JAKARTA--Dalam melakukan sesuatu berbeda di tengah arus utama menjadi hal yang mungkin sulit dilakukan, namun bukanlah sesuatu yang mustahil. Dengan kegigihan diharapkan langkah dan pendekatan yang dilakukan dapat menjadi terobosan.
Di tengah kondisi masyarakat yang belum sepenuhnya paham dengan BMT, BMT Baitussalam pun terus berjuang untuk dapat tetap bertahan. Pengelola BMT Baitussalam, Riza Fahlepi mengatakan memang terdapat sejumlah kendala dihadapi oleh para pengelola BMT Baitussalam. Selain keterbatasan SDM BMT mengalami kesulitan dalam memberikan memberi pemahaman akan kehadiran dan fungsi BMT beserta dengan akad syariah yang menjadi dasar kesepakatan. Sosialisasi pun terus dilakukan di berbagai kesempatan. Toh, di tengah minimnya pemahaman masyarakat dan kompetisi dengan koperasi keliling, BMT Baitussalam tetap bertahan.
Dengan pemahaman masyarakat yang belum menyeluruh BMT Baitussalam pun mengubah haluan dengan memberikan dana sosial pada masyarakat. “Melalui dana sosial itu setidaknya kita berusaha memperkenalkan dulu kepada mereka tentang BMT Baitussalam,” kata Riza. Rata-rata warga meminjam Rp 500 ribu.
Dana sosial tersebut diperoleh dari zakat, infak dan sedekah yang terkumpul dari para anggota. Tahun lalu dana ZIS yang terhimpun mencapai Rp 22 juta. Dana yang ada di BMT Baitussalam saat ini berasal dari anggota sebesar Rp 6 juta, pendiri Rp 30 juta dan dana masjid Baiturrahman yang berada di dekat lokasi BMT sebesar Rp 80 juta. Saat ini pihaknya pun belum menjalin linkage program dengan lembaga keuangan syariah lainnya. Sebelumnya, kata Riza, pihaknya ingin bekerja sama dengan Bank Muamalat tetapi rencana tersebut terhenti di tengah jalan tanpa sebab jelas.
Dana sosial yang terkumpul pun sebaian besar digunakan masyarakat untuk keperluan konsumtif seperti membiayai kebutuhan makan sehari-hari. Setidaknya dari pembiayaan yang berjalan sebesar Rp 60 juta bulan ini pembiayaan konsumtif memiliki porsi 70 persen, sedangkan sisanya pembiayaan produktif. Untuk keperluan produktif biasanya disalurkan pada pedagang pasar dan warung.
Minimnya dana di BMT Baitussalam pun membuat pelatihan SDM yang ada terbatas. Riza mengungkapkan pelatihan keprofesionalan BMT seperti melalui Pusat Inkubasi dan Bisnis Kecil atau BMT Center belum pernah dilakukan karena biaya pelatihan yang tak terjangkau oleh dana yang dimiliki BMT Baitussalam. “Kalau kita kerahkan dana ke sana maka dana untuk masyarakat jadi tidak ada,” ujar Riza. Untuk pelatihan SDM, tambahnya, dilakukan dengan mengikuti seminar berbiaya murah. Keterbatasan SDM yang berjumlah empat orang juga menjadi kendala tersendiri saat menghadapi koperasi keliling yang banyak dan sudah dekat dengan masyarakat.
Di masa awal pendirian BMT pada 2006 para pengelola memiliki antusiasme dan idealisme tinggi untuk dapat memberdayakan perekonomian masyarakat sekitar. Namun seiring waktu melihat pemahaman masyarakat yang belum paham seluruhnya tentang BMT meski sosialisasi terus dilakukan membuat BMT Baitussalam mengubah cara pendekatannya. Walau pengembangan BMT yang berlokasi di Jalan Sasak II Arteri Kelapa Dua, Jakarta Barat ini berjalan perlahan, namun Riza tetap optimis BMT Baitussalam dapat semakin berkembang di masa mendatang seiring dengan sosialisasi yang terus dilakukan. Salah satu caranya adalah dengan mendorong anggota BMT yang selama ini kurang aktif untuk dapat berkontribusi di BMT. Riza mengatakan dari sekitar 120 anggota yang aktif kurang dari 50 persen.gie
Di tengah kondisi masyarakat yang belum sepenuhnya paham dengan BMT, BMT Baitussalam pun terus berjuang untuk dapat tetap bertahan. Pengelola BMT Baitussalam, Riza Fahlepi mengatakan memang terdapat sejumlah kendala dihadapi oleh para pengelola BMT Baitussalam. Selain keterbatasan SDM BMT mengalami kesulitan dalam memberikan memberi pemahaman akan kehadiran dan fungsi BMT beserta dengan akad syariah yang menjadi dasar kesepakatan. Sosialisasi pun terus dilakukan di berbagai kesempatan. Toh, di tengah minimnya pemahaman masyarakat dan kompetisi dengan koperasi keliling, BMT Baitussalam tetap bertahan.
Dengan pemahaman masyarakat yang belum menyeluruh BMT Baitussalam pun mengubah haluan dengan memberikan dana sosial pada masyarakat. “Melalui dana sosial itu setidaknya kita berusaha memperkenalkan dulu kepada mereka tentang BMT Baitussalam,” kata Riza. Rata-rata warga meminjam Rp 500 ribu.
Dana sosial tersebut diperoleh dari zakat, infak dan sedekah yang terkumpul dari para anggota. Tahun lalu dana ZIS yang terhimpun mencapai Rp 22 juta. Dana yang ada di BMT Baitussalam saat ini berasal dari anggota sebesar Rp 6 juta, pendiri Rp 30 juta dan dana masjid Baiturrahman yang berada di dekat lokasi BMT sebesar Rp 80 juta. Saat ini pihaknya pun belum menjalin linkage program dengan lembaga keuangan syariah lainnya. Sebelumnya, kata Riza, pihaknya ingin bekerja sama dengan Bank Muamalat tetapi rencana tersebut terhenti di tengah jalan tanpa sebab jelas.
Dana sosial yang terkumpul pun sebaian besar digunakan masyarakat untuk keperluan konsumtif seperti membiayai kebutuhan makan sehari-hari. Setidaknya dari pembiayaan yang berjalan sebesar Rp 60 juta bulan ini pembiayaan konsumtif memiliki porsi 70 persen, sedangkan sisanya pembiayaan produktif. Untuk keperluan produktif biasanya disalurkan pada pedagang pasar dan warung.
Minimnya dana di BMT Baitussalam pun membuat pelatihan SDM yang ada terbatas. Riza mengungkapkan pelatihan keprofesionalan BMT seperti melalui Pusat Inkubasi dan Bisnis Kecil atau BMT Center belum pernah dilakukan karena biaya pelatihan yang tak terjangkau oleh dana yang dimiliki BMT Baitussalam. “Kalau kita kerahkan dana ke sana maka dana untuk masyarakat jadi tidak ada,” ujar Riza. Untuk pelatihan SDM, tambahnya, dilakukan dengan mengikuti seminar berbiaya murah. Keterbatasan SDM yang berjumlah empat orang juga menjadi kendala tersendiri saat menghadapi koperasi keliling yang banyak dan sudah dekat dengan masyarakat.
Di masa awal pendirian BMT pada 2006 para pengelola memiliki antusiasme dan idealisme tinggi untuk dapat memberdayakan perekonomian masyarakat sekitar. Namun seiring waktu melihat pemahaman masyarakat yang belum paham seluruhnya tentang BMT meski sosialisasi terus dilakukan membuat BMT Baitussalam mengubah cara pendekatannya. Walau pengembangan BMT yang berlokasi di Jalan Sasak II Arteri Kelapa Dua, Jakarta Barat ini berjalan perlahan, namun Riza tetap optimis BMT Baitussalam dapat semakin berkembang di masa mendatang seiring dengan sosialisasi yang terus dilakukan. Salah satu caranya adalah dengan mendorong anggota BMT yang selama ini kurang aktif untuk dapat berkontribusi di BMT. Riza mengatakan dari sekitar 120 anggota yang aktif kurang dari 50 persen.gie
0 komentar:
Posting Komentar