Jakarta – Majelis Ulama Indonesia (MUI) pernah meneliti bahwa pondok pesantren Al Zaytun berhubungan dengan Negara Islam Indonesia (NII) dengan tokohnya Panji Gumilang. Mengapa Al Zaytun dan Panji Gumilang selama ini tak tersentuh? Diduga ada oknum intelijen yang membekingi.
Al Chaidar, mantan anggota NII dan penulis buku ‘Sepak Terjang KW9 Abu Toto Syekh A.S. Panji Gumilang Menyelewengkan NKA-NII Pasca S.M. Kartosoewirjo’ menduga ada oknum intelijen yang melindungi.
“Ada penelitian Depag, MUI, terhadap Al Zaytun, Panji Gumilang ini orang dilindungi pemerintah kelihatannya, oknum-oknum intelijennya,” jelas Al Chaidar ketika ditanya tentang sosok Panji Gumilang yang misterius ketika berbincang dengan detikcom, Rabu (27/4/2011).
Al Chaidar pernah beberapa kali bertemu dengan Panji Gumilang. “Pernah (beberapa kali), orangnya besar, gendut, mewah, banyak cincin-cincin,” jelas Al Chaidar.
Dia yang pernah masuk ke lingkaran dalam Ponpes Al Zaytun ini membenarkan ada pendoktrinan tentang NII, seperti mengkafirkan orang di luar Al Zaytun, boleh menipu dan mencuri. Motifnya, tidak pernah benar-benar berniat untuk mendirikan negara Islam.
“Ya mengumpulkan harta itu, tidak pernah berniat untuk mendirikan negara Islam,” jelasnya.
Dari harta yang dikumpulkan itu menurut Al Chaidar, hanya 10 persen untuk Al Zaytun. “90 persen untukl oknum-oknum intelijen,” jelas Al Chaidar.
Beberapa bulan kemudian, sekitar akhir 1999, Kepala Badan Intelijen (BAKIN) Letjen Purn ZA Maulani, pernah diminta melakukan negosiasi atas nama AS Panji Gumilang (alias Abu Toto) untuk berhadapan dengan Al Chaidar, misinya meminta Al Chaidar tidak usah menerbitkan buku tentang masa lalu Abu Toto yang berkaitan dengan Al-Zaytun.
Ketika dikonfirmasi hal ini, Al Chaidar membenarkannya. “Benar itu, teman-teman saya bilang nggak usah pakai deal-deal, kalau nggak ditulis nanti korban kemanusiaan yang semakin banyak, ditulis saja masih banyak korban, apalagi tidak,” ujarnya.
Petinggi TNI era Orba, Prabowo Subiyanto, menyangkal NII KW 9 yang sering dikaitkan dengan Al Zaytun adalah bentukan dan binaan intelijen. “Enggaklah, kita kan tahu sejarahnya,” kata Prabowo hari ini.
Sementara itu, Koordinator Al Zaytun Kalimantan Selatan, A.S.E Iskandar menyatakan, pengaitan lembaganya dengan NII dan isu Panji Gumilang adalah Presiden NII telah sering kali muncul. Namun pihak Al Zaytun lebih memilih tidak berkoar-koar membantah wacana dan isu tersebut. Sebab dia khawatir jika selalu ada bantahan akan selalu ramai.
Menurutnya, anak-anak suka belajar ke Pesantren Al Zaytun karena ponpes ini mempersiapkan santrinya menjadi pemimpin. Banyak pejabat yang datang, sehingga santri pun bisa melihat dan berdialog langsung dengan pejabat. detikNews
Suripto Curiga Desain Besar di Balik NII
Negara Islam Indonesia (NII) — yang belakangan ditengarai menjelma menjadi penipuan berkedok agama — adalah isu lama di negeri ini. Namun isu ini sepertinya selalu tertutup misteri. Tidak pernah ada orang yang diproses hukum terkait NII ini.
Mantan pejabat intelijen di Badan Koordinasi Intelijen (Bakin), Suripto, menduga ada desain besar di balik NII. “Saya kira ada skenario besar yang nuansanya politis dan ini perlu pendalaman,” ujar Suripto dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (27/4/2011).
Dia belum tahu apa tujuan skenario besar itu. Dia berharap pemerintah serius mendalami hal ini untuk tahu siapa dalangnya, apakah murni orang dalam negeri atau merupakan titipan asing.
“Murni dalam negeri atau bisa juga intelijen asing. Ini perlu pendalaman. Kalau ada yang melapor jadi korban tidak didalami tentu menjadi pertanyaan besar. Kalau tahu ada yang mau makar tapi didiamkan saja tentu jelas jadi pertanyaan besar,” imbuhnya.
Isu NII, menurutnya, bisa jadi liar jika tidak ada penjelasan dari pemerintah. Masyarakat kurang mendapat informasi keberadaan NII, sedangkan di sisi lain ada fakta orang-orang yang mengaku menjadi korban cuci otak NII.
Mungkinkah intelijen di balik NII ini seperti kabar yang beredar? “Dulu memang ada Operasi Khusus (Opsus)-nya Ali Moertopo. Apa sekarang ada Moertopo jilid II? Ini yang harus didalami pemerintah. Pemerintah yang seharusnya menjawab,” ucap pria berkacamata ini.
Ketika ditanya kemungkinan pemerintah sengaja memunculkan dan memelihara NII KW 9 sebagai propaganda agar NII yang asli — yang mencitakan daulah Islamiyah — tidak mampu berdiri, Suripto berpendapat, jika itu benar maka merupakan kebijakan yang sangat picik.
“Bisa saja begitu dilakukan. Tapi jika dilakukan, seolah-olah tidak bisa memberikan alternatif yang lebih kuat pada ideologi kebangsaan atau ideologi Pancasila. Saya kira ini picik sekali,” ucapnya.
Suripto yakin, orang-orang yang akan membangkitkan NII adalah orang yang putus asa. Dia percaya, separuh umat Islam di negeri ini akan menolak jika diajak mendirikan negara Islam.
“Kalau mau mendirikan NII itu tidak masuk akal. Tidak mungkin mendirikan negara tanpa persiapan matang. Harus wiseful thinking dalam mendirikan negara Islam,” sambungnya.
Suripto tidak tahu pasti apakah benar-benar ada gerakan NII tanpa rekayasa di negeri ini. Yang dia tahu, orang-orang sempalan DI/TII ada yang masih eksis di negeri ini. Mereka ada yang membuat sekolah ataupun berbisnis. Dia tidak yakin mereka tengah membangun kekuatan untuk mendirikan negara sendiri di atas tanah Indonesia.
NII sepertinya antara ada dan tiada. Isu ini tentu meresahkan warga. Pemerintah diharap jangan hanya cukup melihat warga resah, tapi bertindak dan memberi penjelasan agar NII bukan lagi misteri.
Mantan Kepala BIN (Hendro Priyono) Ceramah di Ma’had Al Zaytun
Diposting oleh
PUTRA BETAWI
Published on Kamis, 28 April 2011
Oknum Intelijen Lindungi Al Zaytun & Panji Gumilang?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Anonim
#Said
semoga pemerinta serius unk masalah nii