuan itu sebagai guru untuk mengajarkan kebaikan,” tandas Bustami. (aswin/ PM)
Diposting oleh
PUTRA BETAWI
Published on Selasa, 31 Agustus 2010
Imam Sholat Meninggal Dunia Saat Sujud
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar