Diposting oleh
PUTRA BETAWI
Published on Rabu, 18 Mei 2011
Warga Sipil Tewas, Densus 88 Langgar HAM
Tewasnya warga sipil, pedagang angkringan Nur Iman dalam operasi pemberantasan terorisme menandakan polisi telah melanggar HAM, walaupun Mabes Polri sudah menyangkal aparat yang menembaknya. “Selama ini pemberantasan terorisme banyak terjadi pelanggaran HAM. Kasus terakhir seorang pedagangan angkringan bisa tertembak peluru nyasar Densus 88,” kata peneliti di Islamic Renaissance Institute (IRI) Bogor, Muthoifin, Minggu (15/5).
Menurut Muthoifin, aparat kepolisian lebih khusus Densus 88 selalu mematikan targetnya dengan alasan melakukan perlawanan, tetapi dalam kenyatannya kasus ini tidak pernah diungkap ke masyarakat. ”Kalau yang berhubungan dengan terorisme selalu versi aparat kepolisian. Seharusnya Komnas HAM membentuk tim pencari fakta agar tidak menimbulkan permasalahan terutama pelanggaran HAM,” ujarnya.
Kata mahasiswa program doktor Universitas Ibnu Khaldun ini, berita terbaru berdasarkan pengakuan orang-orang terdekat yang diduga teroris di Sukoharjo menyangsikan akan keterlibatan dalam jaringan terorisme. ”Fakta baru sudah menunjukkan aparat sudah salah bunuh. Ini sudah menunjukkan pelanggaran HAM yang dilakukan aparat keamanan,” pungkasnya.
Kematian Tragis Nur Iman Mencekam Kerabat dan Tetangga
Suasana duka terasa mencekat perasaan di sebuah rumah sederhana di Dukuh Bolali RT 2/RW II, Desa Bolali, Kecamatan Wonosari, Klaten, Sabtu (14/5) malam. Rumah itu adalah kediaman orangtua Nur Iman, penjual wedangan hik di Sanggrahan, Grogol, Sukoharjo, yang menjadi korban tewas dalam aksi penyergapan tersangka teroris oleh personel Densus 88 Antiteror Mabes Polri, Sabtu (14/5) dini hari.
i lingkungan rumah sederhana berukuran 4 m x 6 m itu tak terlihat tenda atau kursi yang dijajar di pelataran sebagai penanda rumah duka. Hanya persiapan sederhana berupa tikar yang ditata rapi di dalam rumah. Juminem, 60, ibunda Nur Iman, Waliyem, 35, istri Nur Iman serta kedua anaknya Rizky, 9 dan Ririn, 4, tidak berada di rumah. Menurut informasi dari kerabat dan beberapa tetangga, keluarga Nur Iman dibawa ke Polres Klaten sejak Sabtu pagi terkait pemberitahuan kematian Nur Iman.
“Saya sedang di sawah. Tiba-tiba ada tetangga memberitahu bahwa Nur Iman meninggal dunia ditembak orang, saya kaget sekali,” tutur Mujinem, bibi Nur Iman, saat ditemui di rumah duka, Sabtu malam. Bagi Mujinem, Nur Iman adalah sosok orang yang ramah dan mudah bergaul dengan siapa pun. Kalau ada pertemuan dengan warga, Nur Iman tak pernah absen. Ia menyangkal Nur Iman terlibat dalam kegiatan terorisme atau fanatik terhadap kelompok tertentu. “Tidak mungkin dia masuk organisasi apapun. Setelah memutuskan menikah, keseharian Nur Iman hanya pergi ke pasar untuk berbelanja barang dagangan,” terangnya.
Keterangan serupa juga dikemukan Marino, 43, tetangga Nur Iman di Desa Dukuh, Grogol, Sukoharjo. Sebagai tetangga, ia merasa kehilangan Nur Iman yang dikenal ramah dan sopan. Menurutnya, sepengetahuannya Nur Iman tidak pernah didatangi oleh seseorang untuk ikut kelompok organisasi tertentu.
“Nur Iman termasuk pengurus RT 2, Desa Dukuh. Aktivitas Nur, kalau pagi berbelanja ke pasar membeli bahan baku barang dagangan, karena ia pemilik warung angkringan, sedangkan siang hari kebanyakan tidur,” katanya.
Suasana makin mencekam ketika akhirnya jenzah Nur Iman yang sudah tersimpan rapat di dalam peti jenazah akhirnya tiba. Saat jenazah itu dibawa menuju permakaman desa setempat, sang ibunda, Juminem, tak kuasa menahan emosi dan akhirnya pingsan. “Apa salah anakku kok bisa seperti ini. Padahal dia tidak melakukan apa-apa,” ujarnya seusai sadar dari pingsan. Sementara sang istri, Walinem juga tak henti-hentinya meneteskan air mata tatkala melihat peti jenazah suaminya diangkat ke Permakaman Purwoloyo, Desa Bolali, Kecamatan Wonosari, Klaten. solopost
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar