Namun sementara anak berumur 12 tahun masih harus melanjutkan ke sekolah menengah pertama, Maeda telah bersiap untuk menjadi mahasiwa penuh di universitas New Haven.
"Saya memiliki banyak teman dari berbagai usia," kata Maeda dan tahun ini di gerbang Community College di North Haven, ia masuk dalam daftar list dekan untuk menyelesaikan kursus dalam bidang fisika, pra-kalkulus, kalkulus dan pemograman komputer.
Maeda Hanafi yang saat ini berumur 12 tahun merupakan anak tertua dari pasangan Imam Hanafi dan Anna - dan adik-adiknya, Aisya 5 tahun, Idris 10 tahun dan Adam 11 tahun semuanya menjalani pendidikan model Home Schooling termasuk dirinya.
Awalnya Maeda sempat bersekolah di Forest Elementary School sampai kelas dua , namun ia merasa jenuh dan tidak betah. Lima tahun kemudian dengan didikan ayah dan ibu nya yang menjadi gurunya di rumah, Maeda mengalami kemajuan pesat dan memenangkan beasiswa sebesar 12.000 Dollar untuk kuliah di Universitas New Haven (UNH).
Kedua orangtuanya berlatar belakang pendidikan Matematika dan ilmu-ilmu sosial, ayahnya Imam hanafi merupakan sarjana teknik dalam bidang kelautan dan sarjana ilmu komputer sedangkan ibunya Anna Hanafi merupakan seorang ekonom dan mereka percaya bahwa diri mereka dapat mendidik anak-anak mereka dengan pendidikan yang baik meskipun hanya belajar dirumah.
"Saya menikmati program Home-Schooling. Ketika saya di sekolah umum, saya bermain terlalu banyak dan saya tidak bisa belajar dengan serius. Namun ketika saya mengikuti pendidikan Home-Schooling, saya bisa fokus terhadap pelajaran yang diberikan," kata Maeda.
Anna Hanafi mengatakan bahwa suaminya mengajar dengan buku-buku pelajaran tambahan dengan pengetahuan yang ia miliki dan terus menggali sumber-sumber baru ketika mengajar anak-anaknya, pindah ke tingkat berikutnya setelah mereka benar-benar menguasai topik yang diajarkan.
"Kami menanamkan benih-benih cinta terhadap matematika dan ilmu pengetahuan. Matematika adalah bahasa dari ilmu pengetahuan," kata Imam Hanafi mengenai pendekatannya dalam mengajar anak-anak.
"Ketika anak-anak merasa nyaman dengan subjek yang diajarkan, maka akan lebih mudah bagi mereka untuk memahami pelajaran," tambah Anna.
Tahun lalu, Maeda membawa pulang ke rumah sebuah penghargaan dari Connecticut Invention Convention di Universitas Connecticut untuk sebuah bantal yang ia kembangkan. Dalam ajang inovasi yang disponsori Microsoft dimana para siswa diminta untuk merancang sesuatu yang akan meningkatkan kehidupan bagi para penyandang cacat.
Maeda mengatakan bahwa bantal yang ia ciptakan dapat membantu mencegah tekanan dari luka untuk orang yang sedang sakit.
Saat ini dia telah siap untuk berkuliah di UNH, dan sekarang dia berpikir akan membuat inovasi baru lagi. Dia belum terlalu yakin dengan sesuatu yang akan ia buat, namun harus ada sesuatu yang bisa dilakukan dengan mesin mobil dan ia akan membuat mobil tersebut lebih efisien.
Sedangkan ayahnya memiliki pemikiran sendiri tentang mesin yang berjalan dengan hidrogen, akan tetapi Maeda masih berpikir untuk berinovasi baru dengan menggunakan komponen 'hijau'.
Maeda selain belajar dirumah, ia juga relawan yang mengurus web site Masjid Al-Islam pada musim panas. Maeda mengatakan bahwa ia akan mendaftar kuliah pada musim panas ini dan ikut orientasi kampus pada bulan Agustus.
Karena dirinya terlalu muda pada tahun ajaran baru perkuliahan, ibunya Anna Hanafi mengatakan ia harus menyesuaikan diri dulu dengan lingkungan kampus.
Namun September nanti, Maeda akan berkuliah sendiri di UNH, dimana ia akan mengambil jurusan dalam bidang komputer.
Tujuan terpenting dari pendidikan yang kami berikan kepada Maeda dengan model Home-Schooling adalah untuk membentuk karakter moral yang baik," kata Imam Hanafi ayahnya.
"Kami ingin memastikan bahwa iman Islamnya telah betul-betul tertanam di jiwanya, sehingga ia akan tumbuh menjadi muslimah yang baik dan cerdas," ibunya Anna Hanafi menambahkan.(fq/tsmmedia)
0 komentar:
Posting Komentar