Diposting oleh
PUTRA BETAWI
Published on Rabu, 06 April 2011
Citibank: Tidak Ada Kekerasan Fisik pada Irzen Octa
Jakarta – Pihak Citibank Indonesia menyatakan tidak ada kekerasan fisik pada tubuh Irzen Octa, nasabahnya yang tewas setelah menemui debt collector penerbit kartu kredit itu. Temuan itu berdasarkan audit internal Citibank.
Citi Country Officer Citibank Indonesia Shariq Mukhtar mengungkapkan jika banyak spekulasi dan pemberitaan di media massa yang dituduhkan kepada perusahaannya. Shariq menegaskan dalam audit internal yang dilakukan Citi, wafatnya nasabah kartu kredit Citibank Irzen Octa bukan karena kekerasan fisik.
“Pertama kami menyatakan belasungkawa dan terkejut atas meninggalnya nasabah kami Irzen Octa. Kami telah mengunjungi keluarga alamarhum untuk menyampaikan dukacita. Kami melihat banyak spekulasi yang ada melalui pers dan media masa,” ujar Shariq dalam rapat kerja dengan DPR, BI dan Kepolisian di Gedung DPR-RI, Senayan, Jakarta, Selasa (5/4/2011).
Dikatakan Shariq, pihaknya telah bekerjasama dengan kepolisian untuk mencari kebenaran. Hingga saat ini, lanjut Shariq, investigasi masih berlangsung dan pihaknya akan memberikan dukungan sepenuhnya kepada Kepolsian.
“Tetapi berdasarkan audit internal yang kami lakukan, kami tidak melihat adanya kekerasan fisik yang terjadi di Irzen Octa,” tegas Shariq.
Lebih jauh Shariq mengatakan, banyak praktek-praktek debt collector seperti yang diberitakan belakangan di media. Namun, Shariq menegaskan Citibank menerapkan standar yang tinggi dalam konsep penagihan melalui debt collector.
“Kami sepenuhnya menegerti harus ada kontrol kuat dan terbuka serta mematuhi aturan dan syarat yang ada dalam menagih utang,” tukasnya.
Seperti diketahui, DPR sedang memanggil Citibank dan Bank Indonesia terkait tewasnya seorang nasabah Citibank yang diduga akibat kekerasan oleh debt collector. Adalah Sekjen Partai Pemersatu Bangsa (PPB) Irzen Octa (50) yang tewas dalam proses pelunasan kredit kepada debt collector Citibank.
Korban pada Selasa (29/3) pagi mendatangi kantor Citibank untuk mempertanyakan tagihan kartu kreditnya yang membengkak. Menurut korban, tagihan kartu kredit Rp 48 juta. Namun pihak bank menyatakan tagihan kartu kreditnya mencapai Rp 100 juta. Di situ, korban kemudian dibawa ke satu ruangan dan ditanya-tanya oleh 3 orang yang merupakan 2 orang debt collector dan 1 orang karyawan bagian penagihan Citibank. Dalam proses tersebut, Irzen tewas dan polisi kini sedang melakukan investigasi. DetikFinance
Ditanya Kematian Octa, Bos Citibank Gelagapan
Citi Country Officer untuk Indonesia Shariq Mukhtar mengatakan tidak ada kamera intai (CCTV) dalam ruangan tempat introgasi nasabahnya, Irzen Octa. Dia mengaku tak tahu menahu apa yang dilakukan penagih utang alias debt collector terhadap Octa.
“CCTV itu berada di luar ruangan. Tapi kita bisa melihat Bapak Octa masuk ke dalam ruangan dan keluar ruangan,” kata Shariq dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat, di Jakarta, Selasa malam, 5 April 2011.
Sebelumnya, Shariq mengatakan telah memiliki rekaman CCTV yang bisa mengungkap kasus kematian Irzen Octa. Tapi, jawaban Shariq itu menjadi dipertanyakan. “Kenapa CCTV berada di luar? Jadi Anda tidak mau apa yang terjadi di dalam itu diketahui orang lain?” tanya anggota Komisi XI dari Partai Demokrasi Indonesia – Perjuangan (PDIP), Maruarar Sirait.
Terkait pertanyaan itu, Shariq yang tak fasih berbahasa Indonesia gelagapan. Dia tidak bisa menjawab. Jadi tidak melihat apa yang terjadi di dalam ruangan? “Ya,” jawab Shariq.
Shariq juga menambahkan tidak ada laporan tertulis terkait percakapan antara debt collector Citibank dengan Irzen Octa di dalam ruang interogasi tersebut. “Tidak. Kami tidak memiliki catatan,” kata dia.
Shariq juga mengakui saat diinterogasi, Irzen tidak ditemani siapapun. Dalam ruangan itu, hanya terdapat debt collector dan Irzen Octa saja. Jadi, Citibank tidak memberikan perlindungan kepada Irzen? “Apa yang kita miliki adalah kode etik,” kata dia.
Shariq pun tak bisa menjelaskan kematian Irzen. “Kami tahu saat itu almarhum telah meninggal, itu telah kita ketahui bersama,” katanya. “Apa yang kami tahu adalah hasil investigasi kami dan interview kepada sejumlah pegawai kami.”
Apakah Octa meninggal di kantor Anda? “Kami tidak mengetahui di mana nasabah meninggal. Ada teman Pak Octa memegang, masih ada nadinya,” kata dia.
Sementara itu, Direktur Ekonomi Khusus Mabes Polri, Brigjen Pol Arief Sulistyo yang juga hadir dalam rapat dengar pendapat itu menjelaskan berdasarkan hasil autopsi, Octa mengalami pecah pembuluh darah di bagian kepala. “Hasil visum terjadi pecah pembuluh darah otak di belakang selaput otak. Besok akan disampaikan,” kata dia. vivaNews
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar