Gelak tawa hadirin berkali-kali membuncah malam itu, ketika sang maestro monolog Butet Kretaradjasa mulai menebar banyolan-banyolannya yang lucu namun menggigit. Berkali-kali hadirin yang memadati acara deklarasi kampanye damai di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (10/6) malam lalu, tertawa terbahak-bahak. Apalagi ketika Butet dengan gaya khasnya yang konyol, mulai menyindir berbagai kebijakan pemerintah dan menjadikannya sebagai bahan tertawaan.
Butet tampil di panggung mewakili pasangan Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto. Pada acara deklarasi malam itu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) memang meminta setiap pasangan calon presiden dan calon wapres untuk menyajikan pagelaran kesenian. Mereka tampil sesuai dengan urutan nomor pasangan calon, dan kemudian menyampaikan pidato selama 20 menit. Karena pasangan Mega-Prabowo bernomor urut satu, Butet tampil sebelum dua kelompok kesenian lainnya.
Awalnya pendukung Mega-Prabowo menyajikan tari-tarian dari Jawa Tengah. Tiba-tiba Butet muncul di panggung dan mengenalkan diri sebagai wakil pasangan Mega-Prabowo. Ia mengaku yakin Mega-Prabowo bisa menjadi peserta Pemilu damai pada Pemilu Presiden 2009. “Nyatanya Megawati sudah berhasil menciptakan Pemilu damai pada 2004. Jadi atas jasa beliaulah, Pak SBY naik takhta. Wajarlah kalau SBY berterimakasih dengan Bu Mega, bersalaman,” sindirnya.
Kemudian, Butet pun mulai melayangkan beberapa kritik terhadap kondisi negara saat ini. Misalnya soal kekayaan budaya nasional yang dirampok hak patennya oleh negara lain. Juga tentang seringnya pesawat militer yang jatuh belakangan ini. “Kemarin ada Hercules jatuh, sampai-sampai ada anekdot di luar yang mengatakan, ‘Wah, pesawat Indonesia nggak usah dipakai perang sudah pada jatuh sendiri,’” kata Butet dengan ekspresi kocak dan langsung mengundang tawa riuh hadirin.
Ketidaksamaan perlakuan pemerintah dalam pemberantasan korupsi pun disentil Butet. Mestinya pemberantasan korupsi, kata dia, tidak boleh pandang bulu, baik menteri, mantan menteri atau siapa pun. “Bukannya malah didutabesarkan,” ujarnya menyinggung bekas Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaluddin yang diduga terlibat dalam kasus korupsi KPU tapi malah dijadikan Duta Besar RI untuk Rusia. “Mantan menteri diganyang, tetapi yang masih aktif dibiarkan atau dicengengesin," tambahnya pula.
KPU juga jadi sasaran Butet. Menurut dia, KPU sebaiknya tidak hanya pandai mengemas acara deklarasi damai yang penuh gebyar seni dan hiburan, tetapi juga harus bisa memastikan semua rakyat yang memiliki hak pilih masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). “Jangan katakan semua ini kekacauan, ini tidak sengaja. Tidak sengaja kok terus-terusan. Apa KPU konsisten? Maksudnya konsisten dengan ketidakkompetenannya,” kata Butet diiringi gelak riuh penonton.
Butet juga menyindir KPU agar tidak bekerja seperti lembaga survei yang banyak bermunculan di tanah air. Sebab saat ini banyak lembaga survei yang menyediakan berbagai menu survei, seperti layaknya restoran siap saji. “Mau menu popularitas nomor satu bisa, mau menu menang satu putaran juga bisa. Pokoknya semua bisa, sesuai dengan ongkosnya,” ujarnya nyelekit. “Tapi, saya yakin semua pemimpin sejati tidak ditentukan oleh lembaga survei,” lanjut Butet sok filosofis, namun tawa riuh para hadirin justru segera meningkahinya.
Tak hanya pemerintah dan KPU yang menjadi sasaran kritik Butet. Prabowo, yang telah menyewa dirinya untuk tampil all out mewakili tim Mega-Prabowo di acara deklarasi kampanye damai itu juga tak luput dari sentilan nakalnya. Saat itu putra budayawan Bagong Kussudiardjo itu tiba-tiba menirukan suara mendiang Presiden Soeharto yang khas. Lalu ia berkata… “Pak Prabowo kangen nggak dengan suara ini…” Gelak tawa dan tepuk tangan penonton pun membuncah.
Tapi tunggu dulu!! Ternyata tak semua orang tertawa geli. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono justru tampak menekuk wajah dan bermuka masam. Padahal, semula ia sempat tersenyum ketika Butet memulai banyolannya. Tapi rupanya kuping tipis sang incumbent mulai tak tahan. Gara-gara terus dibombardir soal utang, direbutnya hak paten batik dan reog, kasus blok Ambalat, pesawat jatuh hingga soal penegakan hukum yang pandang bulu, senyum yang sempat singgah di wajah SBY segera menghilang. Matanya memandang tajam ke arah panggung sambil menahan kesal.
Gara-gara monolog Butet, acara deklarasi kampanye damai itu menjadi agak tegang. Meski SBY tak mau berkomentar, tim suksesnya langsung angkat bicara. Partai Demokrat menilai monolog Butet telah mencederai deklarasi kampanye damai. Ketua Partai Demokrat Max Sopacua mengingatkan Butet agar menyadari bahwa karyanya tidak etis disampaikan pada sebuah ajang kampanye damai yang disaksikan seluruh rakyat Indonesia. “Monolog Butet itu sebuah provokasi murahan,” ujarnya.
Partai Keadilan Sejahtera, teman koalisi Partai Demokrat dan SBY, menilai monolog Butet telah mengubah acara kampanye damai menjadi acara sindir menyindir yang kurang elok. “Sindir-menyindir silakan saja, tapi sebaiknya di panggung kampanye, bukan di panggung deklarasi,” kata Ketua Fraksi PKS DPR Mahfudz Siddiq. Menurut dia, seharusnya KPU dapat mengontrol acara itu.
Namun Sekretaris Tim Sukses Mega-Prabowo, Fadli Zon membantah jika monolog Butet dianggap bukan kesenian. Monolog yang disampaikan Butet pun dinilai bukan mengada-ada. Semua berisi fakta yang jelas dan kebenaran di lapangan. “Kalau merasa tersinggung berarti itu memang benar,” kata Direktur Institut for Policy Studies (IPS) itu. Butet pun merasa heran karena monolognya kini dipertanyakan. “Kritik saya kan sudah banyak di media massa, mengapa diributkan?” ujarnya.
Sementara itu, KPU mengaku kecolongan. Sebab, saat gladi bersih monolog Butet tidak tercantum dalam rencana acara. Namun menurut anggota KPU Andi Nurpati, monolog itu biasa-biasa saja. “Isi monolog tergantung dari penilaian masing-masing orang,” ujarnya. Belakangan, KPU akan menggelar pleno untuk merapatkan monolog Butet yang dianggap kelebihan waktu 15 menit dari jadwal. Namun beberapa pengamat mengecamnya. “Alasan itu hanya dibuat-buat,” kata Direktur Eksekutif LIMA Ray Rangkuti.
Mulai Jualan Kecap
Episode monolog Butet itu melengkapi peristiwa menjelang pemilu presiden yang akan digelar 8 Juli nanti. Begitu tekad untuk menggelar kampanye damai itu dideklarasikan pada malam hari, keesokan harinya, ketiga kandidat presiden dan wapres : Mega-Prabowo, Yudhoyono -Budiono dan Kalla-Wiranto, mulai bekerja keras. Dengan berbagai cara, langkah dan gaya, ketiga pasangan capres-cawapres itu mulai berkampanye secara terbuka untuk menjual kecap ke seluruh penjuru tanah air. Tujuannya tentu agar mereka menangguk perolehan suara maksimal dalam pemilu presiden nanti.
Kamis (11/6) lalu, SBY mengawali kampanye terbukanya di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Sambil menggelar talkshow bersama sebuah stasiun televisi swasta, SBY menyapa para pedagang dan berbelanja. “Saya malu kalau dikira baru kali ini datang ke pasar,” ujarnya. Sehari sebelumnya Kalla sudah datang duluan ke pasar itu. Lalu kepada para pedagang pasar tradisional terbesar di Indonesia itu, SBY menebar kecap. Ia berjanji mengatur pertumbuhan Hypermart agar pasar modern raksasa itu tidak membunuh pedagang kecil.
Dari Jakarta, SBY menggelar kampanye di Kota Malang, Jawa Timur, Jumat (12/6) lalu. Kampanye berlangsung di Gedung Olah Raga Ken Arok, seusai salat Jumat. Kampanye kali ini dilakukan secara terbatas dan tertutup. Selain berorasi, SBY juga menjawab pertanyaan peserta yang hadir pada acara itu. Sekitar pukul 09.30 WIB, SBY mengunjungi perajin tempe di Jalan Sanan, Kelurahan Purwontoro, Kecamatan Blimbing.
Sehari kemudian, saat berkampanye di Kendari, Sulawesi Tenggara Sabtu (13/6) siang, Yudhoyono tampaknya ingin menghapus tudingan bahwa kebijakan ekonominya banyak menguntungkan pihak asing. Saat itu ia mengusulkan agar tambang emas di Sulawesi Tenggara dan investasi di daerah lainnya dikelola oleh negara bersama masyarakat daerah. “Investasi di daerah harus terus didorong untuk meningkatkan pembangunan ekonomi local,” ujarnya.
Lagi-lagi SBY mencoba meyakinkan rakyat bahwa Ia dan Boediono bukan penganut neoliberal, sebagaimana dituduhkan oleh lawan-lawan politiknya. Ia lalu menjabarkan sejumlah program pemerintah yang diklaimnya sebagai program ekonomi pro-rakyat. Misalnya program PNPM Mandiri, Kredit Usaha Rakyat, Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan bantuan untuk kecamatan-desa.
Jika pada hari pertama kampanye, SBY memilih Jakarta, Kalla justru berkampanye di Gedung Bimo, Kota Baru, Yogyakarta. Dalam kesempatan itu, Kalla bertemu pengurus Partai Golkar dan Hanura. Dalam kampanye itu, giliran Kalla mempromosikan kecap tentang pendidikan dan layanan kesehatan gratis bagi warga miskin. Sementara cawapres Wiranto memilih Bali sebagai awal kampaye terbuka. Lagi-lagi jargon lebih cepat lebih baik beberapa kali mengumandang.
Dari Yogyakarta dan Bali, sore harinya Kalla dan Wiranto langsung menclok ke home base-mereka: Makassar. Kampanye pasangan calon presiden dan wapres itu digelar di Lapangan Karebosi, Makassar, Sulawesi Selatan. Lapangan itu dipadati simpatisan kedua tokoh. JK beserta istri diarak menggunakan becak saat menuju lokasi kampanye. Dalam orasi politiknya, JK-Wiranto menjanjikan perbaikan ekonomi lebih cepat.
Sehari kemudian, calon wapres Wiranto berkeliling di Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat. Wiranto memulai kunjungannya dengan menyambangi para santri di Pesantren Darul Nur, Pasuruan, Jawa Timur. Wiranto lalu menggelar kampanye dialogis di Hotel BJ Perdana. Di hadapan para simpatisan dan sejumlah kader Partai Hanura dan Golkar se-Pasuruan. Wiranto kembali menegaskan, bahwa ia bersama Jusuf Kalla akan mengangkat harkat dan moral bangsa.
Sementara itu, pasangan calon presiden dan wapres Mega-Prabowo memulai kampanye perdananya di Jakarta. Mega-Pro melepas 30 unit mobil iklan keliling yang akan disebar ke Jawa dan Sumatera. Di tubuh mobil-mobil yang bisa dibuka tutup dan menjadi semacam panggung kampanye itu bertuliskan pasar tradisional dan pedagang kecil penggerak perekonomian secara berkala. Ekonomi kerakyatan memang menjadi jargon pasangan ini.
Dari Jakarta calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Megawati Sukarnoputri, berangkat menuju Manado, Sulawesi Utara. Di kota ini, Kampanye calon presiden Megawati Soekarnoputri dibanjiri ribuan massa simpatisan. Di bawah terik matahari, selama tiga jam ribuan massa simpatisan Mega-Prabowo dengan setia mendengarkan orasi politik calon presiden mereka.
Dalam orasinya, Megawati menyatakan bahwa Sulawesi Utara adalah daerah lumbung suara bagi PDI Perjuangan. Apalagi, calon wapres Prabowo Subianto memiliki hubungan emosional dengan Sulawesi Utara karena masih memiliki darah Kawanua. Mega pun mengajak perempuan di Indonesia untuk memilih calon presiden perempuan. Sementara Prabowo bertemu dengan para pemilih Tionghoa di Jakarta.
Seperti yang sudah berkali-kali dikumandangkannya, calon presiden dan wapres dari PDIP dan Partai Gerindra itu bertekad memperjuangkan program ekonomi kerakyatan. “Saya telah mengeluarkan program aksi pro rakyat tapi tidak menyingkirkan pengusaha,” ujarnya. Salah satu contohnya adalah mengubah 50 juta hektar hutan Indonesia yang rusak dan tidak produktif menjadi produktif. Sebanyak 24 juta tenaga baru bisa ditampung dalam program ini.
Mana Yang Harus Dipilih Ummat?
Hingga awal Juli nanti, ketiga pasang kandidat itu akan terus menjelajah seluruh penjuru tanah air untuk mendulang dukungan. Berbagai kecap jualan telah mereka tawarkan. Berbagai sumpah dan janji, juga sudah mereka dendangkan. Termasuk berbagai klaim, pengakuan dan puja-puji diri telah mereka kerek. Tim sukses masing-masing pun terus menggalang dukungan untuk jago mereka. Kini saatnya kita menimbang, kandidat yang lebih menguntungkan ummat.
Bagi ummat Islam, pasangan Mega-Prabowo, membuat hati masygul. Beberapa kalangan ummat sebenarnya berharap agar Prabowo-lah yang menjadi calon presiden. Maklumlah, saat menjadi Komandan Jenderal Kopassus dan Panglima Kostrad dua belas tahun lalu, Prabowo dikenal dekat dengan ummat Islam. Beberapa kali ia pun mengundang tokoh-tokoh ummat ke Cijantung dan Merdeka Barat. Ia kemudian digolongkan sebagai kelompok ABRI hijau. Karena itu pula, banyak pendukungnya di Gerindra berlatar belakang ormas dan partai Islam.
Namun, ketika Prabowo akhirnya sudah merasa puas menjadi calon wapres, banyak kalangan ummat yang kecewa. Apalagi calon presiden pasangannya adalah Megawati Soekarnoputri. Maklumlah, ummat masih banyak yang berpegang pada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abi Bakrah: La yufliha qaumun, wallau amarahum imraatun. Artinya, tidak akan pernah beruntung sebuah kaum yang menjadikan wanita sebagai pemimpinnya. “Nash ini qath’iy,” kata Sekretaris Jenderal Forum Ummat Islam, Muhammad Al Khaththath.
Persoalan lain adalah track record PDIP. Sebab, selama ini partai berlambang banteng gemuk itu sering berselisih jalan dengan ummat ketika menyikapi aspirasi ummat Islam. Misalnya, saat membahas beberapa UU yang menyangkut kepentingan ummat Islam seperti saat pembahasan UU Perkawinan, UU Pendidikan Nasional, UU Anti Pornografi dan Pornoaksi, dan sebagainya. “Dalam beberapa kesempatan, PDIP berseberangan dengan aspirasi ummat,” kata pengasuh pesantren Asysyafiiyah, KH Abdul Rasyid bid KH Abdullah Syafii.
Pasangan dengan nomor urut dua, SBY-Boediono, diduga akan menjadi pasangan terkuat dalam pemilu presiden kali ini. Karena itu banyak partai condong berpihak kepadanya. Apalagi untuk urusan kampanye, penggalangan dan pengerahan massa serta pencitraan diri, pasangan ini konon memiliki anggaran dengan uang yang nyaris tak berseri. Sayang, banyak kalangan ummat yang sudah terlanjur mengetahui kebiasaan dan perilaku calon incumbent ini.
Yudhoyono memang selalu menampilkan diri sebagai sosok pemimpin negeri Islam terbesar di dunia yang baik, santun dan rapih. Ia juga sering mengundang berbagai kalangan untuk berdzikir bersamanya, seperti Syaikh Hisyam Kabbani, pemimpin tarikat Naqshabandiyah dari Libanon yang bermukim di Amerika Serikat, datang sebulan lalu. Majelis Dzikir SBY pun dibentuk untuk meraup dukungan. Namun, kecenderungan SBY dalam masalah supranatural tak bisa dihindarkan. “Pak SBY ini sangat percaya klenik,” kata pengamat militer MT Arifin.
Tapi sebagai seorang muslim, sikapnya yang bersikukuh tak mau membubarkan Ahmadiyah dengan Keppres sangat mengecewakan. Padahal, Ahmadiyah jelas-jelas organisasi sesat dan menyesatkan. Ia justru mengecam dan memerintahkan untuk menghukum pemimpin Front Pembela Islam Habib Riziq Shihab dan Panglima Laskar Islam Munarman pasca insiden 1 Juni, 2008. Ia bereaksi keras setelah mendapat masukan dari Kedutaan Besar AS dan FBI.
Kedekatan SBY dengan Amerika Serikat dan sikap politik yang menurut pada titah Amerika juga cukup menyesakkan. Selama menjadi presiden, SBY telah menjadi anak manis bagi Amerika. Kebijakan politik Indonesia selalu mengambil langkah non konfrontasi kepada Amerika dan sekutunya. Saat Bush datang ke Indonesia, ia mengamankan dan menjamunya seperti dewa. Ia pun turut aktif dalam kampanye memerangi terorisme global.
Namun, bagi wartawan senior Amran Nasution, sikap SBY dapat dimaklumi, karena SBY pernah menyatakan bahwa Amerika Serikat adalah negeri keduanya. “I love America with all its fault. I consider that it is my second country,” kata SBY dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Al Jazeera. “Jadi bagaimana kita bisa berharap pada orang yang sudah terlanjur jatuh cinta kepada Amerika Serikat,” kata Amran.
Masyarakat juga mengenal SBY karena berbagai kebijakannya yang dinilai sangat pro liberal. Di masa SBY-lah Blok Cepu dijual kepada Exxon Mobile. Di masa dia pula privatisasi beberapa perusahaan nasional yang justru sangat sehat, kepada perusahaan-perisahaan asing.Apalagi ketika ia memilih Boediono sebagai calon wapres. “Padahal dia adalah motor Neo Liberal di Indonesia saat ini,” kata ekonom dari ECONIT, Hendri Saparini pekan lalu.
Kandidat ke tiga adalah pasangan JK Wiranto. Pasangan ini dinilai paling mendekati kriteria yang dibutuhkan ummat. Sebagai orang Makassar, JK dinilai cukup kental dengan latar belakang Islam. Ia pun sering melontarkan pandangan-pandangan yang menyejukkan ummat. Misalnya, ketika ramai-ramai kasus Ahmadiyah, ia menyarankan kepada Presiden SBY untuk segera membubarkan Ahmadiyah. “Tapi Pak SBY tidak mau,” kata seorang kerabatnya.
Sebagai seorang anggota dan mantan pengurus NU, Kalla memang mewarisi dan sering melaksanakan tradisi nahdliyin. Isterinya yang berjilbab, juga isteri Wiranto, jelas menunjukkan kedekatannya dengan lingkungan ummat Islam. Karena itu, jargon jilbab loro pun menjadi isu kuat untuk merebut dukungan ummat. Sementara itu, ia pun mengecam sistem Ekonomi Liberal yang diterapkan pemerintah SBY dan berencana menggantinya dengan sistem ekonomi Syariah.
Pertengahan bulan lalu, Forum Ummat Islam telah mencoba menyodorkan Piagam Ummat kepada Jusuf Kalla. Piagam itu berisi tentang kesepakatan tokoh-tokoh ummat bersama kandidat presiden untuk menjaga aqidah ummat, memperjuangkan penerapan syariah, mengembangkan ekonomi syariah, menghentikan kontrak karya, memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ummat dan menentang intervensi asing.
Rabu (10/5) lalu, sekitar 40 orang tokoh FUI telah bertemu Kalla. Selama satu jam mereka berbincang hingga Kalla telat datang di acara deklarasi kampanye damai di Bidakara. Sayang, hingga kini Kalla belum mau menandatangani kontrak itu. “Sumpah saya sebagai Presiden nanti lebih tinggi karena di bawah Al Qur’an,” ujarnya. Padahal, jika piagam itu sempat ditandatanganinya, dukungan ummat Islam diduga akan deras mengalir kepada dirinya. Sayang sekali….Abu Zahra
0 komentar:
Posting Komentar