Today :

Not found what you looking for?:

Diposting oleh PUTRA BETAWI

Published on Senin, 21 Maret 2011

Pemberitaan Soal Bom Sangat Berlebihan


Anggota Komisi I DPR RI Roy Suryo mengemukakan, meski kewaspadaan masyarakat sangat baik, tetapi rasa curiga berlebihan akibat pemberitaan di media, justru meresahkan masyarakat. Roy kepada pers di Jakarta, Sabtu, mengemukakan, ada hiperbola media terkait teror bom di beberapa lokasi di Jakarta.
Bahkan ada stasiun televisi yang sebentar-sebentar menyiarkan `Breaking News` dan langsung menyebut setiap barang asing sebagai bom,” katanya.

Dia mengatakan, media tanpa mau mengklarifikasi sesudahnya jika akhirnya benda itu bukan bom, namun hanya sampah biasa. Hal itu justru meresahkan masyarakat.

Dia mengatakan kepolisian sebenarnya sudah melaksanakan “Protap” dengan baik, antara lain, mensterilisasi lingkungan dan mendisposal benda mencurigakan tersebut. “Namun memang terkadang karena pemberitaan berlebihan justru membuat suasana kurang kondusif,” katanya. Anggota Fraksi Partai Demokrat DPR RI ini menyatakan, sudah mendiskusikan hal itu dengan anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

“Saya sudah berkomunikasi dengan rekan-rekan KPI agar semua pihak saling menghormati dan menjaga suasana kondusif,” katanya.

Sementara, pengamat terorisme, Hermawan Sulistyo meminta semua pihak tak menyikapi aksi teror bom secara berlebihan. Sebab tindakan over-acting dan sikap ketakutan masyarakat justru akan membuat para pelaku teror merasa berhasil mencapai tujuannya. “Tujuannya kan untuk membuat kekacauan,” katanya saat dihubungi Sabtu sore, 19 Maret 2011.

Seperti diketahui, pasca teror bom buku yang dialamatkan kepada sejumlah tokoh seperti Ulil Abshar-Abdalla, Ketua Badan Narkotika Nasional Komisaris Jenderal Gories Mere, tokoh Pemuda Pancasila Yapto Suryosumarno dan musisi Ahmad Dani, kekhawatiran merebak di masyarakat.

Sejumlah benda mencurigakan yang dicurigai bom dilaporkan ke polisi di sejumlah tempat hari ini. Di Jakarta, benda mencurigakan dilaporkan di Universitas Muhammadiyah Jakarta, di Pasar Minggu, dan di kawasan Jalan Mahakam, Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Benda yang dicurigai bom juga sempat meresahkan warga di kawasan simpang lima Jalan Asia Afrika, Bandung, Jawa Barat, di Jalan Parangtritis, Bantul, DIY, serta di Makassar, Sulawesi Selatan. Namun sebagian besar benda yang dicurigai itu ternyata tak mengandung bahan peledak atau bom.

Kiriman paket mencurigakan yang diduga bom, menurut Hermawan, adalah bentuk ketakutan berlebihan di masyarakat. “Masa kiriman sepatu saja dikira bom.” Meski demikian, Hermawan menganjurkan masyarakat untuk tetap waspada. Menurut dia, ketika menerima kiriman, mesti memperhatikan alamat pengirimnya. Jika itu jelas, maka dapat dikonfirmasi kebenarannya. Tapi, “jangan mengambil langkah sendiri,” kata dia.

Langkah selanjutnya, masyarakat tidak perlu paranoid dengan kiriman paket. Dan semua pihak tidak memperlihatkan tindakan berlebihan. Pihak yang dimaksud Hermawan di antaranya aparat keamanan, Satuan Pengamanan atau Satpam, media massa, dan pemuka agama.

Media massa, kata dia, juga sudah ikut meresahkan masyarakat dengan mempertontonkan atau mengekspos berita yang berlebihan sehingga masyarakat menjadi panik. Sedangkan para pemuka agama dalam ceramahnya juga diharapkan tidak menyampaikan kebencian berlebihan terhadap suatu kelompok. ANTARA/TEMPO

0 komentar:

Posting Komentar