Diposting oleh
PUTRA BETAWI
Published on Minggu, 01 Mei 2011
Densus 88 Kejar Lima Nama Baru
JAKARTA – Perburuan terhadap jaringan bom buku Pepi Fernando belum usai. Detasemen Khusus 88 Mabes Polri mengejar lima nama baru yang muncul dari hasil pemeriksaan Pepi dan kawan-kawan.
“Lima orang ini punya peran bermacam-macam. Ada yang kurir logistik, ada yang membantu pelarian,” kata sumber Jawa Pos kemarin. Jejak lima orang tersebut sudah diketahui dan segera ditangkap. Selama diperiksa, kelompok Pepi memang ulet. Mereka bahkan bisa memberikan keterangan mengecoh dan membingungkan. “Metode taqiyah (berpura-pura) ini memang ada latihannya. Tujuannya, penyidikan kacau,” kata perwira muda itu.
Salah satu di antaranya adalah keterangan Pepi soal bom yang ditanam di dekat pintu tol Cawang. Bom itu disiapkan sejak Agustus 2010. Namun, saat dikeler, Pepi dan kawan-kawan mengaku lupa. “Ini aneh. Untuk operasi pengeboman seperti itu, faktor lupa kecil. Sebab, mereka pasti menanam bahan peledak di tempat yang strategis untuk menghancurkan sasaran,” tuturnya.
Walau disisir sejak Rabu lalu (27/4), bahan peledak yang diklaim Pepi tersebut belum ditemukan. “Ada tim yang tetap mencari. Tapi, analisis sementara menyebutkan, itu hanya gertak sambal Pepi,” kata alumnus kursus antiteror di Manila, Filipina, itu.
Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Kombespol Boy Rafli Amar memastikan penyelidikan terhadap kelompok Pepi terus berlanjut. “Mungkin saja ada nama-nama yang sedang diselidiki. Tapi, tentu ini tidak untuk konsumsi publik,” kata Boy kemarin.
Mantan Kanit Negosiasi Densus 88 Mabes Polri itu mengatakan, secara garis besar, tokoh inti jaringan Pepi Fernando telah ditangkap. Sementara keterlibatan nama-nama yang sedang dikejar masih harus dicari.
“Ada. Tapi, tim intinya adalah kelompok utama yang sudah tertangkap. Sedangkan lima orang itu sifatnya hanya memberikan bantuan. Sedang diupayakan (untuk ditangkap, Red),” ungkapnya.
Menurut Boy, jaringan Pepi memang tergolong berbeda dengan jaringan teroris selama ini. Hingga kini, polisi terus mengumpulkan keterangan untuk memperkuat dugaan adanya benang merah antar jaringan. “Sementara memang belum ada kaitan dengan jaringan lama atau DPO lama,” katanya.
Di bagian lain, Ferry Juan, pengacara Imam Firdaus (IF), kamerawan Global TV yang juga ikut menjadi tersangka dalam kasus tersebut, merasa yakin bahwa kliennya tidak punya motif terorisme. “Lebih faktor ekonomi saja,” kata Ferry saat dihubungi kemarin.
Dia menduga, Imam hanya dimanfaatkan Pepi karena mengenal sebagai teman. “Istri Imam bilang bahwa Pepi sering meminta bantuan kepada Imam,” katanya.
Namun, Ferry belum berani memastikan apakah Imam benar-benar mengetahui rencana pengeboman tersebut atau tidak. Ini disebabkan hingga kini Ferry belum bisa mendampingi IF dalam pemeriksaan.
Ferry menjelaskan, dalam UU Pers, seorang jurnalis mempunyai hak untuk menemui narasumbernya. Baik itu seorang teroris maupun pemimpin gerakan separatis. “Cuma, kalau ada kejahatan, ya dilaporkan,” ujarnya.
Imam sekarang diperiksa Densus 88 Mabes Polri. Rencananya, Kepala Biro Al-Jazeera Bobby juga akan dimintai keterangan sebagai saksi. JPNN.COM
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar